Pelaku Industri F&B Bisa Bertahan Kala Pandemi, Pakai Jurus Digital Ini!
Merdeka.com - Industri food and beverage (F&B) di Indonesia terpukul keras akibat pandemi Covid-19. Masyarakat pun lebih memilih untuk makan di rumah dibandingkan dine-in di restoran dan menghindari berbagai kafe, coffee shop atau bar/lounge.
Melihat dampak masif ini, pelaku industri F&B harus gencar berinovasi dan melakukan transformasi ke ranah digital secara cepat agar tetap dapat memenuhi kebutuhan para pelanggan, meski tidak dapat berkunjung ke outletnya.
Gunawan Woen, CEO Esensi Solusi Buana (ESB), menjelaskan penurunan penjualan terbesar terlihat saat PSBB di April tahun lalu, meski ada tren positif setelah PSBB dilonggarkan.
“Namun penjualannya belum pulih ke kondisi normal karena sebagian besar hanya dapat memulihkan sekitar 40-50 persen dari penjualan normal,” ujar Gunawan dalam rilisnya, kemarin.
Menurutnya, industri F&B merupakan salah satu industri yang lambat mengadopsi teknologi karena ketergantungan terhadap interaksi tatap muka dalam memberikan layanan. Masa pandemi ini menjadi momen tepat untuk mendorong restoran dan dapur rumahan mengadopsi teknologi, agar terus efisien dan bisnis restoran dapat fokus mengembangkan aspek lain bisnisnya.
Solusi Fintech Xendit
Xendit, perusahaan finansial teknologi di bidang pembayaran, bekerja sama dengan ESB, food technology startup, hadir untuk membantu para pelaku bisnis F&B terutama restoran melakukan transisi dan mengalihkan penjualannya secara online di masa pandemi.
Melalui kerja sama Xendit dengan ESB, diharapkan restoran-restoran di Indonesia dapat meningkatkan efisiensi biaya operasional terutama integrasi layanan secara online. Mulai dari pembuatan pesanan, POS, pembayaran, hingga pengiriman.
Tessa Wijaya, Co-Founder dan COO Xendit, memaparkan beberapa strategi yang dapat dilakukan bisnis restoran di masa pandemi agar dapat terus bertahan. Misalnya, menggunakan waktu untuk berbincang dengan pelanggan dan mengerti kebutuhannya, sebisa mungkin menyederhanakan proses bisnis, dan memberikan customer experience yang baik meski tidak bertatap.
“Untuk memberikan customer experience menyeluruh, pembayaran juga menjadi hal yang yang sangat krusial untuk diperhatikan. Kami sudah membantu beberapa merchant ESB seperti Boga Group dan Ismaya, agar pelanggan dapat melakukan pembayaran melalui beragam pilihan metode pembayaran dengan sangat mudah, cepat, dan terpercaya. Jangan sampai pelanggan tidak menyelesaikan pembelian karena tidak ada metode pembayaran yang sesuai dengan keinginannya,” ungkapnya.
Didukung teknologi Xendit, restoran yang memilih untuk menggunakan ESB dapat menerima pembayaran menggunakan kartu debit dan kredit, transfer bank melalui virtual account yang bekerja sama dengan bank-bank ternama, serta e-wallet seperti OVO, Dana, dan LinkAja.
“Bisnis ritel seperti restoran sedang terpuruk akibat pandemi, tapi lini bisnis ini tetap menjadi komoditas utama bagi banyak orang dan akan terus relevan jika dapat dijangkau dengan mudah. Pada dasarnya, restoran harus cepat beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang ada agar terus dilirik oleh pelanggan. Dimulai dengan beralih ke online, melakukan promosi menarik, hingga memastikan kepuasan pelanggan," pungkas Gunawan.
(mdk/sya)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Industri mesin sangrai kopi pun kini turut berkembang mengikuti perubahan zaman.
Baca SelengkapnyaYuk, ketahui beberapa jenis iklan yang bisa dilakukan melalui platform digital.
Baca SelengkapnyaMang Ade menjadi salah satu pedagang kuliner yang menawarkan kemudahan pembayaran lewat QRIS.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Dahnil menjelaskan bahwa hilirisasi digital adalah penggunaan device bahkan hingga ke jaringan yang akan dibuat oleh putra-putri Indonesia.
Baca SelengkapnyaDalam menghadapi era digitalisasi, perbankan dituntut untuk adaptif dalam memanfaatkan saluran penyampaian informasi kepada khalayak.
Baca SelengkapnyaDiperkirakan sejumlah 107,63 juta orang melakukan perjalanan selama libur Nataru 2023/2024.
Baca SelengkapnyaSelama ini pelaku industri digital seperti anggota idEA patuh pada aturan yang berlaku.
Baca SelengkapnyaBahkan Menkominfo menyebut situasi ruang digital lebih baik dibandingkan pada 2019.
Baca SelengkapnyaRencana aturan tersebut dapat merugikan industri media digital yang tengah kena disrupsi tiada henti.
Baca Selengkapnya