Dirut SMI Akui Porsi Pendanaan Proyek Energi Baru Terbarukan Masih Kecil
Merdeka.com - Direktur Utama PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI), Edwin Syahruzad mengakui pendanaan dari perusahaannya untuk sektor energi baru terbarukan (EBT) masih kecil. Namun, pembiayaan dari SMI kepada sektor ini hampir ke semua jenis proyek EBT.
"Porsi kami memang kecil ke EBT, namun demikian tapi hampir mencakup EBT dari biomassa, mini hidro, panas bumi dan pembangkit tenaga angin di Sulawesi Selatan," kata Edwin dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) di Komisi VII DPR-RI , Jakarta, Senin (21/9).
SMI telah berkomitmen dalam pengembangan energi terbarukan melalui pembiayaan terhadap 11 proyek. Total proyek tersebut menghasilkan daya berkapasitas lebih dari 475 megawatt pada tahun 2019.
Adapun total komitmen pembiayaan yang diberikan lebih dari Rp2 triliun. Mobilisasi pembiayaan dilakukan dalam rangka berkontribusi terhadap mitigasi perubahan iklim.
"Ini untuk memobilisasi buat memitigasi perubahan iklim," kata dia.
Edwin juga melaporkan pihaknya telah menerbitkan obligasi hijau untuk menggerakkan dana. Sejatinya obligasi tersebut memang untuk aktivitas yang sifatnya pengembangan energi baru terbarukan.
Dukungan Pemerintah dan SMI pada sektor bumi khususnya pada tahapan eksploitasi. Berbagi dukungan ini tentunya bisa dalam bentuk pinjaman langsung di PLTP Dieng dengan kapasitas 10 megawatt. Kemudian pada proyek penugasan Waesano di Manggarai Barat dengan potensi 30 megawatt dalam pengeboran eksplorasi oleh Pemerintah.
Lalu, mitigasi risiko sumber panas atau pengeboran oleh BUMN dengan memberikan fasilitas pinjaman dengan porsi de-risking untuk SOE. Terakhir mitigasi risiko sumber panas pengeboran swasta dengan fasilitas pinjaman dengan porsi de-risking dari donor.
Diperlukan Pembagian Risiko
Dalam regulasi terhadap energi terbarukan, kata Edwin, diperlukan pembagian risiko yang optimal. Prinsipnya, setiap risiko harus dialokasikan kepada pihak yang tepat untuk mengelola. Tak ketinggalan diperlukan juga regulasi yang kondusif untuk mendorong investasi.
Beberapa hal yang perlu jadi perhatian dalam pembiayaan antara lain, kekuatan atau kapasitas sponsor proyek. Kapabilitas dan rekam jejak EPC. Cashflow yang stabil dari proyek. Struktur pembiayaan yang tepat dan pihak-pihak yang kompeten.
Untuk itu, dibutuhkan kerjasama erat antar pemerintah dan BUMN atau swasta untuk memenuhi target 23 persen EBT pada tahun 2025. Termasuk dengan berbagai lembaga bilateral atau multilateral dalam percepatan pembangunan berkelanjutan.
Dukungan dalam bentuk penguatan dalam aspek penyiapan proyek EBT. Dalam hal ini aspek penurunan risiko investasi untuk meningkatkan kelayakan proyek EBT.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
PHE hingga Juni 2023 mencatatkan produksi minyak sebesar 570 ribu barel per hari (MBOPD) dan produksi gas 2757 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD).
Baca SelengkapnyaProyek ini diharapkan bisa mengembangkan portofolio dalam pengelolaan energi hijau atau green energy.
Baca SelengkapnyaPemerintah seharusnya mengevaluasi faktor penyebab kegagalan pencapaian target investasi energi terbarukan selama ini.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Diharapkan produksi minyak mencapai 42.922 barel per hari (BOPD).
Baca SelengkapnyaJika pengembangan lapangan migas terus tertunda, maka diperkirakan di tahun 2042, Indonesia akan menjadi negara pengimpor net migas.
Baca SelengkapnyaLangkah ini penting dilakukan karena ada 13 juta ton lebih sampah plastik dalam setahun.
Baca SelengkapnyaPemerintah dan Pertamina telah menandatangani Kontrak Subsidi Energi 2024.
Baca SelengkapnyaSri Mulyani mengakui bahwa produksi emisi karbon per kapita di Indonesia mengalami tren kenaikan dalam beberapa tahun terakhir.
Baca SelengkapnyaRealisasi pembangunan ini melebihi target yang ditetapkan sebesar 1.035 unit.
Baca Selengkapnya