BBM dan LPG di Indonesia dalam Kondisi Riskan, Kenapa?
Merdeka.com - Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional (DEN), Djoko Siswanto menyebut bahwa jenis energi fosil seperti Bahan Bakar Minyak (BBM) dan LPG berada dalam kondisi riskan. Sebab, kedua energi tersebut masih diimpor.
"Impor bensin sebesar 53 persen atau 105,5 juta barel dan LPG sebesar 75 persen atau 6,33 juta ton," katanya dalam konferensi pers di Sekretariat DEN, Jakarta Selatan dikutip dari Antara, Rabu (16/11).
Dia menyatakan bahwa pihaknya sedang berupaya menahan laju impor terutama bensin dengan meng-upgrade kilang BBM, mempercepat pemanfaatan kendaraan listrik, dan mengoptimalkan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG).
Untuk jenis solar, pemerintah sudah tidak lagi mengimpor karena adanya Biosolar B30. Adapun jenis BBM yang masih diimpor ialah dex, dexlite, dan BBM solar non subsidi.
Mengenai energi LPG, Djoko mengaku telah mengingatkan PT Pertamina (Persero) untuk mencari alternatif dari LPG."Saya beberapa kali menyampaikan kepada Pertamina, 'Kalau kalian tak mendukung subtitusi dari LPG impor, maka berapa pun harga LPG impor, pasti kalian beli,' dan ini kejadian. Harga elpiji yang tadinya cuma 600 dolar AS sekarang 1.400 dolar AS," ucap dia.
Anggaran Subsidi Membengkak
Tidak adanya dukungan dari Pertamina untuk subtitusi LPG impor menjadi faktor anggaran subsidi energi tahun 2022 mencapai Rp502 triliun atau naik tinggi dari pagu awal Rp152 triliun. Selain itu, alokasi subsidi LPG tabung 3 kilogram sebesar Rp134,8 triliun, dinilai dapat membuat keuangan Pertamina mengalami defisit.
Selama beberapa kali, DEN berupaya mencari alternatif dari LPG seperti melalui kompor listrik. Namun, transisi LPG menuju kompor listrik masih memperoleh banyak tantangan.
"Misalnya, kita (pernah) uji coba kompor listrik, karena situasinya, barangkali politik tahun depan 2024, uji coba itu ditunda," ungkap Djoko.
Dia mengharapkan Peraturan Menteri (Permen) Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Nomor 12 Tahun 2022 mampu mempermudah pemerintah dalam pengadaan LPG. "Kita berharap kalau nanti terjadi krisis LPG, paling tidak masyarakat menengah ke atas pakai kompor listrik. Kan sudah terjual itu di mana-mana," ujar Sekjen DEN.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Indonesia butuh dana antara Rp69-75 triliun untuk membeli sejumlah komoditas energi.
Baca SelengkapnyaAH telah ditetapkan sebagai tersangka dan dijerat Pasal 55 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi
Baca SelengkapnyaPertamina memutuskan untuk menahan harga jenis BBM non subsidi meski SPBU lain mulai mengerek harga sejak awal tahun ini.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Menko Airlangga berjanji pemerintah tidak akan menaikkan BBM dalam waktu dekat.
Baca SelengkapnyaPertama, ada faktor dari sisi hulu di mana rencana-rencana produksi mengalami kendala operasional.
Baca SelengkapnyaPrabowo-Gibran berencana melakukan efisiensi terhadap penyaluran subsidi energi seperti Pertalite dan LPG 3 Kg.
Baca SelengkapnyaMasa kampanye pemilu 2024 akan berakhir pada Sabtu, 10 Februari 2024.
Baca SelengkapnyaSemua jenis BBM yang dijualnya mengalami penurunan harga yakni BP Ultimate, BP 92, BP diesel.
Baca SelengkapnyaBadan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) berbicara soal potensi angin puting beliung ekstrem muncul di DKI Jakarta.
Baca Selengkapnya