Ini dalih Deddy Mizwar tak bisa jawab pertanyaan saat debat cagub Jabar
Merdeka.com - Ada yang menarik dalam debat publik Pilgub Jabar perdana yang diselenggarakan di Sabuga Kota Bandung. Di segmen terakhir, Deddy Mizwar mengaku tidak bisa menjawab terkait solusi pekerja yang 'terancam' oleh perkembangan industri yang sudah tersentuh digitalisasi.
Moderator debat Rosiana Silalahi menanyakan solusi terkait nasib pekerja agar tetap bisa bertahan. Namun, tak seperti pasangan lain yang sigap menjawab, Deddy Mizwar justru memberikan gimmick yang bisa dibilang 'nyeleneh' dengan respon tak ingin menjawab.
Meski pada akhirnya dalam acara itu ia menjelaskan solusi untuk isu tersebut bersama pasangannya, Dedi Mulyadi.
Ditemui usai acara, Deddy Mizwar menjelaskan bahwa sikap yang ditunjukannya itu bertujuan memberi sinya kepada masyarakat bahwa setiap orang yang didapuk menjadi gubernur Jawa Barat tidak bisa menjawab semua persoalan yang ada.
Seorang gubernur tidak bisa bekerja sendiri. Oleh karena itu dalam sebuah pemerintahan harus ada kerja sama yang baik dari ahli, akademisi dan kelompok masyarakat.
"Kalau saya paksakan jawab untuk sesuatu yang tidak saya mengerti, itu kebohongan. Itu menunjukkan bahwa kita manusia, kita bukan dewa, bukan orang yang super," katanya.
"Kita jangan menduga penyelesaian sebuah masalah. Ini bahaya," terangnya.
Pria yang akrab disapa Demiz inipun mengajak semua pihak untuk merendahkan hati dan mengakui tidak ada superioritas dalam menangani permasalahan di setiap daerah.
Demiz pun mengaku tidak khawatir bahwa apa yang ditunjukkannya dalam debat publik akan berpengaruh buruk dalam persepsi masyarakat.
"Kalau saya sih enjoy," ujarnya.
Terpisah, Dedi Mulyadi pun mengaku santai dengan sikap Deddy Mizwar. Menurutnya, hal itu adalah kejujuran dari seorang calon pemimpin.
"Itu kejujuran. Tapi kan akhirnya dijawab juga. Kami menjelaskan tentang standardisasi, tentang alih teknologi. Kalau saat ini dunia sudah melakukan revolusi digital, kita harus melakukan hal yang sama," ucapnya.
Masalah nasib masyarakat yang dinilai terancam dengan keberadaan teknologi itu bisa diselesaikan dengan tetap mendorong masyarakat bekerja, namun jangan terfokus pada revolusi digital dan seluruh industri yang berproduk digital.
"Kita lawan dengan bijak, yaitu mendorong masyarakat dengan pendekatan berbasis UMKM," imbuh Dedi.
Dedi Mulyadi mengaku optimistis acara debat publik perdana tetap menguatkan pendukung dan bisa menambah suara dalam masa pemilihan di Juni mendatang.
"Enggak khawatir (berpengaruh buruk terhadap raihan suara) lah. Kan masih ada rangkaian perdebatan lain," pungkasnya.
(mdk/bal)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
awapres Gibran Rakabuming Raka menanggapi pernyataan Cawapres Mahfud MD soal ekonomi kerakyatan dan digital.
Baca SelengkapnyaGibran menyebut, Solo Technopark bisa mengatasi masalah ekonomi digital.
Baca SelengkapnyaTema debat capres-cawapres kali ini mengenai ekonomi yang mencakup ekonomi kerakyatan dan ekonomi digital.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Mahfud menyebut pernah menangani kasus pinjol, dengan rakyat sebagai korban dari kegiatan ekonomi digital.
Baca SelengkapnyaTerkait pertahanan, Ganjar menyinggung soal alutsista dan kebutuhan dasar yang mesti terpernuhi.
Baca SelengkapnyaSegmen 1 yakni penyampaian visi-misi dan program kerja. Lalu, segmen 2, 3, 4 dan 5 yakni pendalaman visi-misi, dan program kerja.
Baca SelengkapnyaDebat Cawapres digelar di JCC, Senayan, Jakarta. Tema debat membahas soal ekonomi
Baca SelengkapnyaTKN juga mengklaim Gibran sosok yang apa adanya dan mampu memahami konsep ekonomi kerakyatan di tengah disrupsi Revolusi Industri 5.0.
Baca SelengkapnyaDebat kedua mengangkat tema Ekonomi (ekonomi kerakyatan dan ekonomi digital)
Baca Selengkapnya