Di mata orang Medan, jadi Petani pekerjaan hina
Merdeka.com - Sektor pertanian merupakan tonggak kekuatan ekonomi negara agraris. Namun jargon itu tidak sepenuhnya berlaku di Indonesia. Sektor pertanian di dalam negeri mulai terpinggirkan berganti dengan sektor industri manufaktur yang lebih menggeliat.
Jadi jangan heran jika impor bahan pangan mengalir deras ke dalam negeri. Sebab kedigdayaan swasembada pangan di Tanah Air kini hanya tinggal cerita. Lumbung-lumbung pangan nasional secara perlahan meredup bahkan mulai mati.
Seperti yang terjadi di Kabupaten Sedang Bedagai, Medan. Kabupaten ini terkenal sebagai salah satu penghasil terbesar pangan khususnya beras. Tapi itu dulu di saat masih banyak warga Medan yang dengan penuh semangat menggarap potensi lahan pertanian.
Kini, lahan pertanian dibiarkan kosong. Sebab muncul paradigma baru di mata orang Medan dan sekitarnya, menjadi petani bukan sebuah pekerjaan yang layak. Banyak yang akhirnya memilih mencari pekerjaan lain.
"Kami kesulitan mencari tenaga kerja (petani) dari dalam kabupaten ini, rata-rata anak-anak mereka (petani) tidak mau menjadi petani sehingga tidak ada generasi selanjutnya untuk melanjutkan produksi beras disini. Anggapan mereka bahwa menjadi petani adalah pekerjaan hina, pekerjaan bau lumpur," ujar Ketua Industri Pertanian Terpadu, Parlan Sibarani kepada merdeka.com, beberapa pekan lalu di Medan.
Kondisinya bakal semakin mengkhawatirkan. Dalam lima tahun ke depan, kabupaten ini bakal kesulitan dan kekosongan tenaga kerja sektor pertanian. Padahal dalam tiap tahunnya, melalui desa binaan para calon petani diberikan pembekalan dasar hingga penggunaan alat teknologi pertanian.
"Pembinaan ini sudah berjalan selama setahun tapi tidak juga menghasilkan tenaga kerja yang banyak. Saya yakin dalam lima tahun ke depan akan sulit mencari petani di sini," jelas dia.
Setiap tahun, kabupaten ini menghasilkan beras 14,5 ton beras dengan memanfaatkan luas lahan pertanian 3.434 hektar (ha). Tingginya produksi beras tidak dinikmati langsung oleh warga Medan. Sebab, petani penggarap lahan pertanian di kabupaten ini didatangkan dari luar Medan.
"Kan sayangnya setiap tahunnya kami menghasilkan produksi beras terbesar di kota ini. Dan kami harus bayar upah yang lebih tinggi karena mempekerjakan petani dari luar. Kami setiap harinya mendatangkan 13 orang untuk satu hektar dengan upah 100.000 per hari," ungkapnya.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tersenyum Lebar, Petani di Lahan Transmigrasi Menikmati Hasil Panen Padi yang Berlimpah
Cerita petani berhasil panen padi hingga 1 ton di lahan transmigrasi yang ia garap.
Baca SelengkapnyaMelihat Desa Petani Unik di Jepang, Alamnya Cantik & Ladang Tertata Rapi
Banyak warga lokalnya menggunakan ladang untuk dijadikan sebagai lahan menanam sayur-sayuran.
Baca SelengkapnyaMomen Ribuan Warga Blitar Naik Kereta Menuju Sumatra, Diminta Pindah dari Pulau Jawa dengan Iming-iming Lahan Pertanian Luas
Minimnya lapangan pekerjaan dan upah buruh yang rendah membuat warga Blitar rela meninggalkan kampung halamannya
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
60 Pantun Jawa Lucu yang Kocak, Cocok untuk Hiburan Sehari-hari
Merdeka.com merangkum informasi tentang 60 pantun Jawa lucu yang kocak dan bikin ngakak. Pantun-pantun ini cocok untuk hiburan sehari-hari.
Baca SelengkapnyaPuluhan Hektare Lahan Pertanian di Lumajang Rusak dan Terancam Gagal Panen Setelah Diterjang Angin Kencang
Yulianto, salah seorang petani mengatakan lahannya terancam gagal panen atas kondisi kerusakan tersebut.
Baca SelengkapnyaBukan Kaget, Pria ini Heran Liat Mobil Tabrak Kamar di Rumahnya 'Apa ini Bang? Mau Tidur Mobilnya?'
Sebuah mobil tiba-tiba menabrak bagian tembok hingga menerobos ke dalam kamar miliknya. Namun ia nampak heran bukannya kaget.
Baca SelengkapnyaHeboh Pohon Beringin Tua di Alun-Alun Kota Blitar Tumbang, Puluhan Orang Luka-Luka
Kejadian itu bertepatan dengan hujan disertai angin kencang yang melanda Blitar.
Baca SelengkapnyaTinggalkan Pekerjaan di Kota Besar Pilih Pulang Kampung agar Dekat dengan Anak Istri, Kisah Pedagang Kelontong Asal Tuban Ini Bikin Haru
Pendapatannya saat ini jauh lebih sedikit tapi ia mengaku bahagia
Baca SelengkapnyaTersisa 8 Orang dan Hampir Punah, Ini Jejak Suku Darat di Pulau Rempang
Penghuni asli Pulau Rempang yang hidup di hutan belantara kini sudah berada diambang kepunahan.
Baca Selengkapnya