April 2016, neraca perdagangan Indonesia surplus USD 667,2 juta
Merdeka.com - Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Sasmito Hadi Wibowo mengatakan neraca perdagangan pada April 2016 mengalami surplus sebesar USD 667,2 juta. Secara kumulatif (Januari-April 2016) neraca perdagangan mengalami surplus sebesar USD 2,33 miliar.
Hal ini disebabkan oleh surplus sektor nonmigas sebesar USD 1,14 miliar, dan sektor migas yang mengalami defisit sebesar USD 474,3 juta.
"Kita memang sedang dalam trend surplus sejak 2015. Karena pada 2014 kita defisit. Walaupun dari segi nilainya belum tinggi, setidaknya kita masih surplus terus," kata Sasmito di gedung BPS, Jakarta, Senin (16/6).
Selain itu, pada April 2016, neraca volume perdagangan Indonesia juga mengalami surplus 26.642,4 ribu ton. Hal tersebut didorong oleh surplusnya neraca volume perdagangan non-migas 26.950,2 ribu ton.
"Defisit migas tersebut terutama karena kita mengimpor hasil minyak. Minyak mentah juga kita defisit tapi dalam jumlah yang lebih kecil," imbuhnya.
Sasmito menjelaskan di 13 negara utama, Indonesia mengalami defisit di ASEAN dan Uni Eropa. Seperti di Thailand yang mengalami defisit sebesar USD 291,24 juta dan Jerman yang mengalami defisit sebesar USD 30,5 juta.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kinerja perdagangan Indonesia terus mencatatkan surplus hingga ke-47 kali berturut-turut sejak Mei 2020 lalu.
Baca SelengkapnyaNeraca perdagangan komoditas migas tercatat defisit USD1,89 miliar dengan komoditas penyumbang defisit adalah hasil minyak dan juga minyak mentah.
Baca SelengkapnyaPudji menerangkan, surplus tersebut ditopang oleh komoditas non migas yaitu sebesar USD4,62 miliar
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Dengan capaian ini, untuk keseimbangan primer mengalami surplus mencapai Rp122,1 triliun.
Baca SelengkapnyaUtang luar negeri pemerintah pada November 2023 sebesar USD 192,6 miliar atau tumbuh 6 persen (yoy), meningkat dari pertumbuhan bulan sebelumnya tiga persen.
Baca SelengkapnyaSekitar 55 persen dari kenaikan ini berasal dari negara-negara maju, terutama didorong oleh AS, Prancis, dan Jerman.
Baca SelengkapnyaAdapun perhitungan ini didapatnya setelah berkaca dari China, yang butuh waktu 40 tahun untuk jadi negara dengan kekuatan ekonomi besar dunia.
Baca SelengkapnyaUntuk rinciannya, nilai impor mesin/peralatan mekanis mencapai USD 123,79 juta atau tumbuh 4,52 persen.
Baca SelengkapnyaSurplus APBN ditopang oleh penerimaan negara yang masih lebih tinggi dibandingkan belanja negara.
Baca Selengkapnya