Bantu Orang Tua dan 6 Adik, Bocah SMP Ini Rela Berjualan Kacang Keliling dari Subuh
Merdeka.com - Setiap anak memang tidak bisa memilih untuk lahir dari keluarga yang seperti apa. Hal itu lah yang dialami oleh Petrus Suribasesu, seorang bocah yang merupakan pelajar kelas 1 SMPN Rinbesihat Halulik, Atambua, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur.
Terlahir dari keluarga yang serba kekurangan adalah sebuah takdir yang harus Ia jalani. Petrus sejak kecil tumbuh menjadi sosok yang mandiri. Keadaan membuatnya sudah mengenal kerja keras demi bertahan hidup meski usianya masih belia.
Sehari-harinya, anak pertama dari tujuh bersaudara ini membantu orang tuanya untuk bekerja. Demi membiayai sekolahnya, Petrus rela menjadi penjual kacang keliling di tengah pandemi COVID-19.
Uang Hasil Berjualan untuk Biaya Sekolah dan Keperluan Hidup
Petrus mengaku, pekerjaan itu sudah dilakoninya sejak Ia masih duduk di kelas 3 Sekolah Dasar (SD). Hidup dari keluarga petani, Ia sadar harus bekerja keras untuk membantu kedua orang tuanya.
Hasil jualannya, Ia sisihkan untuk biaya sekolah dan sisanya diserahkan ke ibunya untuk membeli keperluan hidup di rumah.
"Per hari kadang laku sampai Rp150 ribu. Hasil ini, saya sisihkan Rp 25 ribu untuk uang sekolah dan lainnya saya setor untuk keperluan keluarga dan adik-adik," ujarnya Senin (1/6), dilansir dari liputan6.com.
Berjualan Mulai dari Jam 5 Pagi
Rutinitas ini Petrus lakukan setiap hari. Jam lima pagi, Ia harus berangkat ke pasar membeli kacang. Kacang itu lalu direbus dan sebagian digoreng. Setelah disiapkan ibunya, Petrus berangkat ke Kota Betun, Kabupaten Malaka untuk berjualan. Namun jika sekolah masuk, Petrus hanya berjualan di sekitar desanya.Petrus mengatakan, Ia memilih berjualan di Kota Betun, Malaka daripada di Atambua, Kabupaten Belu karena mudah dijangkau."Saya berangkat ke kota Betun Malaka pakai bemo, biaya pergi pulang (PP) Rp20 ribu ketimbang ke Kota Atambua, Belu cenderung lebih mahal," katanya.
Bercita-cita Sekolah Tinggi dan Biayai Adiknya
Perjuangan gigih anak pasangan suami istri, Fransiskus Taek dan Maria Ut ini lantaran takut orang tuanya tak mampu lagi membiayai sekolahnya. Sebagai anak pertama, Petrus bertekad menempuh pendidikan tinggi untuk mengubah hidup keluarganya."Mimpi saya sekolah tinggi, bisa jadi orang dan biayai pendidikan adik-adik," tandasnya.
(mdk/far)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sosoknya bukan orang ambisius yang menghalalkan segala cara demi mendapat jabatan
Baca SelengkapnyaSeorang pembudidaya belut mampu kembangkan hingga 200 kolam meski sempat diremehkan hingga merugi.
Baca SelengkapnyaTiba-tiba tembok tetangga yang lebih tinggi runtuh dan menimpa rumah Suyoto
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Meski membawa para suster, Atta dan Aurel Hermansyah kompak mengurus putri-putrinya sendiri saat berada di dekat Ka'bah.
Baca SelengkapnyaBerikut cerita salah seorang murid yang hidup dari keluarga berantakan.
Baca SelengkapnyaKorban HR merupakan pedagang ponsel keliling. Dia tinggal bersama tiga korban lain, yakni ibunya dan dua anaknya sejak bercerai dengan istrinya dua tahun lalu.
Baca SelengkapnyaPerkosaan tersebut terungkap setelah ibu korban curiga dengan perubahan fisik, terutama bagian perut yang membesar.
Baca SelengkapnyaSalah satu korban merupakan anak berusia tiga tahun.
Baca SelengkapnyaLama menjalani hubungan, membuat pria ini mendapat reaksi tak terduga dari keluarga mantan saat menghadiri pernikahan sang cewek tercintanya dengan pria lain.
Baca Selengkapnya