Dilema Bahan Bakar Ramah Lingkungan di Indonesia
Merdeka.com - Direktur Eksekutif ReforMiner, Komaidi Notonegoro, menyatakan bahwa hubungan antara ekonomi dan lingkungan sering bertolak belakang. Salah satu contohnya adalah saat ini, ketika pandemi sedang meradang dan berdampak buruk ke roda perekonomian, hal ini justru jadi angin segar untuk perawatan lingkungan.
"Sebenarnya, kita harus memperhatikan dan kaji ulang kembali. Mau yang mana yang didahulukan, lingkungan atau perekonomian? Setiap pilihan tentu melahirkan konsekuensi yang besar," ujarnya pada sesi Dialog Publik bersama Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) pada Jumat (13/11).
Menurut Komaidi, pemerintah pusat memiliki fungsi yang besar dalam menyeimbangkan setiap aspek, baik lingkungan dan ekonomi. "Kalau memang mau mengedepankan lingkungan, pasti ada konsekuensinya. Bisa jadi biaya yang harus dikeluarkan juga bisa jadi lebih besar karena proses produksinya juga butuh biaya yang besar," ungkapnya.
Oleh karena itu, persoalan mengenai bahan bakar ramah lingkungan masih menjadi sebuah dilema sampai sekarang. Pada 2014, pemerintah sempat menghapuskan eksistensi bensin premium. Namun, menjelang 2018, bensin premium kembali dimunculkan dengan dalih meningkatkan daya beli masyarakat. Akhirnya, sampai saat ini, pemerintah masih menghadirkan bensin premium karena harganya yang murah dan punya pengaruh pada daya beli.
Namun demikian, mengedepankan aspek ekonomi tanpa mempertimbangkan kualitas lingkungan ke depannya dianggap kurang bijaksana. "Saya kira aspek lingkungan juga harus sejalan dengan aspek ekonomi. Tetapi, memang harus rasional juga dalam melihat setiap konsekuensi yang muncul. Sehingga, ketika kita bicara soal industri, ada upaya memberikan opsi yang lebih ramah lingkungan," paparnya.
Ragam Pilihan Solusi Win-Win
Opsi ramah lingkungan yang sekaligus dapat berdampak pada perekonomian adalah dengan mengadakan fasilitas transportasi massa yang baik. Sebab, bus besar yang bisa mengangkut sebanyak 100 orang dan memiliki gas buang emisi yang lebih kecil jika dibandingkan dengan kendaraan pribadi yang dikendarai oleh 100 orang. Oleh karena itu, memperbanyak transportasi massal bisa menjadi solusi.
Selain lewat kendaraan pribadi, emisi juga dihasilkan dari industri. Komaidi menilai, Indonesia memiliki sumber energi yang mumpuni sebagai substitusi yang bisa mendukung produksi di industri.
"Kita punya panas bumi sebesar 40 persen, tapi yang dipakai baru 4 persen. Jika hal ini bisa dimanfaatkan, maka industri bisa memanfaatkan non BBM sebagai pendukung produksinya," ujarnya.
Komaidi berharap, ke depannya Indonesia bisa menerapkan konsep ekonomi hijau. "Karena, yang terjadi saat ini bukanlah sebuah evolusi atau revolusi, melainkan sebuah transisi ekonomi. Kemungkinan menuju ekonomi hijau sangat mungkin, terlebih kita berada di wilayah tropis yang keberagaman sumber energinya ada banyak," tutup Komaidi.
Reporter Magang: Theniarti Ailin
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
PLTU Ini Ganti Bahan Bakar Batu Bara dengan Sampah dan Limbah Uang Kertas, Emisi CO2 Langsung Turun 555.000 Ton
Masyarakat bisa berperan dalam menyediakan bahan baku biomassa, sehingga dapat menciptakan lapangan kerja baru dan meningkatkan pendapatan.
Baca SelengkapnyaPengembangan Ekonomi Hijau di Indonesia Belum Menggiurkan Buat Investor
Ekonomi hijau dinilai sebagai solusi dari sistem ekonomi eksploitatif yang selama ini cenderung merusak lingkungan.
Baca SelengkapnyaKunjungi Fasilitas Pengolahan Sampah Jadi Bahan Bakar Pertama di Indonesia, Jokowi: Bisa Ganti Batu Bara 60 Ton per Hari
Selain pemanfaatan bahan bakar alternatif dari sampah perkotaan, SBI juga menerapkan ekonomi sirkular bagi masyarakat.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Koperasi Bermasalah Tak Tertangani, Menkop Teten Tagih Janji DPR Bahas Rancangan Undang-Undang Koperasi
Operasional dan ekosistem kelembagaan koperasi sudah lama tidak dibenahi, meskipun koperasi dianggap sebagai pilar perekonomian nasional.
Baca SelengkapnyaContoh Permasalahan Lingkungan dan Solusinya, Cara Terbaik Antisipasi Bencana
Merdeka.com merangkum informasi tentang contoh permasalahan lingkungan hidup dan solusinya.
Baca SelengkapnyaManfaatkan Lahan Guna Secara Optimal, Pakar Pertanian Apresiasi Kebijakan Pangan dan Pertanian Era Jokowi
Hal tersebut disampaikan oleh Dekan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Mangku Purnomo.
Baca Selengkapnya7 Jenis Banjir dan Penjelasannya, Perlu Diwaspadai
Banjir merupakan bencana alam yang dapat menimbulkan dampak negatif yang luas dan serius bagi lingkungan, masyarakat, dan perekonomian.
Baca SelengkapnyaCurhat Pengusaha Minuman Ringan Makin Terpuruk: Kondisi Industri Ini Sangat Menyedihkan
Selama masa pandemi pada 2020-2021 merupakan masa-masa sulit bagi industri minuman di dalam negeri.
Baca SelengkapnyaKrisis Pangan Akibat Pupuk Langka, 22 Negara Ogah Jual Beras ke Luar Negeri
Banyak negara kini memilih berjaga untuk kepentingan dalam negeri dengan cara menutup keran ekspor pangannya,
Baca Selengkapnya