Mengenang Kisah Hidup Alfred Simanjuntak, Pencipta Lagu 'Bangun Pemudi Pemuda'
Merdeka.com - Tanggal 28 Oktober setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Sumpah Pemuda. Tahun ini, genap 92 tahun sejak Sumpah Pemuda digaungkan pada 28 Oktober 1928 silam.
Sumpah Pemuda merupakan peristiwa besar dan penting dalam sejarah Bangsa Indonesia. Boleh jadi, tanpa adanya peristiwa ini kemerdekaan Bangsa Indonesia tidak akan diperoleh.
Setiap tahunnya, ada satu yang tak pernah lepas dari peringatan Hari Sumpah Pemuda, yaitu lantunan lagu Bangun Pemudi Pemuda. Lagu ini merupakan salah satu lagu nasional yang sangat populer di kalangan masyarakat, khususnya anak-anak muda.
Lagu ini diciptakan oleh Alfred Simanjuntak. Pria berdarah Batak kelahiran Parlombuan, Tapanuli Utara, Sumatra Utara pada 8 September 1920 silam ini adalah sosok di balik fenomenalnya lagu Bangun Pemudi Pemuda.
Alfred, sapaan akrabnya, adalah anak dari pasangan Lamsana Simanjuntak dan Kornelia Silitonga. Lahir dari orangtua yang berprofesi sebagai guru, Alfred semasa kecilnya hidup sederhana dan bersahaja bersama dengan tujuh saudaranya.
Tumbuh menjadi seorang pengajar, sekaligus komponis dan pencipta lagu-lagu nasional, berikut kisah hidup Alfred Simanjuntak hingga akhir hayatnya.
Mengabdikan Hidupnya untuk Menjadi Pengajar
Alfred menuntut ilmu di sekolah keguruan Hollandsce Inlandsche Kweek School (HKS) yang berlokasi di Solo, Jawa Tengah pada tahun 1935-1941. Setamat HKS pada tahun 1941, Alfred pindah ke Kutoarjo, Jawa Tengah, untuk bekerja sebagai guru musik di sebuah sekolah.
Alfred memang unggul dalam urusan musik sejak masih sekolah. Padahal Ia tak pernah mendapat pendidikan musik secara khusus. Ia mempelajari musik dan berlatih memainkan alat musik seperti organ, piano, dan biola di luar jam sekolah.
tokoh.id ©2020 Merdeka.com
Setelah itu, Alfred pindah ke Semarang. Di sini Ia mendapat tawaran bekerja sebagai guru musik di Sekolah Rakyat Sempoerna Indonesia. Pendiri sekolah itu antara lain Parada Harahap (tokoh pers), Bahder Djohan (tokoh Jong Sumatranen Bond), dan Wongsonegoro (tokoh pergerakan). Ia menerima tawaran itu dan mengajar di sekolah tersebut dan menggunakan kesempatan ini untuk memupuk semangat kebangsaan anak-anak.
Di tahun 1950–1952, Alfred melanjutkan studinya ke Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Dan di tahun 1954–1956 melanjutkan studi di Rijksuniversiteit Utrecht, Leidse Universiteit, Leiden, Stedelijke, Amsterdam, Nederland.
Alfred menerima gelar Doctor Honoris Causa (DR. HC) atas pengabdiannya selama 60 tahun di bidang pendidikan dari Saint John University, 10 Februari 2001 di Jakarta.
Gunakan Musik untuk Memupuk Semangat Kebangsaan Anak
Alfred menggunakan lagu dan musik untuk untuk memupuk semangat kebangsaan anak-anak. Meski dalam perjalanannya, Ia dihadapkan oleh dua tantangan, kekejaman tentara Jepang yang sewaktu-waktu bisa menangkapnya dan kurangnya lagu berbahasa indonesia untuk anak-anak. Oleh karena itu, Alfred selalu berhati-hati dalam menciptakan lagu. Ia mengajarkan semangat ke-Indonesia-an secara halus agar tak ada nyawa yang dihabisi oleh tentara Jepang.
liputan6.com ©2020 Merdeka.com
Semasa hidupnya, sudah ada ratusan lagu nasional yang Alfred ciptakan. Beberapa di antaranya yang populer adalah “Di manakah Tanah Airku”, “Tanah Airku Indonesia”, dan “Bangun Pemudi-Pemuda”. Selain itu, Alfred juga banyak mencipta lagu rohani.
