BI: Ada yang sengaja basahi uang biar tak terbang waktu belanja
Merdeka.com - Bank Indonesia (BI) telah memusnahkan uang tak layak edar sebanyak Rp 160,25 triliun sepanjang 2015. Uang tersebut ada yang robek, lusuh dan dicoret-coret. Bahkan ada yang sengaja membasahi uang agar tak terbang waktu belanja.
Kepala Departemen Pengelolaan Uang Bank Indonesia, Suhaedi mengatakan, pihaknya terus melakukan edukasi kepada masyarakat agar bisa menjaga keberadaan Rupiah sebagai identitas negara. Bank sentral juga telah bekerja sama dengan Kemenetrian Pendidikan demi mengedukasi para pelajar.
"Jadi biar tidak lagi ada uang, misal kita beli di warung, supaya tidak terbang, mereka basahi, terus dilipat-lipat," ucap Suhaedi di Jakarta, Selasa (2/2).
Menjaga kelayakan uang beredar di pasaran, Bank Indonesia telah meningkatkan standar kelayakan uang. Di mana standar kelusuhan uang (soil level) sepanjang tahun 2015, dari 6 pada 2014 menjadi 7 pada Januari 2015 dan 8 pada Juli 2015.
"Peningkatan standar dilakukan guna meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dengan menyediakan standar uang yang semakin baik," katanya.
Suhaedi menyebut, peredaran uang tak layak paling banyak ditemukan di daerah yang sarana transportasinya minim.
"Kelusuhan itu beberapa daerah yang sarana transportasinya sangat memerlukan upaya dan belum tersedia sarana perbankan. Daerah kepulauan tingkat kelusuhan sangat tinggi. Makanya kami perluas jaringan, dan kami buka kantor kas titipan dan kas keliling (bersama kapal perintis, polair)," tutupnya.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Mencuci dan menyetrika akan mempercepat kerusakan uang.
Baca SelengkapnyaKenaikan suku bunga acuan demi menguatkan stabilitas rupiah.
Baca SelengkapnyaBagi masyarakat yang ingin menukarkan uang melalui pelayanan tersebut harus membawa indentitas seperti kartu tanda penduduk (KTP).
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Perry mengatakan, keputusan mempertahankan suku bunga acuan ini untuk penguatan stabilisasi nilai tukar Rupiah dari dampak tingginya ketidakpastian global.
Baca SelengkapnyaKeputusan mempertahankan suku bunga acuan ini sejalan dengan fokus kebijakan moneter yang pro-stability untuk penguatan stabilisasi nilai tukar Rupiah.
Baca SelengkapnyaSudah banyak kasus di Indonesia yang menunjukkan nasabah lebih galak saat ditagih utang.
Baca SelengkapnyaHal itu tercermin pada yield US Treasury yang meningkat sejalan dengan premi risiko jangka panjang dan inflasi yang masih di atas prakiraan pasar.
Baca Selengkapnyakebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran tetap pro-growth untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Baca SelengkapnyaBank bjb fokus mengembangkan pelayanan agar lebih banyak lagi masyarakat dapat menjangkau produk dan jasa layanan perbankan.
Baca Selengkapnya