Faisal Basri: Ada menteri, gajinya tak cukup biayai sekolah anak
Merdeka.com - Wakil presiden terpilih Jusuf Kalla mewacanakan kenaikan gaji para menteri di jajaran pemerintahannya nanti. Hal ini dilakukan agar para pembantu presiden ini tidak melakukan tindak penyelewengan seperti korupsi.
Menurut pengamat ekonomi, Faisal Basri, kenaikan gaji menteri tidak akan membebani anggaran belanja negara. Pasalnya, gaji menteri di Indonesia memang tergolong kecil yakni hanya sebesar Rp 19 juta per bulan.
"Jadi artinya pantas gaji menteri naik, anggaran pasti naik, tapi tidak artinya. (Anggaran gaji menteri) Tidak akan sampai Rp 1 triliun," ujarnya kepada merdeka.com, Jakarta, Minggu (7/9).
Dia bercerita, jika ada seorang menteri jujur, mengungkapkan bahwa besaran gajinya tak cukup memenuhi kebutuhan hidup.
"Saya bertemu dengan menteri yang jujur. Dikatakan beliau bahwa setahun jadi menteri, tidak bisa cukup sekolahkan anak, padahal sudah talangi dari tabungan. Jadi ada menteri punya anak tiga lalu sekolahnya di swasta atau masuk fakultas kedokteran luar negeri tak cukup (gajinya biayai sekolah anak), bahkan sekelas UI saja (tak cukup)," jelas dia.
Faisal Basri mengungkapkan, bahkan di Kementerian Keuangan, gaji direktur jendral lebih tinggi ketimbang menterinya. "Di kementerian keuangan lebih rendah gaji menterinya dari dirjen. Sri Mulyani menaikkan gaji dirjen hingga Rp 40 juta," ungkapnya.
Dia meminta pada pemerintah Jokowi-JK, jika ingin menaikkan gaji menteri, usai mengkaji situasi ekonomi riil terlebih dahulu. Salah satunya tingkat kemiskinan sudah turun.
"Jadi artinya pantas gaji menteri naik. Dilihat minimal setahun dulu. Orang miskin sudah turun, sejahtera rakyatnya," tutup dia.
Sebelumnya, penetapan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jero Wacik sebagai tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) membuat Wakil Presiden terpilih, Jusuf Kalla mengeluarkan wacana untuk menaikkan gaji para menteri.
JK menilai gaji menteri di Indonesia masih kecil yakni sebesar Rp 19 juta per bulan. Jumlah tersebut dianggap tidak seimbang dengan pendapatan yang diterima anggota DPR di Senayan, sebesar Rp 70 juta per bulan ditambah berbagai fasilitas.
Selain itu, dibandingkan gaji komisioner KPK juga jomplang, di mana satu anggota komisioner lembaga anti- korupsi sekitar Rp 75 juta per bulan. Begitu juga dibanding gaji para hakim dan sejumlah pejabat lembaga negara non-kementerian.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dua pihak yang memiliki tanggung jawab terhadap pendidikan yaitu orang tua dan negara.
Baca SelengkapnyaMassa yang hadir dalam kampanye menolak harga sembako dan pendidikan mahal.
Baca SelengkapnyaDemi menebus asa membangun sekolah, seorang polisi rela menyisihkan gaji untuk menabung.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Biaya untuk bisa sekolah di Binus International School cukup mahal jika membandingkan dengan gaji atau upah minimum provinsi (UMP).
Baca SelengkapnyaDi hadapan Ganjar, Eli menceritakan dua anaknya yang lulus dari Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) kesulitan mencari kerja.
Baca SelengkapnyaGanjar bilang gaji guru saat ini masih berkisaran di angka Rp300.000 per bulan.
Baca SelengkapnyaPerhimpunan Guru mengatakan, anggaran BOS saat ini tidak bisa menutupi kebutuhan sekolah.
Baca SelengkapnyaGanjar telah mendirikan SMK/SMA berasrama, dan semua siswa dari keluarga tak mampu digratiskan tanpa biaya sepeserpun.
Baca SelengkapnyaPasutri ini selalu mengingat pesan orang tuanya untuk tidak mengukur pekerjaan dengan uang yang didapat.
Baca Selengkapnya