Bahkan, Ia pernah menulis lagu dalam irama dangdut, yaitu Terumbu Karang atas permintaan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang disosialisasikan kepada masyarakat di kawasan pesisir Riau, Sulawesi Selatan, Maluku, dan Papua.
Ciptakan Lagu Bangun Pemudi Pemuda
Melansir dari tokoh, Alfred menciptakan lagu Bangun Pemudi Pemuda pada tahun 1943, saat usianya 23 tahun. Ada cerita unik di balik terciptanya lagu nasional yang populer ini. Alfred mengaku Ia mendapatkan ide dan inspirasi untuk menciptakan lagu ini saat Ia sedang mandi. Kala itu, Ia seperti mendengar suara-suara melodi di telinganya. “Tuhan memberikan lagu ke kuping saya selagi lagi mandi. Saya cepat-cepat mandi, lalu saya tulis segera,” kisahnya.Lagu Bangun Pemudi Pemuda ini digubahnya dalam suasana batin seorang anak muda yang gundah di negeri yang sedang terjajah. Bahkan menurut pengakuannya, lagu tersebut nyaris mengancam jiwanya. Sebab, gara-gara lagu yang dinilai sangat patriotik itu, nama Alfred Simanjuntak masuk dalam daftar orang yang dicari polisi militer Jepang untuk dihabisi.Hingga saat ini, lagu itu masih tetap dikumandangkan, termasuk setiap perayaan Kemerdekaan RI pada 17 Agustus dan peringatan Hari Sumpah Pemuda.
Pernah Diminta Gus Dur untuk Menciptakan Mars PKB
Kiprahnya di dunia musik, membuat Gus Dur pun kepincut pada keahlian Alfred dalam mencipta lagu. Gus Dur menilai, Alfred punya komitmen kebangsaan. Sehingga, presiden Indonesia ke-4 ini meminta Alfred menciptakan mars untuk Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) menjelang Pemilu tahun 1999.
©2012 Merdeka.com
Akhir Hidup Sang Maestro
Melansir dari Liputan6.com, di usianya yang mulai senja, Alfred pernah mengungkapkan kegalauannya terhadap generasi muda zaman sekarang. Ia mengaku prihatin dan miris dengan semangat dan rasa kebangsaan pemuda yang masih jauh dari harapannya."Jiwa ke-Indonesiaan, jiwa memajukan nusa dan bangsa seperti melorot," ungkapnya.Alfred menghabiskan waktu senjanya dengan mendirikan paduan suara anak Indonesia. Tak hanya di Tanah Air, anak-anak didik Alfred sering diundang mengisi acara di luar negeri. Pria yang dikaruniai empat orang anak dan sebelas cucu ini, hingga akhir hayatnya tak banyak mendapat perhatian pemerintah. Namun, itu tak mengurangi sedikitpun dedikasi dan jasa Alfred untuk bangsa ini.
Ia pernah mengatakan, “Terserahlah. Saya hanya merasa tergugah menciptakan dan menyumbangkan sesuatu untuk negeri tercinta ini.”Sang komponis dan pencipta lagu Bangun Pemudi Pemuda ini meninggal dunia pada 25 Juni 2014 lalu di Rumah Sakit Siloam, Tangerang, Banten.
(mdk/far)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sunan Giri dikenal sebagai pencipta lagu anak yang andal
Baca SelengkapnyaLagunya yang menggambarkan keindahan alam dan budaya Trenggalek diganjar penghargaan bergengsi
Baca SelengkapnyaAurel seringkali menjadi sasaran sindiran pedas terkait dengan penampilannya yang dianggap gendut oleh beberapa orang.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Mereka tak ikut-ikutan bergaya 'selebriti' meski sang anak terkenal dan tajir.
Baca SelengkapnyaKedua orangtua Bintara tersebut tak bisa menghadiri pelantikan sang putra tercinta.
Baca SelengkapnyaSejumlah selebriti Indonesia memiliki berbagai alasan untuk mengubah nama anak-anak mereka. Siapa saja?
Baca SelengkapnyaDi balik lagu kebangsaan Singapura, ternyata ada andil pria berdarah Minang.
Baca SelengkapnyaIrham memulai perjalanan karirnya saat masih kuliah. Saat itu dia senang mempelajari ilmu yang berkaitan dengan pengembangan diri.
Baca SelengkapnyaSempat menjadi penyanyi cilik terkenal hingga terjun ke dunia seni peran, coba tebak siapakah sosoknya?
Baca Selengkapnya