Harga CPO anjlok, target ekspor bakal direvisi
Merdeka.com - Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan (Kemendag) mulai pesimis dengan target ekspor yang tahun ini dipatok sebesar USD 190 miliar.
Salah satu penyebabnya, harga minyak sawit mentah (crude palm oil atau CPO) terus mengalami penurunan dan tak kunjung membaik.
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengatakan harga CPO dunia terus saja mengalami penyusutan, bahkan hampir menyentuh angka USD 726 per ton.
"Kami sedang menghitung ulang efeknya terhadap target ekspor Indonesia. Sebab, harga CPO yang mulanya USD 920 hari ini USD 726 jadi turun hingga seperempat," ujarnya di Kantor Kemendag, Jakarta, Kamis (2/10).
Menurut dia, jika dalam beberapa pekan ke depan harga CPO belum menunjukkan perbaikan, pihaknya akan merevisi target ekspor tahun ini.
"Kemungkinan dalam dua minggu mendatang kalau tidak terobosan maka akan revised down daripada tujuan ekspor perkiraan, hemat 5 persen dari USD 190 miliar. CPO kan ekspor lebih dari USD 20.000. Kalau tidak ada solar itu diganti dengan kelapa sawit seperti dimandatkan maka tidak akan terjadi signifikan dari harga CPO karena melemahnya permintaan dunia dan tidak adanya sektor baru untuk menggenjot harga CPO tersebut," jelas dia.
Kekhawatiran Lutfi memang beralasan. Terlebih, data yang baru dilansir BPS menyebutkan, salah satu faktor lesunya kinerja ekspor Agustus 2014 adalah anjloknya harga CPO.
Fenomena kinerja perdagangan Agustus tahun ini dinilai BPS tak lazim. Ekspor periode ini biasanya naik, tapi kali ini malah turun. Sebaliknya, impor di triwulan III tahun-tahun sebelumnya rendah, kali ini justru meningkat. Temuan awal menunjukkan melemahnya harga sawit cukup berpengaruh.
"Minyak lemak nabati turun, 17,7 persen. Itu karena penurunan harga kelapa sawit hanya USD 92,4 per metrik ton, dibandingkan tahun lalu. Agustus lalu harga sawit per Juli juga turun hampir 9 persen. Padahal ini ekspor nomor dua Indonesia," kata kepala BPS Suryamin kemarin.
Kendati demikian Lutfi menyakini tahun depan struktur industri dalam negeri akan mulai membaik dalam hal perbaikan ekspor.
"Tahun depan struktur industri kita kelihatan sebab ada momentum perbaikan ekspor kita terutama industri teknologi tinggi membaik. Pada Agustus ada peningkatan impor alat alutsista yang lebih dari USD 250 juta dibanding bulan sebelumnya," ungkapnya.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tren harga sejumlah komoditas di pasar internasional mengalami kemerosotan.
Baca SelengkapnyaMeski demikian, Amalia tidak menyebutkan besaran andil inflasi kenaikan cukai rokok hingga 10 persen di tahun ini.
Baca SelengkapnyaAnies menilai sejumlah komoditas bahan pokok memang meningkatkan. Dampaknya, pendapatan atau omzet pedagang turun.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Penurunan ini tak lepas dari anjloknya realisasi kinerja ekspor non migas pada Juli 2023 mencapai USD 19,65 miliar.
Baca SelengkapnyaDia yakin strategi ini bisa mempermudah kedaulatan pangan di Indonesia.
Baca SelengkapnyaVolume ekpor nikel tahun 2023 sebanyak 126,0 juta ton dan juga mengalami penurunan 14,06 persen secara bulanan.
Baca SelengkapnyaMenurut Jokowi, harga sejumlah bahan pokok di pasar tersebut masih dalam kondisi yang baik. Namun, diakuinya harga beras naik.
Baca SelengkapnyaMeskipun Rupiah anjlok sejak awal tahun, Menko Airlangga tetap optimis pertumbuhan ekonomi kuartal I-2024 di angka 5 persen.
Baca SelengkapnyaTambahan pasokan dari beras SPHP sebesar 300 ton perhari membuat pasokan beras di Karawang sudah mendekati pasokan normal.
Baca Selengkapnya