BI: Perlambatan ekonomi China bikin defisit transaksi berjalan naik
Merdeka.com - Bank Indonesia memprediksi defisit neraca transaksi berjalan tahun depan diperkirakan bakal mengalami peningkatan. Hal ini didasari pelemahan ekonomi Tiongkok sebagai tujuan ekspor Indonesia menurun.
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Mirza Adityaswara mengatakan transaksi berjalan bakal mengalami peningkatan menjadi sekitar 2,6 persen hingga 2,7 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) pada 2016 karena perekonomian mulai membaik serta bakal meningkatnya kegiatan impor.
"Ekonomi tahun ini memang masih dibayangi oleh rencana kenaikan suku bunga AS dan pelemahan ekonomi Tiongkok. Untuk rencana kenaikan suku bunga bank sentral AS sudah menunjukkan kepastian. Namun untuk Tiongkok yang merupakan tujuan utama ekspor Indonesia masih menunjukkan tren pelemahan," kata Mirza dalam sambutan Seminar Nasional ISEI Outlook Ekonomi Indonesia 2016, Jakarta, Kamis (10/12).
Dari sisi domestik, kata Mirza, struktur ekonomi Indonesia sudah mulai membaik dengan paket-paket kebijakan deregulasi dan debirokratisasi yang dikeluarkan Pemerintah disaat pertumbuhan ekonomi kita mengalami perlambatan.
"Harapan kami pemda juga mendukung dengan ikut melakukan deregulasi dan debirokratisasi untuk dorong perekonomian domestik," kata dia.
Mirza menambahkan dengan perbaikan dari sisi domestik tersebut maka pertumbuhan ekonomi tahun depan akan membaik. Namun demikian untuk pertumbuhan ekonomi hingga akhir tahun ini memang masih akan tertekan di sekitaran 4,7-4,8 persen, dan mulai meningkat di tahun depan pada kisaran 5,2-5,6 persen.
"Jadi ekonomi tahun depan untuk capai 5,3 persen itu cukup realistis. Begitu kurs stabil maka importir dan pengusaha lakukan ekspansi. Kalau situasi masih goyang, mereka cenderung tidak spending dan ekspansi. Makanya kita jaga stabilitas. Begitu tahun depan ada mood lagi, pengusaha ekspansi dan tentu akan pengaruhi transaksi berjalan," jelas dia.
Dia mengaku neraca barang dan jasa sejatinya tidak masalah jika mengalami defisit, asal defisit itu bisa dibiayai.
"Kami perkirakan current account deficit tahun depan sedikit meningkat dari 2 persen ke sekitar 2,6-2,7 persen terhadap PDB. Level yang cukup baik di negara berkembang. Tentu kalau surplus lebih baik," pungkas dia.
(mdk/sau)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Berkaca dari China, Nasib Indonesia Jadi Negara Maju atau Tidak Ditentukan 2 Pilpres Selanjutnya
Adapun perhitungan ini didapatnya setelah berkaca dari China, yang butuh waktu 40 tahun untuk jadi negara dengan kekuatan ekonomi besar dunia.
Baca SelengkapnyaProyeksi 2024, Ekonomi AS Masih Lebih Perkasa Dibandingkan China
AS dan China tengah terlibat dalam persaingan menjadi raksasa ekonomi dunia.
Baca SelengkapnyaKinerja Industri Pembiayaan Diprediksi Tumbuh Hingga 16 Persen di 2024
Industri pembiayaan diprediksi akan terus meningkat tahun ini.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Tren Jumlah Penduduk Indonesia Terus Meningkat, Sementara China Menurun
Jjumlah penduduk China berkurang 850.000 orang menjadi sekitar 1.411,75 juta pada tahun 2022.
Baca SelengkapnyaADB Ingatkan Kenaikan Harga Beras Bisa Ganggu Perekonomian di Asia-Pasifik
ADB mengingatkan kenaikan harga beras bisa mengganggu perekonomian Asia-Pasifik yang diramal mampu tumbuh 4,9 persen di 2024.
Baca SelengkapnyaPameran Perdagangan Terbesar di China Sepi, Pedagang Ngeluh: Harga Barang Kami Semurah Kol di Pasar
Eksportir dan pedagang di pameran perdagangan besar China mengeluhkan sepinya pembeli akibat ketidakpastian global.
Baca SelengkapnyaSri Mulyani Sebut Ekonomi Makin Melemah: Amerika Kuat, China Terlilit Utang
Bank Dunia memprediksi ekonomi global dari tahun ke tahun terus mengalami penurunan.
Baca SelengkapnyaData BPS: Inflasi Desember 0,41 Persen, Tertinggi Sepanjang 2023
Kenaikan inflasi Desember 2023 ini disumbang oleh kelompok pengeluaran makanan, minuman, dan tembakau dengan inflasi sebesar 1,07 persen.
Baca SelengkapnyaGubernur BI: Kredit Perbankan Tumbuh 9,7 Persen Pada November 2023
Peningkatan kredit atau pembiayaan didorong oleh peningkatan permintaan kredit sejalan dengan tetap terjaganya kinerja korporasi.
Baca Selengkapnya