Pencipta Lagu Maju Tak Gentar, Ini Sosok Cornel Simanjuntak Komponis Berdarah Batak
Awalnya ia kerap menciptakan lagu-lagu beragama protestan.
Awalnya ia kerap menciptakan lagu-lagu beragama protestan.
Pencipta Lagu Maju Tak Gentar, Ini Sosok Cornel Simanjuntak Komponis Berdarah Batak
Masa memperjuangkan kemerdekaan Indonesia tak luput dari pesan-pesan dan kalimat yang membakar semangat dalam diri para pejuang.
Tetapi, beberapa dari mereka menciptakan lagu-lagu heroik dan patriotik salah satunya Cornel Simanjuntak.
Nama Cornel Simanjuntak saat ini jarang orang mengetahuinya dan muncul di buku-buku sejarah.
Ia merupakan seorang pencipta lagu yang ikut angkat senjata melawan penjajahan di Nusantara.
-
Siapa yang menciptakan lagu Indonesia Raya? Lagu yang dengan cepat mengukir jejaknya sebagai simbol perjuangan dan kebanggaan bangsa ini adalah 'Indonesia Raya,' yang ditulis oleh komponis berbakat, Wage Rudolf Supratman.
-
Siapa yang berjuang untuk Indonesia? Kata-kata ini membangkitkan semangat juang dan patriotisme dalam diri setiap pemuda Indonesia.
-
Siapa komponis Indonesia yang lahir di Toba? Sosok Amir Hamzah Pasaribu, Seorang Komponis Indonesia Asal Toba yang Dicap Ikut Lekra
-
Siapa yang membuat Gamelan Kodok Ngorek? Salah satu bukti peninggalan Sunan Kalijaga di Cirebon adalah seperangkat Gamelan Kodok Ngorek yang kini tersimpan utuh di Museum Benda Pusaka Keraton Kasepuhan.
-
Siapa yang dijuluki 'Singa dari Jawa Barat'? Sebelumya, ia lahir di Buntet, Cirebon pada 7 Maret 1922 dan saat ini telah dikenang sebagai ulama berjuluk 'Singa dari Jawa Barat' karena keberaniannya.
-
Siapa yang dijuluki 'Maradona Indonesia'? Berangkat dari situlah, Zulkarnain dikenal sebagai 'Maradona Indonesia' sejak berada di klub Krama Yudha Tiga Berlian Palembang.
Berkat jasa dan perjuangannya untuk kemerdekaan, nama Cornel pun dianggap sebagai sosok yang membawa bibit unggul dalam perkembangan musik di Indonesia.
Lantas, siapakah dia? Simak profilnya yang dirangkum dari beberapa sumber berikut ini.
Profil Singkat
Cornel Simanjuntak, pria yang lahir dari keluarga Batak bermarga Simanjunta ini lahir di Pematang Siantar pada tahun 1921.
Dikenal dengan sosok pencipta patriotik, rupanya awalnya ia kerap menciptakan lagu-lagu beragama protestan.
Untuk jenjang pendidikan, ia menempuh pendidikan di HIS St. Fransiscus Medan pada tahun 1937 dan HIK Xaverius College Muntilan pada tahun 1942.
Jiwa Seni yang Tinggi
Lahir dari kalangan keluarga pensiunan polisi kolonial, ia pun pernah pindah ke Jakarta dan menjadi guru di SD Van Lith
Selama menjadi guru di SD Van Lith Jakarta, Cornel pun merasa tidak cocok karena bakat seninya yang jauh lebih tinggi.
Sejak itu, ia memutuskan untuk tidak mengajar lagi dan bekerja di Kantor Kebudayaan Jepang.
Saat berkarier di Kantor Kebudayaan Jepang, insting kesenian Cornel semakin tajam.
Di sana pula ia menciptakan lagu-lagu propaganda Jepang, seperti Menanam Kapas, Bikin Kapal, dan Menabung
Dalam berkarya, Cornel memiliki sosok guru musik yaitu Pater J. Schouten, Ray, dan Sudjasmin.
Angkat Senjata
Kehidupan Cornel tak melulu soal seni dan menulis lagu. Ia juga memiliki sejumlah pengalaman berperang melawan penjajah.
Ia bergabung dalam pertempuran di daerah Senen-Tangsi Penggorengan, Jakarta.
Nasib malang menimpa dirinya ketika berperang, kaki Cornel terkena peluru dan ia dirawat di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), dulunya bernama CentraalBurgerlijke Ziekenhuis (CBZ).
Namun saat masa pemulihan, pihak sekutu melakukan pembersihan unsur-unsur Republik. Cornel pun diungsikan ke Karawang kemudian berpindah tempat ke Yogyakarta.
Masih dalam keadaan belum pulih sepenuhnya, Cornel di Kota Pelajar menciptakan lagu-lagu yang bertema heroik dan patriotik seperti Tanah Tumpah Darah, Maju Tak Gentar, Pada Pahlawan dan lain sebagainya.
Meninggal di Usia 25 Tahun
Menjalani perawatan selama 8 bulan, Cornel pun akhirnya tutup usia. Disebutkan bahwa Cornel mengidap penyakit TBC dan keadaannya tak berangsur membaik hingga akhirnya meninggal dunia.
Ia wafat pada 15 September 1946 di usia yang cukup muda yaitu 25 tahun.
Konon, peluru yang bersarang di kakinya saat perang melawan tentara Inggris itu masih ada saat ia wafat.
Karya Cornel
Sebelum wafat, Cornel sempat ingin menyampaikan pesan kepada seseorang namun semua itu terlambat.
Bahkan, ia masih menulis lagu bernama Bali Putra Indonesia yang diiringi dengan gamelan tetapi belum selesai.
Hingga nafas terakhir, Cornel terus melahirkan karya lagu meski dalam kondisi kesehatan yang tak baik.
Beberapa karya Cornel yang berhasil diciptakan, di antaranya Bungaku,
Indonesia Tetap Merdeka, Kemuning, Kupinta Lagi, Maju Indonesia, Mekar Melati.
Disemayamkan di Taman Makam Pahlawan Nasional
Mulanya, jenazah Cornel dimakamkan di Pemakaman Perkop Yogyakarta. Hingga pada September 1978, usulan untuk memindahkan jenazah Cornel ke Taman Makam Pahlawan telah diajukan.
Namun usualn ini hampir saja berujung kegagalan. Pasalnya, beberapa instansi meminta data terkait jasa-jasa yang ada.
Setelah melakukan validasi, Cornel rupanya tidak memiliki tanda jasa satupun. Ia hanya mendapat tanda kehormatan Piagam Satyalancana Kebudayaan.
Letkol Suharsono S., Dan Dim 0734 Yogya, menganggap Satyalancana itu setara dengan Bintang Gerilya atau bintang-bintang lainnya, sehingga dapat digunakan sebagai tiket masuk ke Taman Makam Pahlawan dengan izin keluarga.
Usulan yang didorong oleh para seniman dalam organisasi "Sasana Vocalia Yogya" di bawah pimpinan Suyudono Hr, akhirnya mendapat persetujuan setelah KSAD Jenderal Widodo memberikan persetujuannya.
Tepat pada tanggal 10 November 1978, Cornel Simanjuntak jasadnya resmi disemayamkan di TMP Nasional Kusumanegara.