Bank Indonesia Prediksi Perlambatan Ekonomi Berlangsung Hingga Mei 2020
Merdeka.com - Bank Indonesia mengoreksi prakiraan perlambatan ekonomi yang terjadi di Indonesia akibat virus corona. Dalam kondisi saat ini, bank sentral memprediksi perlambatan akan terus terjadi selama bulan April bahkan sampai Mei 2020.
"Kemungkinan masih akan berlangsung di bulan April dan sebagian bulan Mei," kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo di Gedung Bank Indonesia, Jakarta Pusat, Kamis (19/3).
Prediksi ini dikeluarkan Bank Indonesia sejalan dengan penetapan kondisi darurat yang ditetapkan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada 29 Mei 2020. Perry mengaku semula tidak memperkirakan penyebaran virus corona sangat masif.
"Sebulan yang lalu kita semua belum memahami, mengetahui dan mendapatkan informasi bahwa penyebaran covid-19 di negara maju khususnya AS dan Eropa demikian cepatnya," tutur Perry.
Berdasarkan informasi pada saat itu, Bank Indonesia memandang pola dampak covid-19 bersifat V-shape. Sebab BI berkaca pada asesmen kesehatan, ekonomi dan berbagai pihak.
Saat itu Bank Indonesia melihat dampak virus ini akan terasa pada Februari dan Maret. Lalu mulai kembali pulih dan menunjukkan peningkatan dalam durasi waktu 6 bulan setelahnya.
Apalagi saat itu sudah terlihat aktivitas ekonomi di negara asal virus corona. Sejumlah ekspor ke China juga sudah kembali berjalan. Begitu juga dengan aktivitas produksi.
Stimulus Ekonomi
Namun memang, jika melihat Eropa dan Amerika pelemahan perekonomian masih berlangsung. Bahkan terakhir The Fed kembali menurunkan suku bunga acuan sampai 100bps.
Tak hanya itu, Pemerintah Amerika juga memberikan suntikan dana lewat stimulus hingga USD 1 triliun. Tentu saja ini sangat berdampak bagi negara-negara lainnya.
Penurunan suku bunga juga dilakukan Eropa bahkan melakukan injeksi likuiditas. Eropa juga melakukan kombinasi penyebaran covid-19 secara kesehatan dengan langkah kebijakan ekonomi baik moneter maupun fiskal.
"Hal ini tentu akan memengaruhi pola negara itu di dalam melihat perkembangan ekonomi ke depan," kata Perry.
Sementara di Indonesia, pemerintah telah mengeluarkan sejumlah kebijakan. Misalnya memberlakukan kerja dari rumah atau work from home untuk mengurangi potensi penyebaran virus. Lalu memberikan kebijakan dua kebijakan stimulus ekonomi dan membagikan bantuan sosial.
"Ibu Menkeu sudah mengeluarkan stimulus fiskal paket 1 dan 2 yang jumlahnya saya kira mencapai Rp27 triliun secara total sekaligus untuk bantuan sosial," papar Perry.
Untuk itu Bank Indonesia merevisi prakiraan pertumbuhan ekonomi global pada tahun 2020 tumbuh di angka 2,5 persen dari sebelumnya 3 persen. Begitu juga dengan pertumbuhan ekonomi di Amerika juga terkoreksi dari 2,1 persen menjadi 1,6 persen.
Pun dengan pertumbuhan ekonomi China semula 5,6 persen terkoreksi jadi 5,1 persen. Sementara di Indonesia pertumbuhan ekonomi juga terkoreksi jadi 4,2 persen hingga 4,4 persen dari semula 5,0 persen hingga 5,4 persen.
Bank Indonesia memastikan bersama OJK dan Pemerintah bekerja ekstra keras untuk memastikan stabilitas ekonomi, pasar keuangan dan menjaga daya tahan ekonomi Indonesia.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Perry mengatakan, keputusan mempertahankan suku bunga acuan ini untuk penguatan stabilisasi nilai tukar Rupiah dari dampak tingginya ketidakpastian global.
Baca SelengkapnyaPasar keuangan yang tidak pasti diprediksi bisa memperlambat ekonomi dunia.
Baca SelengkapnyaEkonomi Indonesia Diprediksi Meroket Usai Pemilu, Begini Data Bank Indonesia
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Walau begitu, perekonomian Indonesia masih mencatatkan pertumbuhan di angka 5,05 persen.
Baca Selengkapnyapenyelenggaraan pesta demokrasi memberi dampak positif terhadap perekonomian nasional.
Baca SelengkapnyaIndustri pembiayaan diprediksi akan terus meningkat tahun ini.
Baca SelengkapnyaPadahal, Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia lebih baik dari proyeksi semula.
Baca SelengkapnyaDia berharap agar penerus kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) mampu mempertahankan stabilitas ekonomi di Indonesia.
Baca SelengkapnyaKendati begitu, Perry mengakui kinerja ekspor barang belum kuat dipengaruhi oleh menurunnya ekspor komoditas.
Baca Selengkapnya