BI rate bertahan 7,5 persen, Agus Marto sebut faktor ketidakpastian
Merdeka.com - Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengungkapkan alasan mengapa pihaknya masih menahan suku bunga acuan di level 7,5 persen, pada pertengahan bulan ini. Posisi BI rate ini bertahan sejak Februari 2015, setelah diturunkan dari 7,75 persen.
"Secara umum kami menetapkan BI rate tetap karena banyak sekali ketidakpastian dari luar," kata Agus, di Jakarta, Jumat (17/7).
Beberapa ketidakpastian eksternal itu antara lain kondisi bursa saham China yang belum stabil. Ini membuat investor rentan kabur, meskipun ekonomi Negeri Tirai Bambu itu sudah membaik.
"Kondisi ini bisa membuat para investor lari dari pasar modal China," katanya.
Selain itu, rumor terkait suku bunga The Fed. Banyak kalangan mempediksi The Fed bakal menaikkan sekali suku bunga acuannya pada tahun ini.
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia, 14 Juli, juga memutuskan suku bunga Deposit Facility 5,5 persen dan Lending Facility di level 8 persen. Keputusan tersebut sejalan dengan upaya bank sentral menjaga di kisaran empat plus minus satu persen pada 2015 dan 2016.
(mdk/yud)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Hal itu tercermin pada yield US Treasury yang meningkat sejalan dengan premi risiko jangka panjang dan inflasi yang masih di atas prakiraan pasar.
Baca SelengkapnyaSaat ini, The Fed selalu Bank Sentral Amerika Serikat (AS) masih melakukan kajian terkait potensi penurunan tingkat suku bunga.
Baca Selengkapnyatetap tingginya inflasi dan kuatnya pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat mendorong spekulasi penurunan Fed Funds Rate (FFR).
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Kenaikan suku bunga acuan demi menguatkan stabilitas rupiah.
Baca Selengkapnyakebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran tetap pro-growth untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Baca SelengkapnyaKeputusan mempertahankan suku bunga acuan ini sejalan dengan fokus kebijakan moneter yang pro-stability untuk penguatan stabilisasi nilai tukar Rupiah.
Baca SelengkapnyaThe Fed diperkirakan tak akan menurunkan suku bunga acuan dalam waktu dekat yang menjadi harapan banyak pihak.
Baca SelengkapnyaADB mengingatkan kenaikan harga beras bisa mengganggu perekonomian Asia-Pasifik yang diramal mampu tumbuh 4,9 persen di 2024.
Baca SelengkapnyaPasar keuangan yang tidak pasti diprediksi bisa memperlambat ekonomi dunia.
Baca Selengkapnya