Ekonomi sulit, generasi muda AS menyerah untuk menjadi kaya
Merdeka.com - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat perlahan beranjak menguat belakangan ini. Selain paket kebijakan ekonomi dikeluarkan pemerintah, faktor eksternal berupa data penyerapan tenaga kejar di Negara Paman Sam yang tak sesuai ekspektasi pelaku pasar juga menjadi pendorong.
Ini menguatkan fakta bahwa tren dunia ketenagakerjaan di negara adidaya itu belum menjanjikan. Kebanyakan pekerja muda di sana depresi lantaran mengetahui bekal pensiun mereka sangat kecil.
Sebanyak 47 persen generasi muda AS pesimistis bisa hidup lebih baik ketimbang orang tua mereka. Selain utang, upah stagnan, dan perlambatan ekonomi, mereka juga belum menemukan jalan menuju sejahtera.
Itu didasarkan pada polling Bloomberg terhadap generasi milenial AS yang berada pada rentang usia 18-35 tahun.
Berdasarkan data biro sensus AS, sebanyak 15 persen pemuda berusia 25-34 tahun masih hidup satu atap dengan orang tua, tahun lalu. Itu naik ketimbang 30 tahun lalu yang hanya 10 persen.
Penyebabnya apalagi kalau bukan lonjakan harga dan ketatnya aturan kredit rumah di sana.
"Berada di rumah atau tinggal jauh dari rumah tapi masih tergantung pada orang tua, membuat banyak orang muda sulit belajar mengatur keuangan sendiri," kata Vicki Bogan, Associate Professor Cornell University’s Dyson School of Applied Economics and Management, seperti dikutip Bloomberg, beberapa waktu lalu. Tak ada dorongan yang memaksa mereka menjadi melek finansial.
Sejalan dengan itu, banyak orang muda AS tak berani memanfaatkan kredit pelajar (student loans). Seperti halnya Jessica Xydias, 25 tahun.
"Suami saya melakukannya. Itu membuat saya melihat akun kami setiap hari," katanya. "Utang melumpuhkan daya kami untuk menabung. Sangat sulit, kalau tak mau dibilang mustahil, bisa menyimpang uang di rekening Roth (simpanan pensiun)."
Untuk membangkitkan optimisme, generasi milenial AS disarankan untuk menengok kehidupan masa lalu orang tua mereka yang belum tentu sebaik sekarang. Adapun gaji dan aset mereka yang terus meningkat hingga saat ini, semata-mata lantaran dorongan inflasi.
Ekspansi ekonomi yang moderat saat ini yang melebihi pertumbuhan populasi dinilai menjadi modal positif buat generasi milineal.
"Itu lebih dari cukup untuk mendukung peningkatan standar hidup dari anak-anak kita dari waktu ke waktu," kata Gus Faucher, Senior Macroeconomist PNC Financial Services.
(mdk/yud)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Orang yang bahagia cenderung menghasilkan lebih banyak uang karena menggunakan pendekatan optimistis.
Baca SelengkapnyaAnies menegaskan, rakyat Indonesia harus mendapatkan kesempatan dan masa depan yang setara.
Baca Selengkapnya"Terlepas dari apa pun kondisi ekonomi Anda, di mana Anda tinggal, atau apa pun yang Anda kerjakan, setiap orang sebenarnya bisa kaya."
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Studi tersebut mengatakan generasi muda menerima cek stimulus yang lebih besar selama pandemi
Baca SelengkapnyaSaat pertama kali berkenalan, keduanya sama-sama memiliki latar belakang ekonomi yang sulit.
Baca SelengkapnyaEkonomi Indonesia Diprediksi Meroket Usai Pemilu, Begini Data Bank Indonesia
Baca SelengkapnyaSalah satu temuan paling signifikan dari survei ini adalah bahwa hal yang paling memengaruhi kebahagiaan Generasi Z adalah tujuan hidup mereka di tempat kerja.
Baca SelengkapnyaIndef menilai, ada perubahan pola konsumsi masyarakat yang mempengaruhi ekonomi.
Baca SelengkapnyaSyaratnya adalah ada orang lain yang bukan bagian keluarga Kepala Negara tadi juga mendapatkan porsi dan hak yang sama.
Baca Selengkapnya