Akui kualitas bawang lokal lebih baik, impor coba ditekan

Merdeka.com - Ketergantungan Indonesia akan pasokan bawang dari negara lain, tidak hanya menyita perhatian masyarakat. Tapi juga pemangku kepentingan. Selama ini, 95 persen kebutuhan bawang dalam negeri dipasok dari impor. Salah satu alasan pemerintah, pasokan dari dalam negeri minim.

Padahal, kualitas bawang impor masih jauh di bawah bawang lokal yang dihasilkan petani. Menteri Pertanian Suswono mengakui bawang putih lokal lebih baik ketimbang impor. Namun, masalah harganya yang mahal dibanding bawang putih impor membuat petani menjadi malas.

"Sehingga produksi skala kecil, sedang impor besar. Ini yang sedang kita kembalikan," kata Suswono yang ditemui di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (3/4).

Kementerian Pertanian berjanji terus melakukan optimalisasi produksi sejumlah komoditas,. Mulai dari bawang merah dan bawang putih untuk menekan laju inflasi. Namun, untuk komoditas yang didominasi oleh impor seperti bawang putih, impor akan coba dikurangi secara berkala seiring upaya peningkatan produksi.

Suswono mengatakan untuk mengurangi impor, pihaknya telah mempunyai rencana (road map) menambah luas lahan sebesar 1.000-2.000 hektar setiap tahunnya.

"Dulu kita punya sampai 20.000 hektar. tapi karena tahun 1998 ada liberalisasi, bawang putih impor masuk, harga lebih murah, itu yang kemudian menekan di kalangan petani bawang puti sehingga sentra bawang putih menurun," katanya.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi Maret mencapai 0,63 persen. Komponen pengeluaran bahan makanan bawang merah memiliki andil besar terhadap inflasi yakni 0,44 persen, bawang putih 0,20 persen dan cabai rawit 0,05 persen.

Menteri Keuangan Agus Martowardojo mengakui tingginya inflasi tak lepas dari gejolak harga bahan makanan terutama bawang merah dan bawang putih. Hal ini, kata Agus, harus ditindaklanjuti dengan seksama oleh Kementan dan Kementerian Perdagangan. Tujuannya agar inflasi di bulan-bulan selanjutnya dapat lebih rendah dibandingkan Maret 2013.