Dibuka Rp 14.481 per USD, faktor eksternal dorong penguatan rupiah
Merdeka.com - Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan Selasa (6/10) kembali mengalami penguatan. Bahkan bergerak di kisaran Rp 14.100 per USD.
Data Bloomberg pagi ini, rupiah dibuka menguat 22 poin ke level Rp 14.481 per USD dari posisi penutupan perdagangan kemarin Rp 14.503 per USD.
Sementara kurs tengah Bank Indonesia, pada Senin (5/10), rupiah menguat 105 poin ke posisi Rp 14.604 per USD dari sebelumnya Rp 14.709 per USD.
Analis PT Samuel Sekuritas Indonesia Rangga Cipta dalam riset harian, Selasa (6/10), mengatakan, faktor eksternal lebih mendominasi penguatan rupiah dibandingkan sentimen dari dalam negeri.
Rilis data pekerja AS kemarin tidak sesuai ekspektasi pasar. Sehingga menimbulkan perkiraan bahwa suku bunga The Fed belum akan dinaikkan pada bulan ini.
"Dari domestik muncul sedikit optimisme terhadap gelontoran kebijakan ekonomi pemerintah Jilid II. Akan, tetapi adanya pemangkasan proyeksi pertumbuhan Indonesia pada 2016 oleh Word Bank jadi 5,3 persen dapat menahan rupiah," ujarnya.
(mdk/yud)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pemerintah harus melakukan intervensi agar rupiah tidak semakin terpuruk.
Baca SelengkapnyaPosisi ULN pada November 2023 juga dipengaruhi oleh faktor pelemahan mata uang dolar AS terhadap mayoritas mata uang global.
Baca SelengkapnyaKetidakpastian ekonomi global membuat masyarakat melakukan langkah masif yang makin memperburuk keadaan.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Januari 2024 mencapai USD145,1 miliar atau Rp2.275 triliun
Baca SelengkapnyaGubernur BI, Perry Warjiyo mengakui nilai tukar Rupiah masih tertekan oleh dolar AS.
Baca SelengkapnyaADB mengingatkan kenaikan harga beras bisa mengganggu perekonomian Asia-Pasifik yang diramal mampu tumbuh 4,9 persen di 2024.
Baca SelengkapnyaUtang luar negeri pemerintah pada November 2023 sebesar USD 192,6 miliar atau tumbuh 6 persen (yoy), meningkat dari pertumbuhan bulan sebelumnya tiga persen.
Baca SelengkapnyaSesuai data dari Badan Pusat Statistik (BPS) bulan Januari hingga Februari terjadi defisit ketersediaan beras dari petani sebesar 2,7 juta beras.
Baca SelengkapnyaImpor barang modal mengalami persentase penurunan terdalam yaitu turun sebesar 10,51 persen.
Baca Selengkapnya