Marrakesh, Kota Merah penyebar Islam di Maroko
Merdeka.com - Marrakesh (atau Marrakech), sering juga disebut 'Kota Merah' karena dinding Kasbah merah yang mengelilingi kota, ditemukan pada 1062. Marrakesh adalah salah satu kota paling berpengaruh dan besar di benua Afrika bagian utara tepatnya di Maroko.
Seperti dilansir oleh archeology.about.com, Kota Merah ini merupakan salah satu dari empat kota paling bersejarah di Maroko. Dahulu kala para petani Berber dari zaman Neolitikum menemukan kota ini, lebih tepatnya oleh Abu Bakar bin Umar, sepupu dari Yusuf Ibnu Tashfin.
Pada abad ke-12, orang-orang Almoravid mendirikan madrasah dan masjid hasil pengaruh dari Andalusia, salah satu masjid kebanggaan kota ini adalah Masjid Koutoubia. Dengan cepat Marrakesh tumbuh menjadi pusat budaya, agama Islam dan perdagangan bagi Maghreb dan orang-orang di bagian Sub-Sahara Afrika. Di bawah kekuasaan Almovarid, kota ini berkembang menjadi salah satu kota penting di dunia Islam yang kuat dan kaya.
Masjid Koutoubia, salah satu simbol Marrakesh digagas oleh Abdal Mou'min. Desain kubah masjid ini yang menjadi simbol paling populer di Maroko dipengaruhi oleh gaya Alhomad dan di atasnya menancap empat globe terbuat dari besi disusun paralel yang dapat dipandang dari jarak dekat maupun jauh. Kini, masjid Koutouba dengan aktif masih menjadi tempat beribadah bagi umat Muslim.
Selain masjid, aktivitas beragama juga terjadi di madrasah. Sejak dulu madrasah di Marrakesh selalu ramai menjadi tempat tujuan anak-anak muslim untuk belajar.
Salah satu madrasah tertua dan terbesar adalah Madrasah Ben Youssef. Madrasah ini didirikan pada abad 14 dan terkenal dengan dedikasi dan kedisiplinan dalam mengajarkan ajaran Islam termasuk hukum Islam. Pada tahun 1990-an, madrasah ini direnovasi oleh pihak pemerintah dan menjadi salah satu pusat belajar dan budaya.
Perjalanan Marrakesh sebagai kota penting dan berpengaruh di Maroko dengan budaya dan ajaran Islam yang kental sempat mengalami pasang surut. Dimulai pada pertengahan abad ke-12, di bawah kepemimpinan Merenid, Ibu kota dipindahkan ke kota Fez dan pemerintah menelantarkan Marrakesh.
Hingga akhirnya pada 1522, kaum Saadian mengambil alih kekuasaan dan memilih menjadikan Marrakesh sebagai ibu kota Maroko. Kaum Saadian membangun banyak monumen dan kuburan suci nan megah untuk warga Islam Marrakesh yang selama ini berjasa membangun kota Islam tersebut.
Kemunduran Marrakesh untuk kedua kalinya dialami pada 1669, ibu kota dipindahkan kembali ke Fez. Setelah peperangan dan konflik dengan Perancis, Maroko meraih kemerdekaan mereka pada 1956, dan ibu kota Maroko akhirnya dipindahkan ke Rabat.
Walaupun statusnya bukanlah lagi sebagai ibu kota, Marrakesh tetap menjadi kota paling berpengaruh di Maroko. Jejak penyebaran Islam yang gencar hingga kini tercermin di setiap sudut kota.
(mdk/bai)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tak terkira, suasana kota Mekkah tempo dulu cukup berbeda dengan saat ini.
Baca SelengkapnyaKisah haru seorang marbot berusia 95 tahun yang tinggal di Masjid membuat hati rasanya teriris.
Baca SelengkapnyaAda peristiwa kelam di balik sejarah pemindahan ibu kota dari Jakarta ke Yogyakarta. Simak selengkapnya.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Masjid itu menjadi saksi bisu pembebasan Irian Barat pada tahun 1960.
Baca SelengkapnyaPerang Badar merupakan salah satu peristiwa penting dalam sejarah Islam. Perang ini terjadi pada 17 Ramadan tahun 2 H (13 Maret 624 M) di kota Badar.
Baca SelengkapnyaMasyarakat setempat menganggap sosoknya seperti "damar" atau lentera yang menerangi dalam gelap
Baca SelengkapnyaMansa Musa ikut bertanggung jawab atas proyek pembangunan besar-besaran, termasuk masjid dan madrasah di Gao dan Timbuktu.
Baca SelengkapnyaHujan yang membawa angin kencang tersebut turut membuat kilatan petir di langit Makkah.
Baca SelengkapnyaJokowi juga mengklaim hubung Indonesia dan Persatuan Emirat Arab sangat dekat dalam semua bidang,
Baca Selengkapnya