Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Dicabutnya sanksi nuklir Iran guncang ekonomi Rusia & Arab Saudi

Dicabutnya sanksi nuklir Iran guncang ekonomi Rusia & Arab Saudi Perundingan nuklir Iran. ©2015 Merdeka.com

Merdeka.com - Perundingan Iran dengan enam negara berpengaruh dunia, yakni Amerika Serikat, China, Inggris, Prancis, Jerman, dan Rusia, akhirnya membuahkan kesepakatan. Iran, negara mayoritas Syiah, diizinkan memiliki teknologi nuklir untuk tujuan damai. Sanksi ekonomi yang sejak tiga tahun terakhir menimpa Negeri Para Mullah itu dicabut.

Keputusan ini disambut masyarakat Iran dengan suka cita. Pasalnya, kesepakatan nuklir ini akan berpengaruh terhadap harga makanan pokok yang turun, nilai mata uang akan naik, harga minyak turun dan tentunya lapangan pekerjaan akan terbuka lebih luas lagi.

Kegembiraan masyarakat Iran terlihat dari beberapa unggahan netizen di media sosial, seperti Instagram dan Twitter.

Akun bernama Mohsen Tanabandeh merayakan hal tersebut dengan melakukan 'selfie' berjamaah sambil memakan kue.

Pada unggahan lain, seperti dari @farzanyar mengunggah sebuah foto kalender dan menandainya sebagai hari bersejarah di Iran.

Namun dibalik itu semua, dicabutnya sanksi nuklir akan menghantam perekonomian negara lain, khususnya penghasil minyak. Keputusan ini akan membuat harga minyak dunia turun. Sebab, dicabutnya disanksi ekonomi berarti Iran akan menjual minyak mentah ke pasaran global. Pasokan akan meningkat.

Merdeka.com mencoba merangkum beberapa dampak dicabutnya sanksi nuklir Iran yang dilansir dari berbagai sumber. Berikut penjelasannya.

Harga minyak dunia turun

Dicabutnya sanksi ekonomi memungkinkan Iran untuk kembali ke panggung ekonomi dunia dan mengekspor barang termasuk minyak bumi. Hal ini membuat harga minyak bergejolak beberapa hari ini.

Minyak mentah Brent sempat turun 2 persen menjadi USD 56,67 per barel pada Selasa (14/7) lalu. Namun, harga minyak dunia berbalik arah dan kembali naik menjadi USD 58,42 per barel. Sedangkan minyak WTI (West Texas Intermediate) naik satu persen menjadi USD 52,86. Sedangkan gas alam turun 1,2 persen.

Analis menyebut, gejolak harga minyak dunia terjadi karena banyak kalangan yang menyadari minyak mentah Iran tidak akan masuk pasaran dalam waktu dekat.

"Penjualan minyak Iran bertahap dan proses kemungkinan lebih lama daripada yang diharapkan," ucap Kepala Analis Lloyd' List Intelligence, Neil Atkinson seperti dilansir dari CNBC di Jakarta, Rabu (15/7).

Iran telah mengisyaratkan niatnya untuk kembali ke pasar minyak global dan ditulis dalam artikel di kementerian ESDM Iran. "Kami akan mencoba untuk memaksimalkan kapasitas ekspor minyak mentah ke Eropa," isi kutipan Pemerintah Iran.

Jika Iran resmi masuk ke pasar minyak dunia, bagaimana pergerakan harga minyak?

Para analis menyarankan agar investor dan dunia lebih melihat pada harga minyak mentah 2016 mendatang, dan kemungkinan akan jauh lebih rendah dari sekarang.

Tahun ini saja, pasokan minyak mentah sudah melimpah dan permintaan terus turun yang membuat harga terus anjlok. Kesepakatan nuklir Iran bisa membahayakan karena akan lebih banyak minyak mentah di pasaran. Selain itu, OPEC juga terus meningkatkan pasokan dalam rangka mendapatkan pangsa pasar.

"Pada saat kelebihan pasokan minyak, OPEC akan mencari pasar. Ketidakseimbangan pasar akan menekan harga minyak, tidak hanya sepuluh bulan ke depan tapi untuk jangka menengah," ucap analis gas dan minyak Natixis, Abishek Deshpande.

