Bisa Dihasilkan Sendiri, Mengapa Produk ini Masih Impor?
Merdeka.com - Indonesia negara yang dianugerahkan sumber daya alam (SDA) yang berlimpah dan memiliki sumber daya manusia (SDM) yang unggul di berbagai bidang. Sayangnya, kekayaan alam yang berlimpah dan memiliki SDM yang unggul tidak mampu dimanfaatkan dengan baik.
Buktinya masih banyak barang-barang diimpor dari negara lain. Bahkan Presiden Jokowi dibuat heran, sebab barang-barang mampu diproduksi oleh industri kecil dalam negeri, namun justru malah diimpor.
"Barang lain masih ribuan. Enak banget itu negara yang di mana barang itu kita impor. Kita ini masih defisit transaksi berjalan, defisit neraca perdagangan, masih impor. Impor itu enak karena harganya lebih murah," jelas Presiden Jokowi dalam pembukaan Rakornas LKPP di JCC Senayan Jakarta, Rabu (6/11).
Berikut ini barang dan bahan yang masih impor dari negara lain:
Cangkul
Presiden Jokowi mengaku heran jika cangkul aja harus impor dari negara lain. Jokowi mengatakan bahwa cangkul hanya salah satu barang yang sebenarnya bisa diproduksi, tapi malah impor.
"Misalnya urusan pacul, cangkul, masa masih impor. Apakah tidak bisa didesain industri UKM kita, kamu buat pacul. Tahun depan saya beli. Ini puluhan ribu ratusan ribu cangkul yang dibutuhkan masih impor," ucap Jokowi.
Untuk itu, dia menilai pengadaan barang dan jasa seharusnya bisa dimanfaatkan membangun industri-industri kecil yang berkaitan dengan barang. Dia meminta LKPP dapat memetakan mana yang dapat diproduksi di dalam negeri dan perlu impor.
"Persulit barang impor impor itu. Impor impor senangnya kita. Stoplah," tegas Jokowi.
Impor Garam
Indonesia yang dikelilingi lautan tidak mampu dimanfaatkan dengan baik untuk memproduksi garam. Sebab sampai saat ini Indonesia masih tergantung garam dari negara lain.
Indrasari Wisnu Wardhana yang pernah menjabat sebagai Direktur Jenderal Perdagangan Kementerian Perdagangan pernah mengatakan, garam impor sudah masuk 2,2 juta ton ke dalam negeri. Jumlah tersebut merupakan bagian dari kuota impor garam tahun ini sebesar 2,7 gram.
"2,216 juta ton per Oktober," ujarnya tahun lalu.
Indrasari mengatakan, sejauh ini belum ada permintaan untuk menambah kuota impor garam. Selain itu dia menegaskan, kuota impor tahun ini tidak akan terealisasi seluruhnya apabila industri tidak membutuhkan.
"Tergantung industrinya, mau direalisasi semuanya atau tidak. (Akan segera keluar?) Kan udah dikeluarkan dari kemarin-kemarin, tinggal realisasinya," jelasnya.
Sementara itu, Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo mengatakan, pihaknya belum melihat saat ini ada urgensi untuk menambah kuota impor. Impor bisa dilakukan apabila kebutuhan dalam negeri tidak mampu dipenuhi oleh petani garam.
"Pada akhirnya impor itu suatu keterpaksaan. Bukan suatu keharusan. Kalau dalam negeri ada tentunya tidak akan serapan. Kalau ada produksi dalam negeri kita, kita pakai yang di dalam negeri," jelasnya.
Beras
Mayoritas penduduk Indonesia yang bekerja sebagai petani tak mampu membuat Indonesia terbebas dari impor beras. Untuk memenuhi ketersediaan beras dalam negeri, pemerintah harus impor dari negara lain.
Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2017, Indonesia mengimpor beras dari Vietnam sebanyak 16.599 ton. Pada tahun 2018 impor beras dari Vietnam mencapai 767.180 ton sepanjang tahun 2018.
Kemudian ada Thailand sebanyak 108.944 ton beras sepanjang tahun 2017. Sebanyak 795.600 ton beras sepanjang tahun 2018.
Jagung
Selanjutnya, impor jagung. Tercatat pada 2012 impor jagung tercatat sebesar 1,69 juta ton, kemudian naik menjadi 3,19 juta ton di 2013, sebesar 3,25 juta ton di 2014 dan di 2015 sebesar 3,27 juta ton.
Namun pada 2016 impor jagung hanya sebesar 900 ribu ton, demikian data dari BPS.
Sayur dan Buah-Buahan
Indonesia juga masih mengimpor sayur dan buah-buahan dari negara lain. Tercatat dari BPS, sayur dan buah-buahan banyak diimpor dari negara Tiongkok. Tahun 2017, impor buah-buahan dari Tiongkok mencapai 339.657 kg, sedangkan tahun 2018 mencapai 397.717 kg.
Selanjutnya, impor sayuran dari Tiongkok tahun 2017 mencapai 564.813 kg. Sedangkan tahun 2018 mencapai 603.859 kg.
(mdk/dan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sri berharap produknya akan semakin besar dan dapat dijual di mana-mana.
Baca SelengkapnyaJokowi mengapresiasi kepercayaan pemerintah Filipina terhadap produk buatan Indonesia.
Baca SelengkapnyaJika para importir barang elektronik merek luar negeri telat merespons dengan tidak membuka pabrik di Indonesia, maka harga produknya akan menjadi lebih mahal.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Pemerintah ingin memastikan agar masyarakat tidak melakukan hal ini setibanya pulang dari luar negeri dengan barang impor.
Baca SelengkapnyaMerdeka.com merangkum tentang jenis-jenis proses produksi dan pengertiannya yang perlu Anda ketahui.
Baca SelengkapnyaDaging sapi di pasaran langka hingga sebabkan kenaikan harga, hal ini jadi biang keladinya.
Baca SelengkapnyaSalah satu aturan tersebut memberikan kewenangan kepada Bea Cukai untuk melakukan penataan kembali kebijakan impor dengan menggeser pengawasan impor
Baca SelengkapnyaJokowi juga memuji Kabupaten Bandung yang memiliki banyak produk lokal dan variasi kulinernya.
Baca Selengkapnya