Contoh Peru, pemasangan konverter gas idealnya dibantu bank

Merdeka.com - Menteri Keuangan Chatib Basri menyatakan pemasangan konverter gas di mobil pribadi tak perlu memakai insentif pemerintah. Mencontoh program serupa di Peru, program pengurangan konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) itu lebih efektif dibantu sektor perbankan.

Di negara Amerika Latin itu, perbankan membagikan gratis konverter kit ke konsumen. Skema bisnis itu tidak merugikan karena pengusaha POM Bensin langsung memotong hasil penjualan gas dan diserahkan kepada lembaga keuangan.

"Dibagikan gratis, tentu orang berpikir rugi dong. Ternyata cara yang dilakukan di Peru adalah bank itu dapat kembali dari pembelian gas-nya di pom bensin. Jadi dengan sendirinya dia dapat persentase tertentu, sehingga kreditnya balik," ujarnya di Kementerian Keuangan, Jakarta, Jumat (29/11).

Dengan demikian, program itu sepenuhnya dijalankan oleh sesama swasta, yakni perbankan dan pengusaha hilir migas. Bila skema demikian hendak ditiru Indonesia, insentif pemerintah tak diperlukan lagi. Apalagi, menurut Chatib, yang perlu didorong adalah peralihan konsumen ke gas, bukan insentif untuk konverter kit.

"Selama ini sebenarnya enggak perlu pakai insentif. Karena harga BBM itu mahal lebih jauh dengan harga gas. Jadi sudah cukup," kata Chatib.

Menurut menkeu, wacana ini idealnya dikaji oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Karena bendahara negara tidak menyentuh sampai aspek teknis pemasangan konverter kit.

Jika penggunaan gas dapat meningkat, pemerintah ikut senang. Berarti impor migas bisa berkurang, dan beban subsidi energi dalam APBN turut dikurangi. "Ini kan mestinya di ESDM," kata Chatib.