Merdeka.com - Tiap jelang Lebaran, jasa penukaran uang receh selalu menjamur di pinggir jalan. Bank Indonesia berulang kali mengingatkan masyarakat untuk menukar uang receh melalui fasilitas yang disediakan resmi perbankan atau BI.

‎Bank Indonesia merasa perlu membatasi ruang gerak calo penukaran uang receh. Sampai saat ini belum ada sistem yang dapat mencegah seseorang melakukan penukaran lebih dari satu kali. Celah ini dimanfaatkan calo penukaran uang pinggir jalan.

Deputi Gubernur Bank Indonesia Ronald Waas menuturkan, pihaknya telah melakukan pelbagai cara untuk mencegah penukaran lebih dari satu kali. Tahun-tahun sebelumnya, bagi yang sudah menukarkan uang akan diberi cap sebagai tanda.

Sedangkan untuk tahun ini, Bank Indonesia menerapkan cara baru dengan pendataan penukar dengan menggunakan KTP. Namun sistem ini baru bisa diterapkan di gerai penukaran uang di Lapangan Lenggang Jakarta, Monumen Nasional (Monas) Jakarta.

"Sekarang masih diketik, besok akan langsung gunakan e-ktpnya. Jadi tidak akan ada yang ulang-ulang," ungkapnya di Bank Indonesia, Kamis (9/7).

Bank sentral merasa sistem ini belum tentu efektif. Karena itu BI berencana mengintegrasikan data tersebut ke seluruh kantor cabang perbankan. Sehingga seseorang hanya dapat melakukan penukaran maksimal satu kali untuk periode (hari) tertentu.

"Ke depan semua datang kami integrasikan ke bank cabang, jadi seseorang dalam sehari cuman bisa nukar satu kali. Kalau masih mau diperketat tinggal kita panjangin aja jadi dua atau tiga hari cuman sekali tukar," ujarnya.

Ronald menambahkan, sebaiknya pengusaha atau masyarakat yang ingin melakukan penukaran dalam jumlah besar melakukannya di bank. Karena gerai-gerai yang disediakan oleh Bank Indonesia diperuntukkan masyarakat menengah ke bawah.

"Kalau mau tukar sampai Rp 10 juta atau Rp 20 juta mending ke bank saja. Rata-rata mereka kan punya akuntan, jadi bisa telepon‎ ke bank dan uangnya sudah disiapkan," tutupnya.