Merdeka.com - Permintaan ekspor kerajinan produk cinderamata bebek asal Desa Jambu Kulon, Ceper, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah menjelang Natal meningkat hingga sekitar 50 persen. Permintaan akan cinderamata ini datang dari sejumlah negara seperti Belgia, Australia, Belanda, dan Amerika Serikat.

Seorang perajin, Eni Purwanti (35), mengatakan cinderamata bebek produksinya yang sedang digemari pasar luar negeri antara lain dengan aksesori mengenakan topi, sepatu bot, dan ski. Eni mengatakan pesanan kerajinan bebek bulan ini mencapai 1.500 buah ke Belgia.

Menurutnya, pemesan dari luar negeri itu, datang sendiri ke Klaten dan memilih sesuai dengan permintaan yang sedang tren saat ini. "Bebek yang diproduksi di Klaten ini, tidak hanya dijual ke Belgia atau negara asal pemesan. Namun, bebek ini oleh pemesan juga dikirimkan ke negara lain, seperti Australia, Belanda, dan Amerika Serikat," kata Eni seperti dikutip dari Antara, Jumat (25/11).

Eni mengatakan tingginya pemesanan membuat pihaknya tidak mampu melayani permintaan pasar. Menurutnya, kemampuan produksinya rata-rata baru sekitar 1.000 buah per bulan dengan menggunakan empat lima tenaga kerja.

"Bebek ini membuatnya membutuhkan keahlian khusus dan ketelitian sehingga cukup rumit. Saya harus memproduksi sesuai pesanan pelanggan," katanya lagi.

Bahkan, konsumen lokal tidak mampu mendapat pesanan itu, karena semua untuk permintaan pelanggan asal luar negeri. Pesanan cinderamata bebek kini sudah datang lagi sebanyak 1.000 buah untuk dikirim pada Desember mendatang.

Perajin lainnya asal Desa Jambu Klaten, Supriyanto (36), mengatakan bahan baku bambu pun mengalami kenaikan akibat tingginya pesanan. Harga bambu sekarang sudah naik mencapai Rp 4.500 per buah. Padahal, harga bonggol bambu awal-awalnya hanya Rp 300 per buah.

Supriyanto menjelaskan kerajinan tangan produknya tersebut berkualitas ekspor dan dijual antara Rp 35.000 per buah untuk ukuran kecil, Rp 80.000 per buah (sedang), dan Rp 100.000 per buah (besar).

Menurut Supriyanto, usaha kerajinan bebek ditekuni sejak 1999, tetapi produknya mulai melayani permintaan ekspor baru pada 2014 hingga sekarang. Menurut dia, dengan usaha kerajinan bebek yang dibuat dari bahan baku bambu dan limbah kayu tersebut, hasilnya cukup menjanjikan, dan omzet penghasilan bulan ini mencapai Rp 50 juta.

"Saya membuat bebek ini biaya produksinya mencapai sekitar 50 persen dari harga jual barangnya," kata Supriyadi yang mengaku hanya tamatan sekolah teknik mesin pada 1998.