Bank Indonesia yakin neraca perdagangan surplus
Merdeka.com - Bank Indonesia (BI) kembali memprediksi, neraca perdagangan Indonesia bakal surplus. Dasarnya, membaiknya ekspor yang didorong naiknya permintaan dari negara mitra dagang serta terkendalinya impor sejalan dengan moderasi permintaan domestik.
BI punya alasan sendiri soal neraca perdagangan Januari 2014 yang masih mencatat defisit sebesar USD 0,43 miliar. Bank sentral memandang kondisi ini lebih dipengaruhi pola musiman lantaran menurunnya ekspor komoditas nonmigas utama dan dampak penerapan UU Minerba yang diperkirakan temporer.
Sedangkan untuk ekspor manufaktur seperti mesin dan mekanik, produk kimia, dan produk dari logam pada Januari 2014 tumbuh cukup tinggi.
"Pertumbuhan ekonomi yang lebih seimbang menopang berlanjutnya perbaikan kinerja sektor eksternal Indonesia, baik dari neraca perdagangan maupun neraca finansial," ujar Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Tirta Segara di Gedung BI, Jakarta, Sabtu (15/3).
BI memprediksi, defisit transaksi berjalan 2014 dapat ditekan di bawah 3 persen dari PDB. Sementara dari neraca finansial, aliran masuk modal asing diperkirakan terus membaik dipengaruhi prospek ekonomi domestik yang semakin sehat.
"Hingga Februari 2014, aliran masuk portfolio asing ke pasar keuangan Indonesia mencapai Rp 34,6 triliun," jelas dia.
Dengan perkembangan positif tersebut, cadangan devisa Indonesia pada Februari 2014 meningkat menjadi USD 102,7 miliar atau setara 5,9 bulan impor atau 5,7 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah. Cadev berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Data BPS: Neraca Perdangan Indonesia Surplus 44 Kali Berturut-turut
Neraca perdagangan komoditas migas tercatat defisit USD1,89 miliar dengan komoditas penyumbang defisit adalah hasil minyak dan juga minyak mentah.
Baca SelengkapnyaIndonesia Catat Surplus Neraca Perdangan 43 Kali Berturut-turut, Kini Nilainya Capai USD 2,41 Miliar
Pudji menerangkan, surplus tersebut ditopang oleh komoditas non migas yaitu sebesar USD4,62 miliar
Baca SelengkapnyaPertumbuhan DPK Perbankan Melambat per November 2023, OJK Ungkap Penyebabnya
Di sisi lain likuiditas industri perbankan pada bulan November 2023 dalam level yang memadai.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Gubernur BI: Kredit Perbankan Tumbuh 9,7 Persen Pada November 2023
Peningkatan kredit atau pembiayaan didorong oleh peningkatan permintaan kredit sejalan dengan tetap terjaganya kinerja korporasi.
Baca SelengkapnyaUtang Pemerintah Tembus Rp8.041 Triliun, Menko Airlangga: Masih Aman Terkendali
Batas maksimal rasio utang pemerintah terhadap PDB ditetapkan sebesar 60 persen.
Baca SelengkapnyaOJK Beri Sanksi 89 Lembaga Jasa Keuangan, Kenapa?
Per Februari 2024 aset industri Perasuransian, Penjaminan, dan Dana Pensiun (PPDP) mencapai Rp 1.130,05 triliun atau naik 2,08 persen secara tahunan (yoy).
Baca SelengkapnyaBank Indonesia Kembali Tahan Suku Bunga Acuan di Level 6 Persen
Dengan demikian suku bunga Deposit Facility sebesar 5,25 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75 persen.
Baca SelengkapnyaADB Ingatkan Kenaikan Harga Beras Bisa Ganggu Perekonomian di Asia-Pasifik
ADB mengingatkan kenaikan harga beras bisa mengganggu perekonomian Asia-Pasifik yang diramal mampu tumbuh 4,9 persen di 2024.
Baca SelengkapnyaBank Indonesia Kembali Tahan Suku Bunga Acuan, Ternyata Ini Alasannya
Perry mengatakan, keputusan mempertahankan suku bunga acuan ini untuk penguatan stabilisasi nilai tukar Rupiah dari dampak tingginya ketidakpastian global.
Baca Selengkapnya