Bos BI: Rupiah Sebesar Rp 14.500 Masih di Bawah Fundamental
Merdeka.com - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat terus mengalami penguatan, volatailitas rupiah pun tercatat rendah. Meski demikian, nilai tukar rupiah masih undervalued alias masih di bawah nilai fundamentalnya.
"Volatailitas rupiah itu sangat rendah, depresiasi sampai hari kemarin itu dibawah 7 persen, tingkat pelemahannya itu 6,8 persen. Volatilitasnya itu juga sekitar 7 atau 8 persen, sangat rendah. Jadi kalau kita lihat rupiah kita bergerak stabil dan menguat," kata Perry saat ditemui, di Kompleks Bank Indonesia, Jakarta, Jumat (28/12).
"Sejak Juli, Agustus rupiah membaik bahkan terus menguat dan pada hari-hari ini diperdagangkan sekitar Rp 14.500 meskipun kami melihat level itu masih undervalued kalau dilihat dari sisi fundamentalnya," ungkap dia.
Ke depan, dia mengaku optimis tekanan terhadap nilai tukar rupiah tidak akan terlalu besar seiring dengan menurunnya risiko yang disebabkan oleh perekonomian global.
"Kami sampaikan Fed Fund Rate yang tahun ini naik empat kali tahun depan diperkirakan hanya dua kali. Ketegangan perdagangan juga telah ada tanda-tanda untuk mengarah ke lebih baik. Premi resiko membaik sehingga itu dari sisi globalnya juga akan memberikan faktor positif bagi aliran modal asing ke Indonesia dan karenanya mendukung stabilitas dan pergerakan rupiah yang lebih baik," jelas dia
Dia menjelaskan, fundamental ekonomi diprediksi akan lebih baik. Proyeksi pertumbuhan ekonomi Tahun 2019 yang akan lebih tinggi di kisaran 5 sampai 5,4 persen 2019, inflasi yang terkendali, dan defisit transaksi berjalan yang diupayakan akan berada di kisaran 2,5 persen pada 2019, diyakini akan membantu penguatan rupiah.
Selain itu, tumbuhnya pasar DNDF (Domestic Non-Deliverable Forward) juga akan turut menopang stabilitas dan pengutan nilai tukar rupiah.
"Kalau dulu pasarnya hanya spot atau tunai, sekarang ada pasar swap dan bahkan DNDF yang terus berkembang. DNDF di dalam negeri juga terus tumbuh bahkan juga membawa Offshore NDF apakah di Singapura, London, dan New York juga mengikuti pergerakan-pergerakan dalam negeri," tandasnya.
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Gubernur BI, Perry Warjiyo mengakui nilai tukar Rupiah masih tertekan oleh dolar AS.
Baca SelengkapnyaHal itu tercermin pada yield US Treasury yang meningkat sejalan dengan premi risiko jangka panjang dan inflasi yang masih di atas prakiraan pasar.
Baca SelengkapnyaGubernur BI, Perry Warjiyo menyampaikan, nilai tukar Rupiah hingga 19 Maret 2024 relatif stabil.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Perry mengatakan, keputusan mempertahankan suku bunga acuan ini untuk penguatan stabilisasi nilai tukar Rupiah dari dampak tingginya ketidakpastian global.
Baca SelengkapnyaKenaikan suku bunga acuan demi menguatkan stabilitas rupiah.
Baca SelengkapnyaKetidakpastian ekonomi global membuat masyarakat melakukan langkah masif yang makin memperburuk keadaan.
Baca SelengkapnyaPerhitungan asumsi dolar dalam perhitungan biaya Bulog menggunakan asumsi dasar Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN).
Baca SelengkapnyaDi Asia, China menempati posisi rasio utang terhadap PDB yang tertinggi mencapai 77,10 persen.
Baca SelengkapnyaMenyikapai Rupiah terus melemah, Kementerian Keuangan terus memperkuat koordinasi bersama Komite Stabilitas Sistem Keuangan.
Baca Selengkapnya