Ekonomi Jepang melemah, saham terpangkas 39 poin
Merdeka.com - Kinerja pertumbuhan ekonomi Jepang yang melemah telah membuat pasar kembali pesimis. Hal tersebut ditunjukkan dengan indeks harga saham gabungan (IHSG) yang ditutup melemah 39,03 poin atau 0,94 persen menjadi 4.102,53 pada perdagangan Senin (13/8).
Data pertumbuhan ekonomi Jepang telah menunjukkan bahwa negara matahari terbit tersebut terkena imbas krisis utang Eropa. Ekonomi Jepang hanya tumbuh 0,3 persen pada kuartal kedua. Kinerja ekspor dan konsumsi domestik Jepang disinyalir menurun.
Saham Indotambang Raya Megah (ITMG) yang turun 1,18 persen menjadi 37.550 pada perdagangan hari ini telah melemahkan penutupan sektor pertambangan yang terpangkas 1,76 persen.
Sementara sektor infrastruktur juga turut terpangkas 1,66 persen, sektor industri aneka turun 1,29 persen, sektor keuangan melemah 0,94 persen, sektor properti turun 0,9 persen dan sektor pertanian terkoreksi 0,78 persen.
Perdagangan hari ini diramaikan oleh kegiatan jual beli 5,4 miliar lembar saham dengan nilai Rp 3,1 triliun. Nilai tukar Rupiah ditutup melemah 3 poin menjadi Rp 9.480 per USD.
Sementara di pasar regional Asia ditutup bervariasi. Indeks Nikkei 225 melemah 6,29 poin atau 0,07 menjadi 8,85,15, Hang Seng turun 54,76 poin atau 0,27 persen menjadi 20.081,36 dan Straits Times menguat 7,17 poin atau 0,23 persen menjadi 3.061,37.
(mdk/rin)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Padahal ekonom memprediksi angka PDB Jepang kali ini jauh di bawah perkiraan median pertumbuhan sebesar 1,4 persen.
Baca SelengkapnyaPadahal, Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia lebih baik dari proyeksi semula.
Baca SelengkapnyaSaat ini saja, pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai 5,05 persen, lebih tinggi dari banyak negara di dunia.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Proyeksi ini lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi 2022 yang mencapai 5,31 persen (yoy).
Baca SelengkapnyaSebagai negara maju, Inggris dan Jepang resmi masuk jurang resesi.
Baca SelengkapnyaSelain dari aspek liburan, momentum kenaikan upah minimum pendorong pertumbuhan ekonomi.
Baca SelengkapnyaData pertumbuhan ekonomi ini melemahkan harga minyak di awal sesi, namun para pedagang menyadari pasar minyak sedang ketat dan situasi di Timur Tengah.
Baca SelengkapnyaDua faktor ini menjadi penyebab pertumbuhan ekonomi global terganggu, bahkan lebih rendah dari proyeksi tahun lalu.
Baca SelengkapnyaADB mengingatkan kenaikan harga beras bisa mengganggu perekonomian Asia-Pasifik yang diramal mampu tumbuh 4,9 persen di 2024.
Baca Selengkapnya