Amburadulnya hubungan China-Rusia terimbas kemerosotan ekonomi
Merdeka.com - Ekonomi Rusia memasuki masa sulit setelah Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya menjatuhkan sanksi terhadap Rusia tahun lalu menyusul aneksasi Rusia atas Crimea, Ukraina. Selain itu, rendahnya harga minyak dunia juga menghantam perekonomian Rusia.
Usai disanksi barat, Rusia mempererat hubungan dengan kawasan Asia yaitu China. Namun, rencana hubungan baik ini amburadul setelah ekonomi China dilanda perlambatan pertumbuhan. Kerja sama Rusia dan China di berbagai bidang terancam batal.
Perlambatan pertumbuhan ekonomi membuat China kesulitan memenuhi janjinya pada Rusia. Investor China juga ketakutan akan krisis ekonomi mendalam yang kini dirasakan Rusia.
Meski demikian, Presiden Rusia, Vladimir Putin berharap China memberi kesempatan kedua untuk mempererat hubungan kedua negara. Putin beserta rombongan pejabat senior serta pengusaha mendatangi China pada minggu ini.
Namun kerja sama ini berat dilakukan dan terancam batal. Berikut fakta yang membuat amburadulnya hubungan China dan Rusia seperti dilansir dari CNN di Jakarta, Jumat (4/9):
Perdagangan China-Rusia berantakan
Presiden Rusia, Vladimir Putin tahun lalu sesumbar mengatakan perdagangan Rusia dan China akan melebihi USD 100 miliar pada 2015. Angka ini naik dari 2014 yang hanya USD 95 miliar.
Untuk jangka panjang, Putin bahkan menyebut perdagangan kedua negara bisa tembus USD 200 miliar.
Namun, bukannya meningkat, perdagangan kedua negara sekarang mengalami penurunan.
"Ekspor China ke Rusia turun karena anjloknya permintaan domestik Rusia yang sekarang sedang mengalami resesi mendalam," ucap Liza Ermolenko dari Capital Economics.
Data resmi perdagangan bahkan menunjukkan nilai dagang China dan Rusia anjlok hampir sepertiga sepanjang tahun ini. Ini merupakan penurunan terbesar dalam sejarah perdagangan China dan Rusia.
Semester I-2015, nilai perdagangan China dan Rusia hanya USD 31 miliar, jauh dari target.
Investasi China di Rusia anjlok
Investasi langsung atau direct investment China di Rusia anjlok hingga 25 persen pada semester I-2015 ini. Namun, pada periode yang sama, investasi China di negara lain selain Rusia malah mengalami kenaikan, lebih dari 29 persen.
Kedua negara pernah menggembar-gemborkan proyek ambisius, seperti pembangunan kereta cepat antara Beijing dan Moskow, tapi tak banyak terwujud hingga saat ini.
"Secara umum kami meragukan cerita investasi antara China dan Rusia. Â China nampaknya tidak begitu tertarik beberapa proyek di Rusia," kata Emolenko.
Rencana pembangunan pipa gas terbengkalai
China dan Rusia melakukan kerja sama dalam pembangunan pipa gas pada 2014 silam. Berdasarkan kesepakatan ini, Rusia bakal mengirimkan 30 miliar meter kubik gas per tahun dari Siberia ke China pada 2018 mendatang.
Tidak berhenti di situ, target tahun berikutnya juga sangat tinggi, di mana Rusia akan mengirim 60 miliar meter kubik gas per tahun.
Tapi, rencana tinggal rencana. Kerja sama kini mulai retak. Kedua negara mengalami kesulitan pembiayaan karena merosotnya harga minyak dunia.
Perusahaan energi Rusia, Gazprom yang bertanggung atas proyek ini enggan berkomentar lebih jauh. Media Rusia mengatakan, megaproyek pipa USD 55 miliar ditunda tanpa batas waktu.
Rusia harus cari sumber utang baru
China belakangan ini menjadi pemberi pinjaman terbesar ke Rusia setelah negara tersebut kena sanksi barat. Banyak perusahaan Rusia harus berjuang melunasi utang ke luar negeri karena sebagian besar pembiayaan terputus dari Eropa dan Amerika.
China telah memberi pinjaman ke perusahaan-perusahaan Rusia mencapai USD 11,6 miliar di 2014. Angka ini naik dibanding 2013 yang hanya uSD 7,5 miliar.
Tapi, peran China masih relatif kecil dibanding pinjaman barat sebelum sanksi. Perusahaan Rusia meminjam USD 22 miliar dari Inggris saja.
Kini, nampaknya Rusia harus mencari sumber utang baru karena ekonomi China mengalami perlambatan.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pemerintah Waspadai Konflik Timur Tengah Hingga Pelemahan Ekonomi China
Ada beberapa isu yang menjadi perhatian pemerintah di tahun 2024.
Baca SelengkapnyaProyeksi 2024, Ekonomi AS Masih Lebih Perkasa Dibandingkan China
AS dan China tengah terlibat dalam persaingan menjadi raksasa ekonomi dunia.
Baca SelengkapnyaInvestasi Mulai Mengalir ke Indonesia, Investor Pantau Hal Ini Usai Pemilu 2024
Saat ini investor cenderung memperhatikan arah kebijakan, kemungkinan perubahan-perubahan di sisi pemerintah yang akan mempengaruhi bisnis.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Sri Mulyani Sebut Ekonomi Makin Melemah: Amerika Kuat, China Terlilit Utang
Bank Dunia memprediksi ekonomi global dari tahun ke tahun terus mengalami penurunan.
Baca SelengkapnyaPengembangan Ekonomi Hijau di Indonesia Belum Menggiurkan Buat Investor
Ekonomi hijau dinilai sebagai solusi dari sistem ekonomi eksploitatif yang selama ini cenderung merusak lingkungan.
Baca SelengkapnyaPaparkan Realisasi Investasi, Menteri Bahlil: Mudah-mudahan Saya Enggak Dikasih Nilai 11/100
Dia berharap agar penerus kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) mampu mempertahankan stabilitas ekonomi di Indonesia.
Baca SelengkapnyaEkonomi Global Masih Belum Stabil, Diprediksi Cuma Tumbuh 3,0 Persen
Dua faktor ini menjadi penyebab pertumbuhan ekonomi global terganggu, bahkan lebih rendah dari proyeksi tahun lalu.
Baca SelengkapnyaPresiden Jokowi Bertemu Pengusaha dan Investor di Vietnam, Ini Dampak bagi Indonesia
Jokowi menyoroti pentingnya kolaborasi sektor bisnis untuk mewujudkan visi bersama kedua negara.
Baca SelengkapnyaJokowi Senang Banyak Investor Swasta Masuk IKN
Menurutnya, optimisme swasta berperan untuk menggerakan ekonomi nasional.
Baca Selengkapnya