IMF nilai langkah BI hadapi pelemahan Rupiah sudah tepat
Merdeka.com - Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo mengatakan nilai Rupiah sudah terlalu rendah. Hal ini terkait depresiasi nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang sudah terlalu dalam, hingga mencapai angka 12 persen.
Direktur Operasional International Monetary Fund (IMF) Christine Lagarde menilai, kebijakan yang dilakukan Bank Indonesia terhadap fluktuasi nilai tukar Rupiah yang terdepresiasi sangat dalam, sudah di jalur yang benar.
"BI sudah melakukan tugasnya dengan konsisten, solid, dan terprediksi dalam menempatkan kondisi fluktuasi nilai tukar sebagai penyerap guncangan (ekonomi)," kata Lagarde di Hotel Grand Hyatt, Jakarta, Rabu (2/9).
Lagarde mengatakan, semua negara berkembang mengalami fluktuasi nilai tukar, termasuk Indonesia.
Kebijakan yang dilakukan BI, menurut Lagarde menunjukkan dukungan terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah. "Kami percaya langkah itu sudah sesuai dan menunjukkan dukungan dan terus lakukan hal itu," tutur Lagarde.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Bank Indonesia Kembali Tahan Suku Bunga Acuan, Ternyata Ini Alasannya
Perry mengatakan, keputusan mempertahankan suku bunga acuan ini untuk penguatan stabilisasi nilai tukar Rupiah dari dampak tingginya ketidakpastian global.
Baca SelengkapnyaNaik Lagi, Utang Luar Negeri Indonesia Kini Tembus Rp6.231 Triliun
Posisi ULN pada November 2023 juga dipengaruhi oleh faktor pelemahan mata uang dolar AS terhadap mayoritas mata uang global.
Baca SelengkapnyaPemerintah Bayar Utang, Cadangan Devisa Januari 2024 Tersisa Rp2.275 Triliun
Posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Januari 2024 mencapai USD145,1 miliar atau Rp2.275 triliun
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Bank Indonesia Putuskan Tahan Suku Bunga Acuan di Level 6 Persen
kebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran tetap pro-growth untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Baca SelengkapnyaUtang Luar Negeri Indonesia Tembus Rp6.231 Triliun, Digunakan untuk Apa Saja?
Utang luar negeri pemerintah pada November 2023 sebesar USD 192,6 miliar atau tumbuh 6 persen (yoy), meningkat dari pertumbuhan bulan sebelumnya tiga persen.
Baca SelengkapnyaMengungkap Alasan Bank Indonesia Kembali Tahan Suku Bunga Acuan di Februari 2024
Keputusan mempertahankan suku bunga acuan ini sejalan dengan fokus kebijakan moneter yang pro-stability untuk penguatan stabilisasi nilai tukar Rupiah.
Baca SelengkapnyaKondisi Ekonomi 2024 Masih Suram, Sri Mulyani Bongkar Penyebabnya
Walau begitu, perekonomian Indonesia masih mencatatkan pertumbuhan di angka 5,05 persen.
Baca SelengkapnyaImpor Indonesia di Desember 2023 Turun, Nilainya Hanya USD 19,11 Miliar
Impor barang modal mengalami persentase penurunan terdalam yaitu turun sebesar 10,51 persen.
Baca SelengkapnyaEkonomi Dunia Masih Terpuruk di 2024, Sri Mulyani Ungkap Penyebanya
Ramalan IMF menyebut kondisi ekonomi dunia masih terpuruk.
Baca Selengkapnya