Survei: Tak Hanya Remaja, Lansia Juga Kepincut Main Game
Merdeka.com - Survei terbaru menunjukkan kalau lanjut usia (lansia) berusia di atas 65 tahun ternyata doyan bermain game. Survei yang diadakan proyek kampanye Must Play May di Inggris ini, melibatkan 2.000 orang dewasa terkait kebiasaan mereka dalam menghibur diri dengan game.
Dilansir Mirror via Liputan6.com, Senin (4/5), terungkap kalau 42 persen orang berusia 55-64 tahun menikmati bermain game setiap hari. Sementara, 27 persen lansia berusia 65 tahun dan ke atas mengaku sudah bermain game selama lima tahun terakhir.
Adapun jenis genre game yang populer dimainkan adalah game ber-genre strategi, dengan persentase 40 persen. Sementara 20 persen berkata kalau mereka suka bermain game multiplayer agar tak mau kalah dari cucu-cucunya.
Proyek kampanye Must Play May diadakan oleh Ellie Gibson dan Helen Thorn, yakni host dari podcast Scummy Mummies. Mereka berkata, temuan ini begitu menarik karena bermain game bagi lansia tak cuma untuk kebutuhan hiburan semata, tetapi juga aktivitas agar tak lepas dari cucu.
Teknologi stimulasi otak dipercaya bisa mengubah kinerja otak lanjut usia (lansia) berfungsi layaknya otak manusia berusia 20 tahun.
Teori tentang teknologi tersebut, diterbitkan dalam jurnal Nature Neuroscience. Ilmuwan juga telah mengujicoba teknologi ini ke sukarelawan yang terdiri dari beberapa lansia dan remaja.
Dengan menstimulasi dua area di otak lansia dalam ritme spesifik, kinerja otak lansia dipercaya bisa lebih ringan dan berpikir layaknya remaja. Demikian seperti dikutip Mirror, Kamis (11/4).
Pun demikian, teori ini masih terbilang dini dan hanya bisa diaplikasikan ke lansia yang kondisi kesehatannya prima.
Ke depannya, teknologi bernama electroencephalography (EEG) ini akan digunakan untuk membantu lansia dengan penyakit dementia dan alzheimer.
EEG sendiri bertugas untuk memonitor aktivitas otak. Sementara, ilmuwan juga akan menggunakan teknik lain bernama transcranial alternating-current stimulation (tACS) untuk menstimulasi otak sekelompok lansia dan remaja.
Dalam tahap itu, ilmuwan akan memodulasi interaksi gelombak otak yang terhubung ke cara bagaimana mereka bisa mengingat sesuatu.
Uji coba ini melibatkan 42 sukarelawan berusia 20-29 tahun dan lansia berusia 60-76 tahun. Salah satu tugas yang harus dilakukan adalah uji memory task (mengingat).
Reporter: Jeko I.R
(mdk/faz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Diduga keduanya menjadi korban perampokan dan dibunuh oleh cucu tiri nya
Baca SelengkapnyaKorban tidak sadar jika dirinya telah kena peluru nyasar. Dia tengah tidur saat tertembak.
Baca SelengkapnyaSaat terbangun dari tidurnya, tiba-tiba korban merasakan sakit di bagian paha kanannya.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Seorang lansia S (61) terancam dibui karena mencabuli 3 bocah di bawah umur.
Baca SelengkapnyaAda beragam permainan lomba seru yang dapat memeriahkan 17 Agustus.
Baca SelengkapnyaPanglima TNI Agus Subiyanto sedang bermain basket bersama dengan anak buahnya. Ternyata ia memiliki kemampuan yang tak bisa dianggap remeh.
Baca SelengkapnyaBertemu kembali dengan orang tersayang setelah lama terpisah jarak tentu menjadi momen tak terlupakan bagi seseorang.
Baca SelengkapnyaResmi! Indonesia lolos ke 16 Besar Piala Asia 2023 berkat jasa pemain naturalisasi ini. Siapa sosoknya?
Baca SelengkapnyaSeorang wanita didakwa melakukan upaya pembunuhan terhadap suaminya karena kartu pos yang dia terima dari seorang wanita.
Baca Selengkapnya