Bos BSI Minta Penawaran KPR ke Milenial Bisa Lebih Mudah, Cepat dan Bersaing
Merdeka.com - Bank Syariah Indonesia (BSI) kembali melebarkan sayap bisnis pembiayaan ke sektor properti. Lewat produk Griya Simuda, BSI menawarkan pembiayaan KPR atau KPA yang menyasar kalangan milenial sebagai target utama.
Direktur Utama BSI, Hery Gunardi ingin penawaran produk KPR ini tidak berbelit-belit, proses cepat dan harga bersaing. Sebab, target pasar memiliki sifat yang ingin serba cepat, berbasis teknologi dan cepat bosan.
"Syaratnya jangan berbelit, prosensya mesti cepat dan harganya masih bersaing, mungkin tidak paling bagus tapi tidak paling jelek, itu yang harus dilakukan," kata Hery dalam Launching Produk BSI Griya Simuda, Jakarta, Jumat (7/5).
Hery menjelaskan, karakteristik milenial secara umum tidak begitu mementingkan skema syariah atau konvensional. Mereka melihat dari kemudahan persyaratan pengajuan pembiayaan yang mudah. Untuk itu dia meminta agar persyaratan pengajuan pembiayan hanya yang pokoknya saja.
"Isi form kalau panjang dan ruwet orang malas. Persyaratan kita ini mandatory aja. Apalagi calon nasabah ini sudah payroll di kita," kata dia.
Dari sisi proses, Hery mengatakan kalangan milenial dan anak muda tidak suka yang berbelit. Hery menceritakan sejak tahun 2005, Thailand telah menerapkan pola loan factory. Proses input data calon nasabah dilakukan menggunakan mesin dengan penilaian berbasis skor.
"Semua keputusan ini scoring, human touch ini sedikit. Ini modelya aplikasi, jadi yang masuk enggak ada yang ditolak. Kalau kemampuan mencicilnya kurang, tenornya diperpanjang, begitu juga sebaliknya," kata dia.
Indonesia Belum Terapkan
Sayangnya, di Indonesia belum menerapkan hal yang sama. Hanya karena satu dan lain halnya, pengajuan pembiayaan bisa ditolak.
Dia mencontohkan, ada pengajuan kredit sebuah rumah dengan harga Rp370 juta. Orang tersebut kemudian mengajukan pembiayaan sebesar Rp350 juta karena sudah memiliki uang DP Rp20 juta. Seringnya, perbankan hanya bisa memberikan pembiayaan, Rp320 juta. Ini yang menurut Hery harus dibenahi.
"Berarti uangnya kurang dan akhirnya enggak jadi beli. Makanya, kalau ada yang kaya gini ya sudah kasih saja. Apalagi kalau developernya sudah TKS sama kita dan kita tahun propertinya. Terobosan itu perlu," kata dia.
Soal harga, juga menjadi tantangan lainnya. Hery meminta tim marketing bisa berinovasi dan kreatif. Misalnya, membuat produk DP 0 persen untuk beberapa tahun untuk menarik konsumen. Dia mencontohkan promosi yang dilakukan salah satu maskapai penerbangan yang menawarkan harga murah untuk jangka waktu tertentu.
"Air asia ini misalnya jual tiket Rp 100 ribu semua seat. Tapi kebeli semua dalam sehari kan enggak, kalau iya kan dia bisa tutup. Nah dia kan enggak (rugi), malah dia untung, jadi ini bisa (ditiru caranya)," kata dia mengakhiri.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Padahal Pemerintah gencar membagikan bantuan sosial (bansos) pangan berupa beras.
Baca Selengkapnyaperpanjangan relaksasi HET beras premium ini dilakukan untuk menjaga ketersediaan di pasar. Khususnya, stok beras premium di pasar modern.
Baca SelengkapnyaBPS mencatat nilai impor beras pada Januari 2024 mencapai Rp4,36 triliun.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Korlantas menjelaskan persiapan mudik balik Lebaran 2024 mencapai 98 persen.
Baca SelengkapnyaKenaikan PPN dengan menggunakan single tarif dapat menyebabkan semakin menurunnya daya saing industri.
Baca SelengkapnyaAngka kemiskinan nasional berdasar data BPS masih 9,36 persen, jauh di atas target pada RPJMN 2020-2024 sebesar 6,5 – 7,5 persen.
Baca SelengkapnyaLayanan pengaduan itu dibuka Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI).
Baca SelengkapnyaSempat ditipu hingga ratusan juta, pengusaha bawang goreng satu ini justru makin sukses dengan penghasilan mencapai ratusan juta.
Baca SelengkapnyaBayu menjelaskan bahwa SPHP merupakan program pemerintah melalui Badan Pangan Nasional yang dilaksanakan oleh Bulog dalam rangka menjaga stabilitas harga beras.
Baca Selengkapnya