Bisnis kondom tak laku, anak usaha RNI produksi masker
Merdeka.com - PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) yang mempunyai 14 anak perusahaan, akan menggabungkan dua anak perusahaannya yaituMitra Rajawali Banjaran (MRB) dengan Phapros. Penggabungan atau merger ini juga menggeser fokus bisnis MRB yang semula fokus pada bisnis kondom, dialihkan ke produksi alat kesehatan.
Direktur Utama RNI Ismet Hasan Putro menyebutkan, bisnis kondom saat ini tidak menguntungkan perusahaan. Saat ini dari kapasitas 900.000 gross, yang terfungsikan hanya 450.000 gross untuk kebutuhan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).
"Itu ke depan kita akan merger dengan phapros, jadi size bisnisnya untuk kondom kita perkecil, jadi kita akan perbesar alat kesehatannya. Jadi jarum suntik, alat penutup mulut (masker), pakaian kesehatan itu yang akan kita perbesar," ungkap Ismet ketika ditemui di Gedung DPR, Jakarta, Senin (8/10).
Dia meyakini, prospek bisnis masker atau penutup mulut, saat ini cukup menjanjikan. Dari sisi permintaan, lebih banyak permintaan masker dibandingkan permintaan kondom. Masker dan sarung tangan banyak dibutuhkan masyarakat. "Sedangkan kondom kan tidak, sementara bahannya sama, latex," tegasnya.
Setelah dimerger, MRB bukan lagi menjadi PT melainkan unit bisnis dari Phapros. Kondom bukan lagi menjadi bisnis utamanya. MRB akan bergeser menjadi alat kesehatan.
"Kondom kita turunkan, karena pada faktanya kondom itu bisnis yang tidak menguntungkan bagi RNI, banyak konsen yang justru membuat dia selalu merugi. Dan alat kesehatan itu sangat prospektif, jarum suntik, masker, kebutuhannya sangat luar biasa dibandingkan kondom," ucapnya.
Dia menjelaskan, produksi atau pembuatan kondom saat ini tidak menguntungkan dari sisi bisnis. Hanya bisa menutupi biaya produksi saja. Namun bukan berarti produksi kondom berhenti. Jika ada pesanan dari BKKBN, RNI masih siap untuk produksi kondom.
"Tetap berproduksi tapi tidak lagi maksimal. Kalau tidak ada pesanan dari BKKBN kan reguler, kalau reguler daya penetrasi kami kan lemah, tidak sampai 10 persen. Nah kita turunkan saja. Mungkin hanya sekitar 100 ribu kalau tidak ada pesanan dari BKKBN. Sekarang lagi on going," jelasnya.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Delapan anak korban terkait kasus konten porno jaringan internasional menjalani perawatan kesehatan dan layanan konseling.
Baca SelengkapnyaSaat pertama kali berkenalan, keduanya sama-sama memiliki latar belakang ekonomi yang sulit.
Baca SelengkapnyaAir yang semula semata kaki langsung berubah hingga sepinggang orang dewasa
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Dia membuat produk perawatan rambut lalu dijual ke berbagai salon daerah Tangerang.
Baca SelengkapnyaRela merantau, ia setiap harinya harus menjual dagangan baksonya.
Baca SelengkapnyaOrang tua bisa melatih anak sebisa mungkin untuk belajar memakai masker.
Baca SelengkapnyaMustika Ratu awalnya bukan memproduksi kosmetik atau perawatan tubuh seperti sekarang ini.
Baca SelengkapnyaPada usia muda 25 tahun, ia sukses jadi bos skincare dan gurita bisnis lainnya hingga punya omzet miliaran per bulan.
Baca SelengkapnyaSetiap hari ia menerima pesanan 100 toples jajanan khas Blitar.
Baca Selengkapnya