Love hate relationship antara investor dan founder
Merdeka.com - Vinod Khosla, investor terkenal di Indiegogo, Storify, Jawbone, dan beberapa lainnya, sempat tampil di panggung di acara TechCrunch Disrupt 2013 dan mengatakan: “Nasihat dari VC/investor itu 95 persen tidak membantu, dan 70 sampai 80 persen malah memberikan efek negatif.” Pernyataan itu disambut tepuk tangan meriah oleh ratusan entrepreneur yang mendengarkan. Di acara StartMeUp bulan April lalu, investor Singapura bernama Jeffrey Paine juga mengatakan bahwa “Anda tidak perlu mendengarkan kata-kata dari siapapun yang bukan seorang founder. Hanya founder yang mengerti founder lainnya.” Kalimat-kalimat itu muncul dari investor di San Francisco dan Singapura. Tapi, apakah orang-orang setuju dan mengikuti nasihat ini?
”Funder” mengusir founder
Hubungan antara investor dan founder selalu rapuh. Founder selalu memiliki bentuk startup ideal mereka nantinya. Impian tersebut bisa kecil seperti sebuah software untuk membantu beberapa sekolah, atau besar seperti menjadi situs e-commerce terbesar di Asia Tenggara. Founder ini masih baru, rendah hati, dan sangat membutuhkan dana, dan investor datang menyelamatkan mereka. Tapi, ketika uang sudah masuk ke dalam hubungan mereka, para investor ingin segala sesuatunya sesuai dengan keinginan mereka. Hal ini tentu bisa dipahami – siapa sih yang mau menandatangani kontrak bernilai besar untuk mendapatkan sesuatu yang kecil? Semua orang punya visi masing-masing mengenai arah sebuah startup sebaiknya berkembang, dan di sinilah konflik terjadi.
Umumnya, konflik perbedaan pendapat ini berakhir buruk. Di film Startup.com, Anda bisa menyaksikannya secara detail bagaimana Kaleil Tuzman perlahan-lahan diusir oleh investor dan co-founder-nya sendiri karena ia kesulitan membangun perusahaannya. Film Something Ventured malah memperlihatkannya secara lebih jelas, dimana hampir semua founder kalah kuat dari investornya sendiri setahun setelah startup mereka berdiri. Perusahaan yang menjadi sorotan dalam film tersebut termasuk beberapa nama yang tidak asing seperti Cisco dan Fairchild Semiconductor.
Founder yang nekad
Founder harus nekad untuk mempertahankan visi mereka dan membangun perusahaan yang ia inginkan. Tapi, keluhan yang paling sering muncul dari investor adalah, para founder tidak mau mendengarkan. Founder Khosla Ventures dan mantan CEO Sun Microsystems, Vinod Khosla bahwa keseimbangan antara mendengarkan dan tidak mendengarkan adalah hal yang penting:
"Mengetahui nasihat mana dan dalam topik apa untuk didengarkan bisa menjadi satu keputusan paling penting yang dibuat oleh seorang entrepreneur, dan saya mengatakan kepada entrepreneur: dengarkan dengan sopan, dan lakukan apapun yang Anda inginkan."
Di tengah usahanya membangun perusahaannya, founder harus memastikan bahwa investornya tetap senang, dan untuk itu founder harus betul-betul paham nilai dan tujuan yang sebenarnya diusung oleh startup yang ia buat. Tanpa keseimbangan ini, sifat dasar founder yang keras kepala tidak akan menghasilkan apa-apa.
Dua cara berpikir yang berbeda di Asia
Investor di Asia agak berbeda dari investor dari Silicon Valley. Investor di Asia kebanyakan punya latar belakang finansial dan akuntansi. Sedangkan di Valley, orang-orang seperti Khosla Ventures dan Google Ventures jelas punya latar belakang teknologi dan startup. Peter Thiel dari Founder’s Fund dan Valar Ventures dulunya adalah co-founder PayPal. Kebanyakan investor di Asia tidak punya latar belakang yang seperti itu.
Karena itu, ada dua cara pikir yang diusung investor dan startup. Cara pikir pertama mengikuti model di Silicon Valley yang lepas tangan dan membiarkan founder bekerja. Cara pikir lainnya lebih kurang mempercayai founder dan mengkhawatirkan bagaimana uang yang diberikan. Tapi, apakah investor ini benar memiliki kemampuan untuk memberi nasihat kepada startup padahal mereka sendiri tidak punya latar belakang, pengalaman, atau pengetahuan mengenai cara membangun sebuah perusahaan baru?
(Saya sengaja tidak menyebutkan nama founder atau investor di Asia agar tidak ada pihak yang tersinggung).
Artikel ini pertama kali muncul di Tech in Asia Indonesia
(mdk/nvl)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Berikut dampak pemilihan presiden bagi para investor.
Baca SelengkapnyaGibran memiliki pengalaman merintis usaha sejak tahun 2015, dan telah bertemu dengan banyak investor.
Baca SelengkapnyaJokowi juga memerintahkan agar status lahan bagi investor segera ditetapkan dan diperjelas. Basuki menuturkan Jokowi akan memonitor arahan-arahan tersebut.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Uji coba ini adalah yang ditunggu-tunggu Elon Musk terhadap startup besutannya.
Baca SelengkapnyaGibran beralasan, frasa yang digunakannya sebenarnya merupakan istilah investasi.
Baca SelengkapnyaFenomena tech winter yang masih akan berlangsung di industri teknologi maupun startup dipengaruhi oleh sejumlah faktor.
Baca SelengkapnyaMelihat adanya investor asli Kalimantan Timur yang turut serta dalam pembangunan IKN, Jokowi pun menilai hal tersebut sangat baik.
Baca SelengkapnyaMenguji ketajaman pikiran dan kreativitas, pertanyaan menjebak menawarkan pengalaman interaktif yang tak terduga.
Baca SelengkapnyaPemerintah mengklaim, sudah banyak calon investor asing yang akan menanamkan modalnya di IKN, salah satunya dari Singapura.
Baca Selengkapnya