Jokowi Minta Menkominfo Maksimalkan Penggunaan Palapa Ring

Merdeka.com - Presiden Jokowi meminta agar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) memaksimalkan penggunaan Palapa Ring. Tujuannya agar investasi yang besar untuk membangun jaringan backbone ini dapat digunakan oleh masyarakat semaksimal mungkin.

"Saya punya beberapa catatan yakni utilisasi Palapa Ring ditingkatkan. Jangan hanya 50 persen saja. Untuk Palapa Ring Timur dan Tengah penggunaannya juga masih sekitar 20 persen," ujar Jokowi saat acara peluncuran program konektivitas digital 2021, Jumat (26/2).

Perlu diketahui, penggelaran Palapa Ring terbagi menjadi tiga paket tahap yakni Palapa Ring Barat meliputi wilayah Riau dan kepulauan Riau (sampai dengan Natuna) yang rampung digelar pada Maret 2018. Palapa Ring Tengah mencakup wilayah Kalimantan. Sulawesi, dan Maluku Utara (sampai kepulauan Sangihe-Talaud) selesai digelar pada Desember 2018.

Terakhir Palapa Ring Timur yang menjangkau wilayah NTT, Maluku, Papua Barat dan Papua yang saat ini telah selesai juga konstruksinya dan sudah diresmikan langsung oleh Presiden Jokowi di Istana Negara tanggal 14 Oktober 2019.

"Ini harus digenjot terus. Saya minta ke Menkominfo agar Palapa Ring tidak berhenti sebagai backbone saja tetapi tersambung sampai ke rumah tangga. Agar investasi besar palapa ring bisa dimanfaatkan seluruh masyarakat," kata dia

Rendahnya Penggunaan

Ada beberapa faktor yang membuat utilisasi palapa ring ini belum maksimal. Seperti halnya harga sewa yang dianggap terlalu mahal. Hal itu disampaikan pengamat ICT Heru Sutadi dalam suatu kesempatan. Harga sewa yang terlampau mahal ini terang saja memberatkan operator untuk mendistribusikan internet.

Kemudian, dari sisi teknis. Menurut Nonot Harsono, Komisioner Badan Regulasi dan Telekomunikasi Indonesia (BRTI) periode 2009-2015 terdapat ada tiga syarat pokok agar masyarakat bisa menikmati internet: backbone, backhaul, dan jaringan akses.

Palapa Ring dalam kategori ini hanya merupakan jaringan backbone yang harus dibantu lagi dengan distribusi ke daerah (backhaul) dan jaringan akses seperti kabel optik atau Base Transceiver Station (BTS) agar bisa sampai ke rumah warga.

"Pemerintah hanya sekadar menyediakan infrastruktur backbone tanpa memikirkan penghubung sampai ke masyarakat," ungkapnya.

Hal senada juga diungkapkan Radiws Darwan VP Field Operation PT. Palapa Timur Telematika. Di sisi rendahnya penggunaan Palapa Ring Timur ini disebabkan kurangnya peran penyedia layanan telekomunikasi.

"Sayangnya, kebanyakan operator yang ada di Indonesia memiliki banyak pertimbangan sebelum masuk ke suatu area komersil baru, misalnya jumlah populasi penduduk, potensi pengguna data, potensi ekonomi daerah, skala ekonomi masyarakat, dan nilai strategis suatu wilayah. Hal ini menimbulkan salah persepsi dan pertanyaan di masyarakat, mengapa kehadiran Palapa Ring Timur belum juga memberikan akses internet yang layak bagi masyarakat. Dari sisi yang lebih optimis, proses negosiasi dan integrasi dengan beberapa operator sedang berjalan saat ini," katanya.