Kasus jual murah gas Tangguh, kubu Mega salahkan SBY
Merdeka.com - Ekonom Megawati Institute Iman Sugema melihat kasus penjualan gas dari lapangan Tangguh, Papua ke China dengan harga murah bukan salah pemerintahan Megawati Soekarnoputri . Menurut dia, kebijakan sudah benar saat harga gas dunia belum setinggi sekarang.
"Di mana waktu beliau jadi presiden tahun 2001-2004 itu kita harus memahami dalam konteks pada saat itu. Contohnya penjualan gas Tangguh, dikatakan bahwa itu terlalu murah, dalam konteks sekarang, oke ya. Di tahun 2003 waktu itu situasi dunia untuk harga gas dan minyak bumi sedang turun," ujar Iman dalam Diskusi Polemik di Warung Daun, Cikini, Jakarta, Sabtu (5/4).
Menurut dia, keputusan menjual gas Tangguh dengan harga USD 3,5 per mmbtu sudah sesuai dengan mekanisme pasar. Selain itu, saat itu, kata dia, pemerintah juga kesulitan menjual gas Tangguh.
"Dan waktu itu pasarnya adalah konsumer, keputusannya lebih dipengaruhi kepentingan pembeli karena waktu itu banyak sekali ladang gas yang belum tereksploitasi kemudian tidak ada pembeli," tegas dia.
Karena itu, pemerintah Mega menjual gas ke China dengan harga USD 3,5 per mmbtu. Dalam perjanjian harga tersebut tetap, tanpa mengikuti harga gas dunia.
"Pada saat itu dengan pertemanan Bu Mega dan para pejabat di China punya long history, kemudian dibuat keputusan bahwa satu untuk menghindari volatilitas penerimaan negara harga gas tidak dengan floating tapi dengan harga yang tetap," terang dia.
Sehingga jika di kemudian hari kebijakan itu bermasalah, lanjut dia, hal itu adalah tanggung jawab pemerintah selanjutnya. Sebab Mega, kata dia, tak lagi bisa merevisi perjanjian itu karena sudah tak menjabat sebagai presiden.
"Karena harga itu naik terus, ini tugas pemerintahan SBY untuk merevisi perjanjian, bukan tugas Bu Mega, enggak mungkin Bu Mega yang merevisi," tegas dia.
"Kalau ada komplain harga gas terlalu rendah itu tugas pemerintah sekarang untuk melakukan renegosiasi," pungkasnya.
(mdk/bal)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pertama, ada faktor dari sisi hulu di mana rencana-rencana produksi mengalami kendala operasional.
Baca SelengkapnyaAkibat harga gas bumi murah atau harga gas bumi tertentu (HGBT) kepada tujuh sektor industri tellah berdampak pada berkurangnya penerimaan negara.
Baca SelengkapnyaInsentif harga gas bumi tertentu (HGBT) untuk 7 sektor industri membuat penerimaan negara turut berkurang hingga Rp15,6 triliun.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Indonesia butuh dana antara Rp69-75 triliun untuk membeli sejumlah komoditas energi.
Baca SelengkapnyaHarga gas bumi akan berpengaruh pada beban produksi industri. Maka, harga murah bisa menjadi salah satu solusinya.
Baca SelengkapnyaBantuan tersebut sebagai upaya menghadapi kenaikan harga beras.
Baca SelengkapnyaMulai 1 Januari 2024 syarat pembelian gas LPG 3 Kg menggunakan Kartu Tanda Penduduk (KTP).
Baca SelengkapnyaJokowi mengaku tak mudah bagi pemerintah mengelola pangan untuk masyarakat Indonesia yang jumlah penduduknya mebcapai 270 juta orang.
Baca SelengkapnyaKolaborasi dilakukan sesuai mandat MRT Jakarta yakni selain membangun jalur transportasi, juga mengoperasikan dan memelihara, serta membangun bisnis.
Baca Selengkapnya