Beras hingga rokok jadi penyumbang inflasi November 2015
Merdeka.com - Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkap data inflasi November 2015 sebesar 0,21 persen. Inflasi tahunan sebesar 4,89 persen, sedangkan inflasi Januari-November 2015 sebesar 2,37 persen.
Deputi Bidang Statistik, Distribusi dan Jasa BPS, Sasmito Hadi Wibowo mengatakan penyebab utama inflasi adalah beras.
"Naiknya tidak terlalu tajam hanya 0,05 persen di tingkat konsumen, walaupun di petani 3 persen. Itu menyebabkan andil inflasinya 0,02 (persen) kemudian bobotnya di IHK di tingkat konsumen 3,92 persen jadi kira-kira kalau pengeluaran rumah tangga kita Rp 1 juta per bulan, maka Rp 39.300 untuk beli beras," jelas Sasmito di Kantor BPS, Jakarta Pusat, Selasa (1/12).
Kenaikan harga beras tertinggi terjadi di Batam mencapai 11 persen dan Meulaboh mencapai 8 persen untuk harga beras eceran.
Penyumbang inflasi berikutnya adalah daging ayam ras yang naik 1,69 persen. Andilnya terhadap inflasi sebesar 0,02 persen dan memiliki bobot terhadap IHK sebesar 1,18 persen.
"Ayam ini karena kurangnya pasokan, sedikit by design juga ya karena tadinya harga turun tajam kemudian produsen ayam mengurangi DOC-nya (Day Old Chicken) sehingga harga melakukan penyesuaian kembali," jelas dia.
Terjadi kenaikan harga daging ayam di 56 kota IHK. Kenaikan tertinggi di Tanjung, Kalimantan Selatan sebesar 21 persen dan Palangkaraya sebesar 20 persen.
Penyumbang inflasi lainnya yang cukup signifikan adalah harga rokok kretek filter dengan kenaikan mencapai 1,16 persen. Andilnya terhadap inflasi sebesar 0,02 persen, bobotnya terhadap IHK sebesar 1,85 persen.
"Ini dampak dari adanya Peraturan Menteri Keuangan Nomor 20 tahun 2015 mengenai pungutan cukai 2016 yang seharusnya dibayarkan mulai Januari dan Februari 2016 dimajukan dan dibayarkan di Desember 2015. Serta adanya rencana pemerintah untuk menaikkan target cukai dan PPN rokok tahun 2016," jelas dia.
Aturan ini, lanjut Sasmito, membuat produsen rokok maupun penjual rokok melakukan langkah antisipasi dengan menaikkan harga jual rokok terlebih dahulu.
Kenaikan harga rokok terjadi di 57 kota IHK. Kenaikan tertinggi di Merauke 6 persen, Sibolga, Tangerang, Malang masing-masing naik 5 persen.
(mdk/sau)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Data BPS: Inflasi Desember 0,41 Persen, Tertinggi Sepanjang 2023
Kenaikan inflasi Desember 2023 ini disumbang oleh kelompok pengeluaran makanan, minuman, dan tembakau dengan inflasi sebesar 1,07 persen.
Baca SelengkapnyaPertumbuhan DPK Perbankan Melambat per November 2023, OJK Ungkap Penyebabnya
Di sisi lain likuiditas industri perbankan pada bulan November 2023 dalam level yang memadai.
Baca SelengkapnyaCukai Rokok Naik 10 Persen Mulai 1 Januari 2024, BPS: Bakal Berdampak ke Inflasi
Meski demikian, Amalia tidak menyebutkan besaran andil inflasi kenaikan cukai rokok hingga 10 persen di tahun ini.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Jokowi Rajin Bagi-Bagi Bansos, Tapi Ekonomi Indoensia Diramal Hanya Tumbuh 5,04 Persen Sepanjang 2023
Proyeksi ini lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi 2022 yang mencapai 5,31 persen (yoy).
Baca SelengkapnyaMenteri Erick Klaim Bansos Pangan Sukses Jaga Inflasi Indonesia di Level 2,6 Persen
Salah satunya karena berhasil menahan tingkat inflasi di kisaran 2,6 persen.
Baca SelengkapnyaUtang Luar Negeri Indonesia Tembus Rp6.231 Triliun, Digunakan untuk Apa Saja?
Utang luar negeri pemerintah pada November 2023 sebesar USD 192,6 miliar atau tumbuh 6 persen (yoy), meningkat dari pertumbuhan bulan sebelumnya tiga persen.
Baca SelengkapnyaData BPS: Ekspor Indonesia Naik Tipis di Desember 2023, Nilainya USD 22,41 Miliar
Secara tahunan nilai ekspor pada Desember 2023 mengalami penurunan cukup dalam yakni sebesar 5,76 persen.
Baca SelengkapnyaBPS Catat Inflasi Januari 2024 0,04 Persen, Terendah dalam 5 Tahun Terakhir
Secara historis, inflasi Januari 2024 merupakan yang terendah selama 5 tahun terakhir.
Baca SelengkapnyaEkonomi Anjlok, Jepang Resmi Masuk Resesi
Padahal ekonom memprediksi angka PDB Jepang kali ini jauh di bawah perkiraan median pertumbuhan sebesar 1,4 persen.
Baca Selengkapnya