Akibat Covid-19, Negara Kehilangan Pendapatan Rp1.356 Triliun di 2020
Merdeka.com - Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati menyatakan, pandemi Covid-19 menjadi tekanan yang luar biasa bagi negara di dunia, termasuk Indonesia. Apalagi, kehadiran virus asal China itu sudah menghilangkan kesempatan Indonesia untuk meraih pertumbuhan ekonomi 2020 sebesar 5,3 persen.
Dia mengatakan, adanya pandemi Covid-19, justru menghantarkan pertumbuhan ekonomi Indonesia terkontraksi minus 2,07 persen. Akibatnya negara kehilangan potensi pedapatan sebesar Rp1.356 triliun di 2020.
"Pertumbuhan ekonomi 2020 sebelum covid ditargetkan 5,3 persen dan berakhir dengan minus 2 persen. Maka nilai kerugian yang hilang diestimasi Rp1.356 triliun atau 8,8 persen dari GDP 2020," jelasnya dalam Rapat Koordinasi Pembangunan Pusat 2021, secara virtual, Kamis (29/4).
Melihat potensi kerugian tersebut, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) mengambil peran sebagai instrumen utama yang melakukan countercyclical atau menahan dampak Covid-19 agar tidak merosot ke bawah. Sehingga dilakukanlah pelebaran defisit mencapai sekitar 6 persen lewat Undang-Undang Nomor 2 tahun 2020.
"Maka APBN sebagai suatu instrumen menahan kemerosotan itu dengan panahnyaa yang ke atas.Dalam hal ini menyebabkan defisit kita mengalami peningkatan dan ini merupakan suatu perjalanan yang cukup panjang," jelasnya.
Dia menambahkan, selama belanja negara masih meningkat dan pendapatan negara mengalami penurunan, maka defisit anggaran masih akan berada di atas 3 persen di 2021. Sebab, pada tahun ini pemerintah masih melihat kebutuhan belanja yang meningkat untuk memberikan dukungan bagi sektor usaha dan masyarakat yang mengalami dampak dari Covid-19.
"Meskipun Indonesia merespon dengan defisit yang meningkat ini dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia defisit APBN Indonesia masih relatif modest dan juga dari sisi utang publik terhadap GDP mengalami kenaikan namun sekali lagi dibandingkan negara-negara baik di dalam lingkungan g20 maupun ASEAN Indonesia masih relatif dalam situasi yang modest," jelasnya.
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sejarah 2 Maret: Kasus Pertama Virus Covid-19 di Indonesia
Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
Baca SelengkapnyaAnies Bandingkan Gaji TNI Polri Lebih Banyak Naik di Era SBY, Jokowi Beralasan Pandemi Covid-19
Jokowi menjelaskan, bahwa setiap keputusan pemerintah selalu memperhatikan kondisi ekonomi dan situasi keuangan negara.
Baca SelengkapnyaMenkes Budi: Kasus Covid-19 di Indonesia Jelang Natal dan Tahun Baru 2024 Tak Mengkhawatirkan
Budi juga menganjurkan masyarakat untuk kembali menggunakan masker saat mengakses tempat-tempat yang rawan.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Jokowi ke Menkes soal Kasus Covid-19: Amati Betul Secara Detail Perkembangannya Seperti Apa
Informasi Jokowi terima dari Menkes, kasus Covid-19 masih dalam kondisi yang baik meski memang ada kenaikan.
Baca SelengkapnyaKondisi Ekonomi 2024 Masih Suram, Sri Mulyani Bongkar Penyebabnya
Walau begitu, perekonomian Indonesia masih mencatatkan pertumbuhan di angka 5,05 persen.
Baca SelengkapnyaSri Mulyani Pede Ekonomi Indonesia Tumbuh 5,2 Persen di 2024
Proyeksi pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen itu didorong oleh penyelenggaraan pemilu secara serentak 2024.
Baca SelengkapnyaJokowi Rajin Bagi-Bagi Bansos, Tapi Ekonomi Indoensia Diramal Hanya Tumbuh 5,04 Persen Sepanjang 2023
Proyeksi ini lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi 2022 yang mencapai 5,31 persen (yoy).
Baca SelengkapnyaDidorong Konsumsi Pemilu, Ekonomi Indonesia Diprediksi Tumbuh 5,5 Persen di 2024
penyelenggaraan pesta demokrasi memberi dampak positif terhadap perekonomian nasional.
Baca SelengkapnyaBerkaca dari China, Nasib Indonesia Jadi Negara Maju atau Tidak Ditentukan 2 Pilpres Selanjutnya
Adapun perhitungan ini didapatnya setelah berkaca dari China, yang butuh waktu 40 tahun untuk jadi negara dengan kekuatan ekonomi besar dunia.
Baca Selengkapnya