BPK sebut ada ketidakefisienan program pembangunan rumah susun
Merdeka.com - Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dinilai kurang efektif mengelola program Bina Lingkungan. Kelemahannya paling banyak ditemukan dari aspek perencanaan.
Hal itu disampaikan Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Hadi Purnomo di Jakarta, Senin (14/4). Salah satu paling disoroti adalah program cetak sawah yang menelan dana Rp 380 miliar.
"(BUMN Pelaksana) tidak memiliki informasi potensi lahan yang akan dibangun secara akurat dan pembuatan perjanjian kerja sama konsultasi perencanaan bersamaan dengan kontrak konstruksi," kata Hadi.
Secara keseluruhan, program bina lingkungan menelan dana Rp 828,9 miliar. Kegiatan ini setara Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan swasta, sesuai Undang-Undang 40 Tahun 2007.
BPK pun menemukan ada ketidakefisienan dalam program pembangunan rumah susun yang menelan dana Rp 151 miliar. Indikasinya, karena tidak ada rencana anggaran dan biaya (RAB) yang dibuat PT Hutama Karya dan Perum Perumnas. Metode bagi hasil bisnis itu juga tidak dijelaskan, termasuk potensi keuntungan (IRR).
Dari 29 BUMN yang menjadi obyek pemeriksaan terkait pengelolaan keuangannya, ada 263 kelemahan sistem pengendalian internal, dan 265 kasus ketidakpatuhan pada peraturan perundang-undangan. Hadi menyimpulkan ada potensi kekurangan penerimaan kas negara. "Senilai Rp 2,39 miliar," ucapnya.
Ada pula belanja tidak sesuai atau melebihi ketentuan dalam 11 kasus senilai Rp 46,09 miliar dan temuan potensi kerugian perusahaan berupa piutang atau dan bergulir yang berpotensi tertagih sebanyak 20 kasus senilai Rp 1,59 triliun.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
BTN berharap pemerintah dengan cepat mengambil keputusan terkait hal tersebut.
Baca SelengkapnyaMereka memanfaatkan bangunan senilai Rp500 juta hasil Program Desa Brilian. Namun mereka dikenakan tarif sewa lebih mahal untuk bisa berjualan di sana.
Baca SelengkapnyaTerdapat sejumlah tahapan pembangunan rumah Siwaluh Jabu yang dibantu dukun.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mencatat hingga 2022 ada sekitar 12,71 juta backlog rumah.
Baca SelengkapnyaSMF menyoroti rumus BPS dalam menghitung angka backlog yang masih mengacu pada ukuran rumah tangga, bukan keluarga.
Baca SelengkapnyaSuharyanto juga memberikan bantuan secara simbolis kepada para warga yang terdampak gempa.
Baca SelengkapnyaProyek menyedot uang rakyat yang hanya untuk selera tertentu akan dislepet.
Baca SelengkapnyaProgres pembangunan keseluruhan rumah menteri di IKN berkisar 78 persen.
Baca SelengkapnyaTNI bakal mengevaluasi salah satunya dengan merelokasi laham Gudmurad setelah insiden tersebut.Ada Perumahan Warga
Baca Selengkapnya