Problematika TikTok Diamkan Kritik Soal Uighur
Merdeka.com - Seorang pengguna TikTok yang merupakan remaja sempat viral beberapa waktu yang lalu. Ia viral karena mengkritisi pemerintah Tiongkok terkait perlakuannya terhadap umat minoritas Muslim di sana, sembari melakukan tutorial make-up.
Melansir Business Insider, sang pemilik akun yang bernama Ferrora Aziz, seketika langsung disuspend setelah viral. Kala itu, videonya telah ditonton sebanyak 1,5 juta kali.
Hal ini dispekulasi adalah bentuk penyensoran TikTok terhadap kritik terhadap pemerintah Tiongkok. Fenomena ini sudah jadi kritikan TikTok sejak lama dan sempat berbuntut pemanggilan perwakilan TikTok oleh parlemen AS.
Berikut videonya, diambil dari reupload video TikTok yang ada di YouTube.
Jawaban TikTok
Akhirnya, TikTok meminta maaf atas tindakan penangguhan ini. Permintaan maaf ini dipublikasikan di website resminya.
TikTok sendiri menyebut bahwa mereka tetap berpegang teguh pada pendirian bahwa mereka merasa perlu menangguhkan akun Aziz meski kini telah dikembalikan aksesnya. TikTok juga mengakui bahwa proses moderasi yang mereka lakukan memang "tidak akan pernah sempurna."
TikTok sendiri menyebut bahwa Aziz ditangguhkan karena konten lain, bukan dari konten kritikan ini. Pasalnya, di akun Aziz yang lain yakni @getmefamousplzsir, ia mengunggah sebuah konten yang terdapat gambar teroris Al Qaeda Osama bin Laden. Video ini pun telah dihapus oleh Aziz, dan dirinya tidak lagi aktif menggunakan akun ini.
TikTok menyebut bahwa pihaknya memahami bahwa konten Aziz adalah satir, namun mereka memegang teguh kebijakannya yang ketat soal terorisme.
Sementara soal kritiknya terhadap Tiongkok, TikTok menyebut bahwa ada "human error" dalam moderasi konten.
Jawaban Aziz
Konten Aziz soal kritikan terhadap Tiongkok, akhirnya ditangguhkan selama 50 menit sebelum akhirnya dapat kembali ia akses.
Aziz akhirnya mengungkap ke Twitter kalau dirinya tak percaya bahwa penangguhan akunnya adalah soal human error dan kebetulan semata.
"Apakah aku percaya mereka mengambil akunku karena video satir yang telah dihapus (Osama) di akunku sebelumnya? Sesaat setelah aku menyelesaikan unggahan 3 part video soal Uighur? Tidak." tulis Aziz di Twitter.
Kritik Tiongkok
Aziz sendiri menggunakan platform TikTok untuk menaikkan kesadaran penontonnya akan tindakan opresi terhadap kaum minoritas Muslim Uighur di Tiongkok. Uniknya, ia melakukan ini dengan sembari memberi tutorial makeup.
Ia melalui akun TikToknya yakni @getfamouspartthree awalnya memberi tutorial soal melentikkan dan memanjangkan bulu mata. Sembari memberi langkah, ia juga menyuruh penontonnya untuk menggunakan smartphone mereka untuk 'Googling' soal apa yang terjadi di Tiongkok: soal kamp konsentrasi, pemisahan anggota keluarga dan penculikan, pembunuhan dan pemerkosaan, pemaksaan konsumsi babi dan alkohol, pemaksaan pindah agama, dan ia menyebut fenomena ini sebagai "genosida baru".
Dalam video lain, ia menyebut bahwa video tersebut didesain memang untuk mengelabui moderator TikTok agar kontennya tak kena penangguhan.
TikTok sendiri tak bisa diakses di Tiongkok, namun terdapat aplikasi serupa yang juga dikembangkan developer yang sama, Douyin.
Kecaman Terhadap TikTok
TikTok sendiri mendapat banyak kecaman yang terkait soal penyensoran konten. Laporan sebelumnya oleh The Guardian mengungkap dokumen internal TikTok yang menginstruksikan para moderator untuk menyensor topik tertentu, seperti soal insiden Lapangan Tianamen, opresi Muslim Uighur, dan juga kemerdekaan Tibet.
TikTok sudah membantah hal ini dengan menyebut kalau pedoman ini tak lagi digunakan dan pemerintah Tiongkok tak punya kendali atas mereka.
Hal ini berbuntut pada didorongnya adanya penyelidikan tentang TikTok dan berbagai perilaku bisnisnya, termasuk pengakuisisian platform video Musical.ly oleh perusahaan induknya yakni Bytedance. TikTok juga dianggap sebagai "potensi ancaman yang tak bisa diabaikan."
Konten Politik Sebenarnya Boleh
Bos TikTok sebelumnya menyebut bahwa konten berbau politik, meski berpotensi menyinggung pemerintah Tiongkok, diperbolehkan di TikTok. Namun ada syaratnya.
Melansir percakapannya dengan The New York Times yang dikutip Business Insider, Kepala TikTok, Alex Zhu, menyebut bahwa konten politik diperbilehkan asalkan sejalan dengan visi misi TikTok yakni "memberi pengalaman kreatif dan menyenangkan."
Meski demikian, sebelumnya di laporan Washington Post, mantan pegawai TikTok mengungkap apa yang tidak boleh diposting di platform kesayangan Gen Z tersebut. Di antaranya konten yang menunjukkan vaping, konten yang menunjukkan ciuman atau tarian erotis, serta topik sosial dan politik.
TikTok sendiri diduga menghapus posting soal demo pro-demokrasi di Hong Kong beberapa waktu yang lalu. Namun tentu, fenomena soal Uighur tidak terkait dengan fenomena politik yang terjadi di Hong Kong, dan ini memiliki derajat yang berbeda meski sama-sama merupakan kebijakan kontroversial oleh Pemerintah Tiongkok.
(mdk/idc)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Proses migrasi TikTok Shop ke Tokopedia membutuhkan waktu karena ada aspek teknis yang perlu diselaraskan.
Baca SelengkapnyaPemilik akun Tiktok yang ancam tembak Anies Baswedan dijerat dengan Pasal 29 Undang-Undang ITE.
Baca SelengkapnyaMenteri Perdagangan (Mendag), Zulkifli Hasan menyebut, pihaknya memberikan waktu toleransi bagi TikTok untuk melayani transaksi jual-beli.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Diduga karena masalah sepele, wanita ini gagal dinikahi oleh kekasihnya, padahal keduanya sudah lamaran.
Baca SelengkapnyaVideonya viral di tiktok dan menuai perhatian warganet.
Baca SelengkapnyaTransaksi akuisisi Tiktok terhadap Tokopedia bukan semata-mata demi pelaku usaha kecil-menengah dan produk dalam negeri.
Baca SelengkapnyaGalih Loss diduga menistakan agama Islam melalui kontennya di media sosial.
Baca SelengkapnyaIa menangis histeris saat ibunya menolak permintaan maafnya pasca diamankan di kantor kepolisian.
Baca SelengkapnyaKonsep hilirisasi digital dinilai tidak relevan dengan kenyataan di lapangan.
Baca Selengkapnya