Bank Dunia pesimis target pertumbuhan ekonomi RI 2014 tercapai
Merdeka.com - Pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan pemerintah sebesar 6 persen tahun ini, diprediksi sulit tercapai. Salah satunya karena meningkatnya beban utang sebagai konsekuensi pertumbuhan konsumsi swasta.
Hal itu disampaikan oleh Lead Economist Bank Dunia Jim Brumby. Menurut dia, pertumbuhan ekonomi diproyeksikan hanya dalam kisaran 5 persen.
"Pada pokok permasalahannya, pertumbuhan ekonomi diproyeksi akan berlangsung menurun sebesar 5,3 persen," ujar Jim di Jakarta, Senin (6/4).
Jim mengatakan, proyeksi tersebut didasarkan pada tren pertumbuhan ekonomi Indonesia sejak 2007 hingga sekarang. Dengan mengabaikan kondisi pada 2009 akibat krisis global. Faktor lain, muncul ketidakpastian lantaran tahun ini terjadi peralihan atau suksesi pemerintahan melalui Pemilihan Umum.
"Pemilu berhubungan dengan pengeluaran di tahun 2014 yang bertambah karena adanya pertumbuhan permintaan dalam negeri," ungkap dia.
Jim menerangkan, terdapat faktor lain yang membuat target pertumbuhan ekonomi sulit tercapai. Salah satunya adalah larangan ekspor mineral yang menyebabkan ketidakpastian investasi.
"Penetapan larangan ekspor mineral pada Januari 2014 memiliki dampak jangka pendek berupa risiko ketidakseimbangan di eksternal dan membuat kebijakan yang tidak pasti di sektor mineral," ucapnya.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Proyeksi ini lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi 2022 yang mencapai 5,31 persen (yoy).
Baca SelengkapnyaPasar keuangan yang tidak pasti diprediksi bisa memperlambat ekonomi dunia.
Baca SelengkapnyaEkonomi Indonesia Diprediksi Meroket Usai Pemilu, Begini Data Bank Indonesia
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Walau begitu, perekonomian Indonesia masih mencatatkan pertumbuhan di angka 5,05 persen.
Baca SelengkapnyaPrabowo bilang proyeksi pertumbuhan ekonomi tinggi ini hasil kajian dari tim khususnya.
Baca SelengkapnyaDi sisi lain likuiditas industri perbankan pada bulan November 2023 dalam level yang memadai.
Baca SelengkapnyaPadahal, Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia lebih baik dari proyeksi semula.
Baca SelengkapnyaPertumbuhan kredit didukung oleh kinerja penjualan dan investasi korporasi yang diperkirakan terus meningkat.
Baca Selengkapnyakebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran tetap pro-growth untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Baca Selengkapnya