Ratusan perempuan & kaum minoritas di Surabaya dukung Jokowi-JK
Merdeka.com - Ratusan perempuan dan kelompok minoritas Kota Surabaya mendukung capres nomor urut dua Joko Widodo (Jokowi). Gubernur DKI non-aktif itu dinilai sebagai calon pemimpin yang peduli gender dan berpihak pada kaum perempuan. Oleh sebab itu mereka mendukung dan siap memenangkan Jokowi pada pilpres 9 Juli nanti.
Melalui mimbar diskusi dan deklarasi Aliansi Perempuan Surabaya untuk Revolusi Mental yang digelar di Surabaya, Rabu (25/6), mereka akan menyumbang 70 persen suara dari kelompok perempuan dan kaum minoritas di Surabaya untuk Jokowi - JK.
Hadir dalam acara diskusi bertema: "Menjadi Pemilih Cerdas Menuju Kesetaraan dan Kesejahteraan Perempuan" yang sekaligus deklarasi dukungan itu di antaranya, anggota DPR dari Fraksi PDIP Eva Kusuma Sundari, Dhita Indah Sari (mantan aktivis PRD), Dian Noeswantari dan Ketua PP Muslimat NU Khofifah Indar Parawansa serta Dede Utomo dari kelompok minoritas.
Dalam diskusi dan deklarasi itu menghasilkan empat poin, yaitu mendukung Jokowi-JK secara kritis untuk menjadi capres-cawapres yang memiliki perspektif gender dan berpihak pada kaum perempuan dan kelompok minoritas rentan lainnya. Kemudian mendukung Revolusi Mental demi menuju kesetaraan dan kesejahteraan perempuan serta kelompok minoritas rentan lainnya.
Poin ketiga, menyerukan kepada semua pemilih untuk waspada kecurangan-kecurangan dalam proses pemilu dan terakhir menghargai perbedaan dalam memeluk agama dan keyakinan serta segala macam bentuk keberagaman.
"Kita akan melakukan pendekatan-pendekatan kepada kelompok minoritas, melalui policy-policy. Diskriminasi itu kan kekerasan yang dilakukan melalui kebijakan-kebijakan. Kita tidak mau menyebut apa, kelompoknya apa, tapi semua berhak atas hak kewarganegaraan," papar Eva Kusuma di sela acara.
Diskriminasi kelompok minoritas itu, Eva mencontohkan, kelompok Syiah, Ahmadiyah, dan kelompok minoritas lain, termasuk komunitas Waria, kesulitan mendapatkan identitas (KTP).
"Jangan lupa ya, Jokowi itu PDIP. Dan PDIP itu paling konsisten memperjuangkan kelompok-kelompok minoritas, itu kenapa mereka lebih nyaman ke Jokowi. Jokowi memiliki komitmen, eksekusinya ada," ungkap Eva.
Sementara itu Ketua Pelaksana Deklarasi Aliansi Perempuan Surabaya untuk Revolusi Mental, Rosana menjelaskan, kenapa pihaknya lebih memilih Jokowi -JK sebagai presiden, karena capres dan cawapres nomor urut dua itu memiliki visi dan misi jelas terhadap kesetaraan gender di Indonesia.
"Seperti dalam salah satu poin deklarasi, kita sepakat bahwa Jokowi-JK merupakan capres dan cawapres yang memiliki perspektif gender dan berpihak pada kaum perempuan serta kelompok minoritas lainnya," kata Rosana.
Sehingga di Pilpres 9 Juli mendatang, Rosana menargetkan 70 persen suara perempuan di Surabaya untuk Jokowi-JK. "Kita optimis 70 persen suara di Surabaya. Itu adalah target realistis, yang akan kami bidik di pilpres nanti. Selain itu, kita akan membentuk relawan-relawan di masing-masing TPS untuk mengamankan suara," ujarnya.
(mdk/mtf)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Gaung perubahan menimbulkan pertanyaan, sebab selama ini PDI Perjuangan selalu membawa pesan keberlanjutan yang sering dikaitkan dengan motto Presiden Jokowi.
Baca SelengkapnyaHasto juga menyebut pemberian suatu pangkat terkadang bertentangan dengan fakta-fakta yang terjadi di lapangan
Baca SelengkapnyaKenaikan perolehan suara ini karena PSI dianggap menjadi partai yang toleran dan representasi dari Presiden Joko Widodo.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Jokowi akhirnya merespons pernyataan PDIP bahwa dirinya bukan lagi kader partai berlambang banteng hitam moncong putih itu.
Baca SelengkapnyaMenurut Sudirman, seluruh elemen bangsa di tanah air tengah menunggu sikap Presiden Joko Widodo (Jokowi) atas hal tersebut.
Baca SelengkapnyaPDIP juga meminta isu pemakzulan terhadap Jokowi ini bisa segera direspons agar tak menimbulkan gerakan yang lebih besar lagi.
Baca SelengkapnyaUsulan kenaikan pangkat Prabowo ini merupakan usulan Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto.
Baca SelengkapnyaElektabilitas PDI Perjuangan memang masih di paling atas dengan angka 19,1 persen, tetapi terus alami penurunan dari survei sebelumnya.
Baca SelengkapnyaIndonesia tak pernah setuju tindakan kekerasan dalam bentuk apapun
Baca Selengkapnya