40 Persen Toko Ritel di Indonesia Timur Bangkrut Imbas Pandemi
Merdeka.com - Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), Roy N Mandey, mengatakan banyak toko ritel di wilayah Indonesia timur yang tutup selama pandemi Covid-19 berlangsung. Toko ritel yang tutup ini biasanya milik pengusaha UMKM atau pengusaha lokal.
"Banyak (swalayan) yang tutup di Indonesia Timur," kata Roy dalam diskusi Polemik Trijaya bertajuk Efek Resesi di Tengah Pandemi, Jakarta, Sabtu (7/11).
Toko ritel lokal ini, kata Roy, biasanya bergerak sendiri-sendiri. Mereka sudah tidak lagi bisa bertahan karena kehabisan modal dan berakhir dengan gulung tikar.
Setidaknya 40 persen toko ritel di Indonesia Timur tutup karena daya beli masyarakat menurun. "Contohnya 40 persen. Di Indonesia Timur tutup," kata dia.
Tutup Imbas Tak Tersentuh Kredit PEN di Perbankan
Roy melanjutkan, kondisi ini terjadi juga dipicu dari penempatan dana Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) di bank yang belum bisa diakses para pelaku usaha di daerah. Mereka masih mengalami kesulitan mendapatkan pembiayaan sehingga akhirnya gulung tikar.
"Dana PEN yang disalurkan ke bank ini mereka tidak kebagian. Untuk jalankan ritel kan butuh modal kerja," kata dia.
Selain itu, pengusaha ritel modern di daerah juga belum mendapatkan akses permodalan yang disubsidi pemerintah. Selama ini pembiayaan pengusaha ritel lokal masih menggunakan pinjaman konvensional.
Di mana, bunga pembiayaan masih sekitar 10-12 persen. Hal tersebut membuat peritel lokal tidak mampu melanjutkan usaha di masa pandemi ini.
"Maka ketika harus tetap buka, Meraka sangat tergopoh-gopoh. Kalau harus ekspansi modalnya sudah terpakai," kata dia mengakhiri.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Roy menyampaikan, Aprindo tidak memiliki wewenang untuk mengatur dan mengontrol harga yang ditentukan oleh produsen bahan pokok.
Baca SelengkapnyaSejumlah ritel modern melarang pelanggan membeli beras kemasan 5kg lebih dari 2 per harinya.
Baca SelengkapnyaSetelah melewati tantangan sejak 2019 hingga 2022 lalu, industri penerbangan nasional mulai menunjukkan momentum bangkit di 2023.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Pemerintah berencana melakukan pembatasan barang impor.
Baca SelengkapnyaSelama masa pandemi pada 2020-2021 merupakan masa-masa sulit bagi industri minuman di dalam negeri.
Baca SelengkapnyaKenaikan harga beras bisa ‘menular' atau merambat ke berbagai komoditi bahan pokok penting lainnya.
Baca SelengkapnyaPerusahaan sempat mengalami kerusakan mesin yang mengakibatkan penurunan produksi klinker hampir 10 persen, sehingga menyebabkan kerugian.
Baca SelengkapnyaSusiwijono mengatakan, masalah utama beras langka dan mahal di ritel modern disebabkan adanya pergeseran masa tanam dan masa panen.
Baca SelengkapnyaSejumlah pedagang sembako juga menolak rencana pelarangan penjualan rokok eceran atau ketengan.
Baca Selengkapnya