Ekspor produk pertanian kinclong, migas dan tambang lesu
Merdeka.com - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekspor komoditas pertanian pada Januari 2015 mengalami kenaikan signifikan dibanding kelompok komoditas ekspor lainnya seperti industri dan tambang. Itu terlihat dari nilai ekspor komoditas pertanian meningkat USD 40 juta dari Januari 2014 (year on year).
"Share yang juga naik dari 2,78 persen menjadi 3,29 persen," ujar Kepala BPS Suryamin saat konferensi pers di Jakarta, Senin (16/2).
Ekspor komoditas industri pengolahan pada Januari 2015 justru mengalami penurunan 4,67 persen dibanding Januari 2014. Nilai ekspor komoditas industri pengolahan mencapai USD 9,07 miliar pada Januari 2015.
"Januari 2014 capai USD 9,15 miliar. Namun, dari porsi (share) meningkat dari 65,73 persen menjadi 68,17 persen," kata dia.
Komoditas tambang dan lainnya juga mengalami penurunan dari USD 2,06 miliar pada Januari 2014 menjadi USD 1,72 miliar di Januari 2015. Begitu pula dengan share komoditas tambang dan lainnya yang turun dari 14,2 persen menjadi 12,93 persen.
Suryamin menambahkan, penurunan juga terjadi pada ekspor komoditas migas dari USD 2,5 miliar pada Januari 2014 menjadi USD 2,08 miliar di Januari 2015 dengan share yang juga mengalami penurunan dari 17,29 persen menjadi 15,61 persen.
"Ini diakibatkan penurunan harga minyak. Volumenya tidak turun drastis, tapi harganya yang turun drastis," kata dia.
Berdasarkan pangsa pasar ekspor, Amerika Serikat menduduki urutan pertama disusul Jepang, dan China. Ekspor ke Amerika Serikat pada Januari 2015 tercatat sebesar USD 1,25 miliar atau porsinya 11,7 persen dari total ekspor Januari 2015.
Ekspor RI ke Jepang tercatat USD 1,15 miliar dengan share 10,27 persen. Sementara ekspor ke China tercatat sebesar USD 1,08 miliar dengan share 9,66 persen. Adapun ekspor non-migas ke ASEAN pada Januari 2015 tercatat USD 2,34 miliar atau porsinya 20,83 persen dari total ekspor. Sedangkan ekspor ke Uni Eropa tercatat sebesar USD 1,18 miliar atau share sebesar 10,53 persen.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Bulog Beri Sinyal Harga Beras Bakal Turun Jelang Lebaran, Ini Faktor Pemicunya
Sejumlah wilayah sentra produksi kini telah memasuki musim panen raya.
Baca SelengkapnyaDirut Bulog Bongkar Penyebab Masih Mahalnya Harga Beras
Sesuai data dari Badan Pusat Statistik (BPS) bulan Januari hingga Februari terjadi defisit ketersediaan beras dari petani sebesar 2,7 juta beras.
Baca SelengkapnyaEkspor Produk Indonesia Turun di November 2023, Nilainya USD 22 Miliar
Nilai ekspor migas turun tipis 0,29 persen dengan nilai ekspor USD20,72 miliar.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Catat! Kemendag Jamin Harga Minyak Kita Tak Naik Hingga Lebaran 2024
Hal ini merespons isu kenaikan harga minyak kita akibat kurangnya realisasi domestic market obligation (DMO) oleh produsen.
Baca SelengkapnyaKrisis Pangan Akibat Pupuk Langka, 22 Negara Ogah Jual Beras ke Luar Negeri
Banyak negara kini memilih berjaga untuk kepentingan dalam negeri dengan cara menutup keran ekspor pangannya,
Baca SelengkapnyaInflasi Maret 2024 Meroket Dipicu Mahalnya Harga Makanan
Kelompok pengeluaran penyumbang inflasi bulanan terbesar berasal dari makanan minuman dan tembakau.
Baca SelengkapnyaCukai Rokok Naik 10 Persen Mulai 1 Januari 2024, BPS: Bakal Berdampak ke Inflasi
Meski demikian, Amalia tidak menyebutkan besaran andil inflasi kenaikan cukai rokok hingga 10 persen di tahun ini.
Baca SelengkapnyaPemerintah Jamin Tidak Ada Kenaikan Harga BBM Meski Minyak Dunia Mahal, Begini Penjelasannya
Menko Airlangga berjanji pemerintah tidak akan menaikkan BBM dalam waktu dekat.
Baca SelengkapnyaFOTO: Harga Beras Melesat Dalam Waktu Sepekan Membuat Penggilingan Padi di Bogor Naikkan Tarif Rp 2000
Kenaikan ini dipengaruhi oleh pasokan gabah dari petani terbatas akibat panen padi di tingkat petani menurun.
Baca Selengkapnya