Imbas Corona, BI Prediksi Inflasi Ramadan Tahun ini Lebih Rendah Dari Biasanya
Merdeka.com - Badan Pusat Statistik (BPS) telah mengumumkan inflasi di bulan April sebesar 0,08 persen (mtm), atau 2,67 persen (yoy). Bank Indonesia (BI) menilai faktor pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dan pembatasan mobilitas manusia berpengaruh terhadap rendahnya permintaan masyarakat akan barang dan jasa.
Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, mengatakan hal tersebut juga yang mendasari inflasi pada Ramadan kali ini akan lebih rendah dari rata-rata historisnya.
"Kalau rata-rata historisnya bisa 0,6 sampai 0,9, ini akan jauh lebih rendah," bebernya dalam media briefing, Rabu (6/5).
Menurutnya, jika permintaan akan barang dan jasa rendah, maka tekanan inflasinya juga akan lebih rendah. "Karena penanganan dari covid-19 itu mempengaruhi mobilitas manusia, mempengaruhi juga permintaan barang dan jasa," kata Perry.
Oleh karenanya, lanjut Perry, ini juga mendasari perkirakan inflasi tahun ini akan rendah dan terkendali, dalam sasaran 3 persen ± 1 persen.
BI Sebut Stimulus Pemerintah Bantu Tahan Koreksi Pertumbuhan Triwulan II Lebih Dalam
Bank Indonesia (BI) melaporkan pada triwulan I 2020 pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat 2,97 persen (yoy). Melambat dibandingkan dengan capaian triwulan sebelumnya sebesar 4,97 persen (yoy).
"Pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat 2,97 persen (yoy) pada triwulan I 2020," kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Onny Widjanarko dalam siaran pers yang diterima merdeka.com, Jakarta, Rabu (6/5).
Onny menyebut pelemahan pertumbuhan ekonomi Indonesia disebabkan penyebaran Covid-19. Terutama pada penurunan permintaan domestik, di tengah kinerja positif sektor eksternal.
Dari sisi pengeluaran,konsumsi rumah tangga tercatat 2,84 persen (yoy). Jauh lebih rendah dibandingkan dengan kinerja pada triwulan IV 2019 sebesar 4,97 persen (yoy).
Investasi juga tumbuh melambat sebesar 1,7 persen (yoy). Terutama dipengaruhi oleh melambatnya investasi bangunan.
Respons stimulus pemerintah melalui konsumsi pemerintah yang tumbuh 3,74 persen (yoy) dapat menahan perlambatan permintaan domestik lebih dalam. Selain itu, ekspor neto berkontribusi positif dipengaruhi ekspor yang tumbuh 0,24 persen (yoy) dan impor yang mencatat kontraksi 2,19 persen (yoy).
Reporter: Pipit Ika Ramadhani
Sumber: Liputan6
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Komoditas ini dianggap sebagai komoditas pangan bergejolak sehingga sangat berpengaruh terhadap inflasi pangan.
Baca SelengkapnyaKenaikan inflasi Desember 2023 ini disumbang oleh kelompok pengeluaran makanan, minuman, dan tembakau dengan inflasi sebesar 1,07 persen.
Baca SelengkapnyaMeski demikian, Amalia tidak menyebutkan besaran andil inflasi kenaikan cukai rokok hingga 10 persen di tahun ini.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Untuk tahun 2024 ini, kenaikan permintaan berbagai komoditas terbilang wajar karena sudah terdeteksi satu bulan sebelum Ramadan.
Baca SelengkapnyaSalah satunya karena berhasil menahan tingkat inflasi di kisaran 2,6 persen.
Baca SelengkapnyaImpor barang modal mengalami persentase penurunan terdalam yaitu turun sebesar 10,51 persen.
Baca SelengkapnyaKendati begitu, Perry mengakui kinerja ekspor barang belum kuat dipengaruhi oleh menurunnya ekspor komoditas.
Baca SelengkapnyaPertumbuhan kredit didukung oleh kinerja penjualan dan investasi korporasi yang diperkirakan terus meningkat.
Baca SelengkapnyaPuncak arus mudik diprediksi terjadi pada H-2 Lebaran atau 8 April 2024, dengan porsi 13,74 persen atau setara 26,6 juta pergerakan.
Baca Selengkapnya