Ancam ekonomi Arab Saudi

Turunnya harga minyak dunia menghantam perekonomian Arab Saudi. Pendapatan negara dari penjualan minyak terus merosot, sedangkan pembiayaan negara tetap tinggi. Bahkan untuk menutupi defisit anggaran, Arab Saudi telah meminjam uang atau menambah utang sebesar USD 4 miliar melalui penerbitan obligasi pada tahun lalu.

Obligasi yang diterbitkan pemerintah Arab ini adalah yang pertama dalam 8 tahun terakhir, dan merupakan upaya untuk mempertahankan tingkat belanja publik karena harga minyak merosot.

Gubernur Badan Moneter Arab Saudi, Fahad al-Mubarak mengatakan, pemerintah akan menggunakan kombinasi obligasi dan cadangan devisa untuk mempertahankan pengeluaran dan menutupi defisit keuangan yang akan lebih besar dari yang diharapkan.

"Kami berharap ada peningkatan pinjaman untuk saat ini," katanya seperti dilansir dari CNBC di Jakarta, Kamis (16/7).

Analis memperkirakan, defisit anggaran di Arab Saudi akan menyentuh angka USD 130 miliar tahun ini. Pemerintah belum pernah mengeluarkan obligasi sejak 2007 silam dan akhirnya menggerus cadangan devisa. Hal ini dilakukan untuk mempertahankan pengeluaran negara untuk proyek khusus.

Selain itu, pembayaran bonus untuk pegawai negeri dan militer Saudi diakui akan menambah berat perekonomian Arab Saudi. Kas negara akan terus tergerus.

Untuk memenuhi kebutuhan belanja yang direncanakan, Arab Saudi membutuhkan harga minyak dunia USD 105 per barel. Sedangkan rata-rata harga minyak dunia saat ini hanya USD 58 per barel. "Jika bisnis pemerintah terus seperti ini maka akan menguras cadangan lenhi cepat dari yang diharapkan," ucap Direktur Ashmore Group Ltd untuk Timur Tengah, John Sfakianakis.

Dicabutnya sanksi nuklir Iran diprediksi akan terus membuat harga minyak dunia rontok. Arab saudi nampaknya harus membuat strategi baru untuk menutupi defisit anggaran negara.

Hantam ekonomi Rusia

Dicabutnya sanksi ekonomi Iran memberi dampak buruk pada Rusia, khususnya perusahaan minyak. Kepala riset komoditas, Citigroup, Ed Morse mengatakan hasil dari perjanjian ini mengancam ekspor minyak Rusia ke Eropa.

"Perusahaan minyak Eropa, terutama di pasar Mediterania sangat ingin melakukan eksplorasi dan produksi di Iran. Mereka sangat ingin melanjutkan hubungan bisnis di sana," kata Morse seperti dilansir dari CNBC di Jakarta, Jumat (17/7).

Dampaknya menurut Morse, dalam jangka pendek Eropa akan membeli minyak mentah dari Iran dan korban utama adalah perusahaan minyak di Rusia dan Irak.

Sebelum kesepakatan, Fellow Pusat Hubungan Translantic, Donald Jensen pernah mengatakan bahwa Rusia mungkin akan kehilangan kesepakatan jangka panjang dengan Eropa. Iran akan memiliki akses lebih baik ke pasar energi global dan mengalahkan perusahaan energi Rusia.

"Meski mencoba untuk menjaga hubungan baik dengan Moskow, Iran akan mengimbangi Rusia dan mengejar hubungan lebih baik," kata Donald.

Namun demikian, Direktur Riset Pasar Berkembang Eurasia Group di Rusia, Alexander Kliment mengatakan bahwa Rusia memiliki kesempatan untuk menjegal Iran. Mereka punya banyak kesempatan untuk melakukannya.

Ekspor minyak gas alam selama ini menjadi tulang punggung perekonomian Rusia. Penurunan harga minyak dunia dan ditambah pencabutan sanksi ekonomi Iran akan memukul perekonomian Rusia.

Iran unjuk gigi sesama negara muslim

Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif mengatakan bahwa kesepakatan nuklir yang baru-baru ini tercapai, akan membuka jalan bagi kerja sama baru di tingkat kawasan Timur Tengah dan internasional.

