Bos OJK Beberkan Tiga Kunci Pengembangan Industri Keuangan Syariah
Merdeka.com - Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Wimboh Santoso mengatakan, salah satu arah pengembangan keuangan syariah dengan melakukan pembangunan sinergitas dan integrasi ekonomi dalam satu ekosistem syariah yang lengkap. Demi mewujudkannya perlu ada sinergi dan integrasi antara sektor riil, keuangan komersial dan keuangan sosial.
"Untuk mengembangkan keuangan syariah diperlukan sinergi dan integritas antara sektor riil, keuangan komersial, dan keuangan sosial" kata Wimboh dalam Forum riset Ekonomi Keuangan Syariah 2020, Jakarta, Senin (21/9).
Ketiga sektor tersebut dapat tumbuh bersama-sama dengan melibatkan secara aktif berbagai pemangku kepentingan seperti pelaku industri halal. Mulai dari pelaku usaha makanan, fesyen, kosmetik dan kesehatan, pariwisata, media, dan market place halal.
Selain itu, perlu adanya pengembangan dan melibatkan Islamic social Finance. Misalnya, zakat, infaq, shodaqoh dan wakaf. Wimboh menambahkan perlu juga menggaet organisasi kemasyarakatan berbasis agama seperti pesantren, NGO dan masjid.
"Kita juga perlu memasukkan organisasi kemasyarakatan berbasis agama, pesantren, NGO, dan lain-lain yang tentunya banyak sekali di lingkungan masyarakat kita," kata dia.
Sinergi juga perlu dibangun dengan para pemangku kepentingan mulai dari otoritas, institusi, asosiasi seperti pemerintah, Bank Indonesia maupun KNKS, IAIE dan MES.
Inklusi Keuangan Syariah Masih Rendah
Sebelumnya, Wimboh mengatakan, inklusi keuangan syariah di Indonesia masih rendah, yakni hanya 9,1 persen. Padahal, Indonesia merupakan salah satu negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, namun literasi keuangan syariah masih rendah.
"Meskipun Indonesia berpenduduk muslim terbesar di dunia, tingkat literasi kita masih rendah yakni hanya 8,11 persen dan tingkat inklusi keuangan syariah kita masih rendah yaitu 9,10 persen," kata Wimboh dalam Forum riset Ekonomi Keuangan Syariah 2020, Jakarta, Senin (21/9).
Dia menjelaskan, capaian ini lebih rendah dibandingkan dengan literasi keuangan konvensional. Dengan demikian, perlu adanya strategi membangun permintaan (demand) dari masyarakat terhadap produk keuangan syariah.
Menurutnya akan sulit membangun lebih cepat keuangan syariah nasional tanpa menciptakan permintaan. Ekspansi ekonomi syariah tidak akan tercapai bila hanya mengandalkan jumlah penduduk muslim saja.
"Untuk itu program peningkatan literasi dan perluasan akses keuangan syariah harus terus dan semakin ditingkatkan dan diintensifkan," imbuhnya.
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus mendorong peningkatan literasi dan inklusi keuangan syariah.
Baca SelengkapnyaAdanya ruang untuk inovasi ini dapat membuka akses ke pasar baru, dimana hal ini juga dapat membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat luas.
Baca SelengkapnyaOJK menegaskan komitmennya dalam meningkatkan budaya antikorupsi demi menjaga integritas dan kredibilitas sebagai otoritas di sektor jasa keuangan.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Salah satunya kondisi suku bunga yang masih di level tinggi, walaupun di proyeksikan tidak akan naik lagi.
Baca SelengkapnyaPeluncuran ini sejalan dengan mandat UU No. 4 Tahun 2023 tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (UU P2SK).
Baca SelengkapnyaOJK menyebut ada tiga pihak yang dikenakan kewajiban dalam pelaporan kepemilikan saham atau setiap perubahan kepemilikan saham perusahaan terbuka.
Baca SelengkapnyaPer Februari 2024 aset industri Perasuransian, Penjaminan, dan Dana Pensiun (PPDP) mencapai Rp 1.130,05 triliun atau naik 2,08 persen secara tahunan (yoy).
Baca SelengkapnyaSektor fintech syariah dapat terus tumbuh dan mampu menjawab kebutuhan keuangan konsumen Muslim di Indonesia.
Baca SelengkapnyaOJK) bekerjasama dengan Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) meluncurkan kajian pemanfaatan teknologi di sektor asuransi.
Baca Selengkapnya