Impor tak kunjung surut jadi alasan BI naikkan suku bunga acuan
Merdeka.com - Bank Indonesia (BI) menyadari kenaikan suku bunga akan sangat mempengaruhi kinerja bisnis perbankan. Namun, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara justru melihat sisi baik dari kenaikan BI Rate terhadap kesehatan perbankan di Tanah Air.
Menurut Mirza, dengan kenaikan BI Rate, perbankan akan semakin hati-hati dalam mengucurkan kredit. Hal ini erat kaitannya dengan naiknya suku bunga kredit yang akan dibebankan kepada debitur.
"Makanya bank juga harus bisa mengendalikan kreditnya, kalau tetap genjot kredit di atas pendanaan dia bisa jadi masalah. Tidak mungkin BI sebagai otoritas moneter akan buat kebijakan yang merugikan bagi situasi perbankan dan ekonomi makro," tutur Mirza di Hotel Shangri-La, Jakarta, Senin (25/11).
BI telah menaikkan BI Rate sebesar 175 basis poin dari 5,75 persen menjadi 7,5 persen di tahun ini. Kebijakan tersebut ditempuh BI dalam upaya menekan laju defisit neraca transaksi berjalan akibat impor yang tinggi.
Selain impor migas, BI melihat tingginya impor barang yang bersifat konsumtif. Padahal, barang impor tersebut mampu diproduksi di dalam negeri "Kalau kita impor payung itu memang juga tidak dimengerti," ujar Mirza.
Mirza memahami aktivitas impor daging sapi yang dilakukan guna memenuhi kebutuhan dalam negeri dan menjaga stabilitas harga daging sapi. "Kalau daging di impor ya mungkin boleh lah untuk kebutuhan dan kestabilan harga. Tapi kalau payung, buat apa," tutup Mirza.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dirut BRI menilai kenaikan BI Rate dinilai tidak akan berdampak signifikan terhadap likuiditas BRI secara umum.
Baca SelengkapnyaPeningkatan kredit atau pembiayaan didorong oleh peningkatan permintaan kredit sejalan dengan tetap terjaganya kinerja korporasi.
Baca SelengkapnyaKenaikan suku bunga dinilai upaya Bank Indonesia untuk mengendalikan inflasi.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Keputusan mempertahankan suku bunga acuan ini sejalan dengan fokus kebijakan moneter yang pro-stability untuk penguatan stabilisasi nilai tukar Rupiah.
Baca Selengkapnyakebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran tetap pro-growth untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Baca SelengkapnyaSelain daya beli masyarakat, masih ada tiga tantangan yang akan dihadapi usai kenaikan suku bunga acuan.
Baca SelengkapnyaPerhitungan asumsi dolar dalam perhitungan biaya Bulog menggunakan asumsi dasar Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN).
Baca SelengkapnyaKenaikan laba ditopang pertumbuhan kredit yang berkualitas, peningkatan volume transaksi dan pendanaan, serta perluasan basis nasabah.
Baca SelengkapnyaBerikan kemudahan, nasabah BRI kini sudah bisa buka rekening di luar negeri.
Baca Selengkapnya