Mengenal Teknologi Deepfake AI yang Viral Ubah Pidato Presiden Jokowi Pakai Bahasa Mandarin
Berikut penjelasan lengkap mengenai teknologi DeepFake AI yang sedang viral.
Berikut penjelasan lengkap mengenai teknologi DeepFake AI yang sedang viral.
Mengenal Teknologi Deepfake AI yang Viral Ubah Pidato Presiden Jokowi Pakai Bahasa Mandarin
Di media sosial viral video Presiden Joko Widodo berpidato begitu fasih menggunakan bahasa mandarin.
Video tersebut kemudian dengan cepat menyebar di beberapa platform seperti Twitter, Instagram, Facebook, dan WhatsApp. Terkait video itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) buka suara.
Dirjen Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika (APTIKA), Semuel A. Pangerapan menegaskan bahwa video itu merupakan hasil suntingan menyesatkan yang kemungkinan menggunakan teknologi deepfake AI.
"Video yang beredar tersebut disertai narasi ‘Jokowi berbahasa Mandarin’. Itu hasil suntingan yang menyesatkan,"
Dirjen Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika (APTIKA), Semuel A. Pangerapan.
Apa itu Teknologi Deepfake AI?
Kejadian yang menimpa Presiden Joko Widodo itu, pernah menyasar mantan Presiden AS Barack Obama.
Sebuah video yang mirip Barack Obama sedang menghina Donald Trump yang kala itu masih menjabat Presiden AS pada April 2018. Kemungkinan besar video itu juga dibuat menggunakan deepfake.
Deepfake merupakan jenis kecerdasan buatan yang digunakan untuk membuat gambar, audio, dan video hoax yang meyakinkan. Istilah ini menggambarkan konten palsu yang dihasilkan dengan bantuan teknologi modern.Deepfake sering kali mengubah konten sumber yang ada di mana seseorang ditukar dengan orang lain. Mereka juga membuat konten yang sepenuhnya orisinal yang menampilkan seseorang melakukan atau mengatakan sesuatu yang tidak mereka lakukan atau katakan.
Bahaya terbesar yang ditimbulkan oleh deepfake adalah kemampuannya menyebarkan informasi palsu yang tampaknya berasal dari sumber terpercaya.
Mengutip The Guardian, Sabtu (28/10), sebuah perusahaan AI Deeptrace menemukan 15.000 video deepfake online pada bulan September 2019. Jumlah ini hampir dua kali lipat dalam sembilan bulan.
Yang mengejutkan, 96 persen adalah pornografi dan 99 persen di antaranya memetakan wajah dari selebriti wanita hingga bintang porno.
Nah, walaupun presentase yang bukan digunakan untuk pornografi kecil, namun potensi untuk digunakan tidak baik sangat besar. Seperti yang terjadi saat ini.
Oleh sebab itu, masyarakat harus berhati-hati ketika mendapatkan informasi yang dapat dimanipulasi. Bahkan tidak ikut menyebarluaskan konten hoaks atau disinformasi dalam bentuk apapun melalui platform digital.