Disuntik saat sakit, batalkah puasa?

Merdeka.com - PERTANYAAN:

Jika dalam keadaan sakit, ada obat yang harus dikonsumsi dengan menggunakan injeksi atau suntikan. Apakah puasa yang dijalankan batal? Taqwa Norma, Solo

JAWABAN DR MUHAMMAD ARIF:

Adalah sebuah anugerah yang tiada terkira manakala kita dalam keadaan sehat walafiat saat menjalankan ibadah puasa pada bulan suci Ramadan. Betapa banyak ibadah dengan pahala berlipat ganda yang bisa kita lakukan pada bulan Ramadan. Akan tetapi, bagaimana jika diri kita sedang dalam keadaan sakit, haruskah kita berpuasa, atau tidak?

Dalam kondisi tertentu, seseorang yang sedang menderita sakit diperbolehkan untuk berbuka puasa, yakni jika terdapat bukti medis (keterangan dari dokter) bahwa kondisi fisik tidak memungkinkan untuk melaksanakan puasa karena akan memperlambat proses penyembuhan. Dalam keadaan seperti itu, maka seseorang diperbolehkan untuk tidak berpuasa.

Akan tetapi, jika penyakit yang diderita hanyalah penyakit ringan, maka tetap harus menjalankan ibadah puasa dengan tetap meminum obat sebagai upaya untuk menghilangkan penyakit atau mencapai kesembuhan.

Pertanyaannya sekarang adalah bagaimana aturan minum obat ketika sedang menjalankan ibadah puasa? Di sinilah perlunya mengenali aturan minum obat yang benar.

Menurut ilmu kedokteran, untuk mendapatkan efek obat yang optimal, kita harus minum obat dalam dosis yang tepat dan waktu yang tepat. Tujuan obat diminum, dua atau tiga kali sehari, adalah untuk menjaga kadar obat dalam tubuh tetap berada dalam kisaran terapi, yaitu kadar obat yang memberikan efek menyembuhkan. Tentu saja sangat tergantung pada jenis dan sifat obatnya. Ada obat yang cepat dibuang dari tubuh sehingga frekuensi minum obat menjadi sering. Ada juga obat yang lambat dibuang dari tubuh sehingga frekuensi minum obat menjadi jarang.

Obat merupakan senyawa kimia yang memiliki berbagai sifat dan efek. Ketika diminum, sebagian kecil obat diserap di lambung dan sebagian besar diserap di usus. Obat pada umumnya dapat diserap dengan baik apabila tidak terdapat gangguan di lambung dan usus, misalnya berupa makanan. Namun demikian, ada juga obat yang penyerapannya justru terbantu oleh makanan.

Sifat seperti itulah yang menentukan kapan sebaiknya obat diminum, apakah sebelum atau sesudah makan. Selain itu, ada juga obat yang dapat mengiritasi lambung sehingga dapat menyebabkan tukak lambung atau memperparah sakit maag. Jenis obat seperti itu diminum sesudah makan. Pertanyaan lanjutan, bagaimanakah aturan minum obat ketika sedang berpuasa?

Selama bulan Ramadhan, pola makan dan minum kita berubah sehingga waktu untuk minum obat pun berubah. Untuk persisnya, kita perlu bertanya kepada dokter atau apoteker jika kita sedang sakit agar memperoleh petunjuk yang jelas mengenai waktu minum obat agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diharapkan.

Mengenai obat suntik, Syaikh Abdul 'Aziz bin Baz menjelaskan bahwa suntikan pada urat leher dan otot tidak membatalkan puasa. Sedangkan yang membatalkan puasa adalah jarum infus yang berfungsi sebagai pengganti makanan. Syaikh Abdul 'Aziz bin Baz juga menjelaskan bahwa obat tetes pada mata dan telinga tidak membatalkan puasa. Jika seseorang mendapati rasa obat tetes itu pada tenggorokan, maka mengqadha puasa adalah lebih baik, tapi tidak diwajibkan, mengingat mata dan telinga bukan tempat masuknya makanan dan minuman. Wallahu a'lam bis-shawab.