Hemat devisa, pemeriksaan kesehatan disarankan tak harus keluar negeri
Merdeka.com - Ekonomi Indonesia tengah menghadapi gejolak global yang penuh ketidakpastian. Dampaknya, nilai tukar Rupiah terus melemah. Masyarakat juga lebih selektif dalam mengeluarkan dana untuk konsumsi sehari-hari, cenderung lebih memilih membelanjakan uangnya untuk hal yang sangat penting.
Soal pelemahan Rupiah, pemerintah sudah mengajak para pengusaha agar membawa pulang devisa hasil ekspor ke Indonesia. Pemerintah berjanji untuk menekan impor sekaligus memaksimalkan ekspor. Masyarakat pun diajak untuk memperbanyak transaksi di dalam negeri, dan mengurangi konsumsi belanja di luar negeri.
Salah satu konsumsi yang bisa ditekan yaitu pengecekan kesehatan atau fasilitas layanan kesehatan. Pandangan bahwa mutu dan fasilitas layanan kesehatan di luar negeri lebih baik, sejatinya tak seratus persen benar.
Direktur Utama Prodia, Dewi Muliaty menyampaikan, pemeriksaan laboratorium menjadi salah satu langkah seseorang melakukan tindak pencegahan terhadap suatu penyakit. Dengan pemantauan sejak dini dan dilakukan secara berkala, seseorang dapat meminimalkan risiko penyakit ke tahap kronis. Melalui tahap preventif ini, dapat menekan pengeluaran untuk biaya pengobatan yang lebih banyak lagi.
"Tidak perlu harus jauh-jauh ke luar negeri untuk mendapatkan pemeriksaan laboratorium berstandar internasional. Prodia menyediakan layanan laboratorium klinik telah menyediakan berbagai layanan untuk menjawab kebutuhan masyarakat," kata Dewi di Jakarta, Selasa (23/10).
"Prodia menjadi satu-satunya laboratorium yang hasil pemeriksaannya dapat diterima di luar negeri dan tidak perlu dilakukan pemeriksaan ulang."
Dari segi pemeriksaan sendiri, Prodia telah mengembangkan beberapa pemeriksaan yang berstandar internasional. Hal ini dibuktikan dengan adanya pemeriksaan genetik 'Prodia Genomics' yang saat ini berkembang dan banyak digunakan di beberapa negara, seperti Belanda. Pemeriksaan genetik digunakan untuk mengetahui adanya risiko penyakit bawaan/ diturunkan atau risiko penyakit yang timbul karena pola hidup yang tidak sehat.
Dewi menjelaskan, pemeriksaan genetik yang banyak dikembangkan di luar negeri, mulai masuk ke Indonesia dan dikuasai oleh provider asing. Dengan memanfaatkan pemeriksaan dari negara luar, secara tidak langsung mengurangi devisa bagi pemasukan belanja di Indonesia.
Belum lagi data genetik yang mereka peroleh belum kita ketahui pasti apakah terjaga kerahasiaannya atau justru dimanfaatkan sebagai big data bagi mereka.
Pemeriksaan genetik di Indonesia, dijelaskan Dewi, sudah bisa dilakukan di Lab Genomik Prodia. Saat ini, Prodia menyediakan beberapa pemeriksaan genetik yang dapat digunakan masyarakat sebagai langkah preventif terhadap risiko penyakit, meliputi Genomic Cancer Risk, Genomic Diabetes Risk, Genomic Cardiovascular Risk, dan akan menyusul pemeriksaan lainnya.
"Dengan demikian, masyarakat memiliki banyak pilihan untuk memperoleh layanan kesehatan di dalam negeri dengan kualitas internasional, tidak perlu jauh-jauh ke luar negeri."
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Indonesia kini menghadapi diskriminasi perdagangan dari banyak negara terkait kebijakan ekspor minyak kelapa sawit.
Baca SelengkapnyaPosisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Januari 2024 mencapai USD145,1 miliar atau Rp2.275 triliun
Baca Selengkapnyapenyelenggaraan pesta demokrasi memberi dampak positif terhadap perekonomian nasional.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Dengan perputaran yang cukup besar tersebut, dipastikan ekonomi daerah akan produktif mendorong meningkatnya konsumsi rumah tangga.
Baca SelengkapnyaMenurut Budi, syarat untuk mencapai generasi emas 2045 ialah harus sehat dan pintar.
Baca SelengkapnyaPemerintah ingin memastikan agar masyarakat tidak melakukan hal ini setibanya pulang dari luar negeri dengan barang impor.
Baca SelengkapnyaHarapannya, langkah itu bisa menambah suplai untuk memenuhi permintaan masyarakat.
Baca SelengkapnyaPresiden Jokowi mengeluarkan aturan yang membolehkan pengerukan pasir laut, salah satunya untuk tujuan ekspor pada Mei 2023.
Baca SelengkapnyaPerusakan terhadap Rupiah bisa berujung ancaman pidana.
Baca Selengkapnya