"Dengan menyelesaikan kemelut buatan terkait program nuklir secara diplomatis, kesempatan baru bagi kerja sama kawasan dan internasional muncul," kata Zarif sebagaimana dikutip dari laman resmi Kementerian Luar Negeri Iran.

Zarif berencana mengunjungi sejumlah negara Teluk dalam waktu dekat setelah liburan Idul Fitri, kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Marzieh Afkham kepada kantor berita IRNA.

Afkham menerangkan bahwa Iran sangat serius memperluas kerja sama regional, termasuk dengan negara-negara Sunni Muslim yang sering bersengketa dengan Tehran--yang berideologi Syiah.

(mdk/idr)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Harga Minyak Diprediksi Melonjak Akibat Serangan Houthi di Laut Merah

Harga Minyak Diprediksi Melonjak Akibat Serangan Houthi di Laut Merah

Tujuan serangan sebagai bentuk dukungan kepada Palestina ketika Israel dan Hamas melancarkan perang.

Baca Selengkapnya
Tahan Kenaikan Harga Bensin Akibat Konflik Iran Vs Israel, Pemerintah Bakal Tambah Subsidi BBM

Tahan Kenaikan Harga Bensin Akibat Konflik Iran Vs Israel, Pemerintah Bakal Tambah Subsidi BBM

Pemerintah berencana menambah anggaran subsidi BBM pasca konflik Iran dan Israel membuat harga minyak dunia naik.

Baca Selengkapnya
Pemerintah Khawatir Anggaran Subsidi BBM Bisa Bengkak Imbas Perang Iran Vs Israel

Pemerintah Khawatir Anggaran Subsidi BBM Bisa Bengkak Imbas Perang Iran Vs Israel

Konflik Iran Vs Israel berpotensi menaikkan harga minyak dunia dan subsidi BBM pemerintah bengkak.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Akibat Konflik Iran Vs Israel, Subsidi BBM di Indonesia Bengkak Jadi Rp249,86 Triliun

Akibat Konflik Iran Vs Israel, Subsidi BBM di Indonesia Bengkak Jadi Rp249,86 Triliun

Serangan balasan Iran ke Israel memicu kenaikan harga minyak dunia dan berakibat subsidi BBM bengkak.

Baca Selengkapnya
Pecah Perang Iran-Israel Picu Kenaikan Harga BBM hingga Krisis Bahan Pangan, Begini Penjelasannya

Pecah Perang Iran-Israel Picu Kenaikan Harga BBM hingga Krisis Bahan Pangan, Begini Penjelasannya

Sederet potensi gangguan ekonomi akibat pecah peran Iran-Israel di Timur Tengah.

Baca Selengkapnya
Indonesia Harus Lebih Tegas Melawan Diskriminasi Perdagangan Global

Indonesia Harus Lebih Tegas Melawan Diskriminasi Perdagangan Global

Indonesia kini menghadapi diskriminasi perdagangan dari banyak negara terkait kebijakan ekspor minyak kelapa sawit.

Baca Selengkapnya
Rupiah Anjlok Diduga Akibat Dampak Serangan Iran ke Israel, Ekonom Bongkar Fakta Lain

Rupiah Anjlok Diduga Akibat Dampak Serangan Iran ke Israel, Ekonom Bongkar Fakta Lain

Pasca serangan Iran ke Israel nilai tukar rupiah terus melemah, namun Ekonom BCA mengungkap fakta lain penyebab mata uang garuda anjlok.

Baca Selengkapnya
10 Mata Uang Terlemah di Dunia, Ada Rupiah Indonesia?

10 Mata Uang Terlemah di Dunia, Ada Rupiah Indonesia?

Pasca serangan balasan Iran ke Israel beberapa waktu, nilai tukar dolar terus menguat dan sebaliknya sejumlah negara mengalami pelemahan mata uangnya.

Baca Selengkapnya
Konflik Iran Vs Israel Picu Ekonomi Indonesia Merosot di Bawah 5 Persen, Begini Penjelasannya

Konflik Iran Vs Israel Picu Ekonomi Indonesia Merosot di Bawah 5 Persen, Begini Penjelasannya

Perekonomian Indonesia diprediksi merosot jika konflik Iran versus Israel berkepanjangan.

Baca Selengkapnya